Rempah-rempah, Bukhur (wewangian yang dibakar dari resin benzoin), dan wewangian (aromatika) adalah komoditas utama yang paling dicari di Samudera Hindia pada abad pertengahan. Syauqi Abdul Qowi Utsman dalam Tijarah Al-Mahith Al-Hindi fi ‘Ashri As-Siyadah Al-Islamiyah menyebut lalu lintas pertukaran komoditas ini jauh melampaui komoditas lainnya, baik secara kuantitas maupun secara kualitas.
Produk aromatika telah dikenal sejak masa pra-Islam. Hanya penggunaannya masih terbatas di kalangan tertentu saja atau ritual tertentu saja. Salah satu contoh ialah penggunaan aromatika di Mesir. Disana aromatika hanya digunakan di lingkungan keluarga kerajaan dan digunakan untuk ritual keagamaan tertentu saja, seperti pembalseman jasad para raja.
Kebutuhan akan komoditas aromatika kemudian meningkat seiring dengan kehadiran Islam. Selain banyak digunakan untuk wewangian, produk aromatika juga dimanfaatkan untuk pemandian jenazah dan campuran bahan medis atau obat-obatan.
Ibnu Masawayh (w. 243 H) dalam kitabnya Jawahir At-Thib Al-Mufradah menyebut ada lima unsur aromatika utama, diantaranya musk, amber, gaharu (al-ud), kafur dan safron (za’faran).
Musk adalah zat aromatik dengan bau yang kuat yang diperoleh dari kelenjar ekor rusa kesturi jantan. Habitat hewan jenis ini dapat dijumpai di sejumlah kawasan. Diantaranya ialah dataran tinggi Cina, bagian timur laut Asia, Sibera, Korea, serta ke selatan hingga Vietnam dan Burma. Produk aromatik ini sering disebut dalam sejumlah hadits. Bahkan disebut pula sebagai sebaik-baiknya minyak wangi.
Kemudian ambergris ialah zat aromatik yang dihasilkan dari paus jenis sperma (Physeter macrocephalus). Aromatik jenis ini sering pula disebut dengan muntahan ikan paus, sebab komoditas ini diambil dari usus atau hasil pencernaan paus sperma yang dikeluarkan melalui mulutnya. Produk ini berbentuk zat padat, mirip lilin dan mudah terbakar.
Selama berabad-abad komoditas aromatika ini telah dikenal sebagai bahan wewangian yang sangat mahal harganya. Menurut ilmuan muslim Asy-Syihri, amber/ambergris yang paling tinggi kualitasnya adalah amber yang ditemukan terdampar di pantai Syihr, Yaman. Selain itu adapula amber yang berasal dari Zanji, Syalahith (Selat Malaka), Qaqulli, Hindi, dan Maghribi.
Sedangkan gaharu merupakan kayu damar gelap beraroma yang digunakan dalam dupa, parfum, dan sejumlah produk wewangian lainnya. Gaharu terbentuk di dalam kambium pohon aquilaria ketika terinfeksi sejenis jamur. Sebelum infeksi, kambium tidak berbau, relatif ringan dan berwarna pucat. Namun saat infeksi berlanjut, batang pohon akan menghasilkan resin aromatik yang gelap sebagai respon infeksi tersebut. Sehingga akhirnya menghasilkan kayu yang sangat padat, gelap, dan mengandung resin.
Spesies Aquilaria malaccensis yang dianggap sebagai sumber utama kayu gaharu berasal dari Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia (Kalimantan dan Sumatra), Laos, Malaysia, Myanmar daratan, Filipina, Singapura dan Thailand. Menurut Ensiklopedia Rempah Nusantara harga gaharu disebut bisa mencapai US$ 100.000 per kg. Sementara minyak esensialnya bisa mencapai US$ 80.000 per liter.
Komoditas aromatika lainnya yang tak kalah penting ialah Kafur. Kafur adalah resin atau getah berwarna putih dan agak transparan yang dihasilkan dari pohonnya. Produk aromatika ini dikenal dengan aroma yang khas dan kuat. Aromatika jenis ini sangat terkenal di kalangan para pelayar Arab. Ciri dan identifikasinya bahkan dapat kita ketahui melalui catatan-catatan pelayaran mereka.
Para pelayar maupun ilmuwan muslim menggambarkan pohon kafur tumbuh terutama di tepi sungai. Pohonnya sangat tinggi dan rimbun serta lebar sekali. Pohon ini dapat dipanen dengan beberapa cara, yaitu disayat pada musim tertentu untuk diambil getahnya, dilubangi batang pohonnya hingga keluar cairan yang memancar dari lubang tersebut, atau menebang pohon dan mengambil resin yang ada didalam batang pohonnya. Mereka menyebut semakin basar pohonnya semakin banyak pula cairan kafur yang akan diperoleh.
Pohon kafur terbagi kedalam dua jenis berdasarkan kawasan persebarannya. Pertama yaitu Dryobalanops Aromatica, dan kedua adalah Cinnamomum Camphora. Kafur Cinnamomum Camphora adalah jenis kafur yang berasal dari kawasan Daratan China dan Taiwan. Sedangkan Dryobalanops Aromatica adalah pohon Kafur yang tumbuh di Sumatera dan beberapa kawasan di Kalimantan.
Minyak atau kristal yang mengandung borneol yang di hasilkan dari resin Dryobalanops Aromatica telah digunakan untuk pembuatan aromatik wewangian dan pembalseman sejak lama. Bahkan minyak kafur juga telah lama digunakan untuk berbagai bahan medis di dunia kedokteran dalam peradaban Islam. Kafur jenis Dryobalanops Aromatica biasanya diperoleh sudah dalam keadaan dingin dan kering, sehingga dapat digunakan untuk berbagai pengobatan.