PJ Bupati Kabupaten Tapanuli Tengah Dr. Elfin Ilyas Nainggolan, M. Si. mendukung penuh upaya penyelamatan dan kerja-kerja riset di Situs Bongal. Menurutnya penelitian Situs Bongal amat penting bagi pengetahuan sejarah sekaligus menjadi pusat edukasi masyarakat secara luas dalam rangka penanaman kesadaran identitas dan jati diri sebagai bangsa maritim kelas dunia.
Hal ini disampaikan Elfin saat melakukan kunjungan kerja ke Galeri dan Museum Situs Bongal di Desa Jago-Jago, Kecamatan Badiri, Tapteng (Rabu, 23/11/2022).
“Apresiasi kami dari Pemkab Tapanuli Tengah terhadap Sultanate Institute. Kami berharap bisa dilanjutkan karna ini bisa menjadi sejarah bagi kita, dan menjadi pusat edukasi juga nanti kedepan”, ujar Elfin.
Situs Bongal merupakan bekas kawasan kota pelabuhan internasional yang terkoneksi dengan aktivitas pelayaran dan perdagangan maritim dunia. Identifikasi temuan artefak menunjukkan bahwa Situs Bongal merupakan lokasi tempat pertemuan komoditas dari Timur Tengah (dunia Islam), Asia Selatan, dan Asia Timur.
Pada kunjungannya tersebut, bersama jajaran pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah, Elfin juga melakukan ekspedisi lapangan untuk meninjau langsung proses ekskavasi arkeologi. Pj bupati tersebut mengunjungi sejumlah lokasi titik pengujian ekskavasi bersama tim Sultanate Institute dan beberapa arkeolog.
“Kegiatan riset sejarah seperti ini agar dapat terus dilanjutkan. Agar masyarakat dunia bisa memahami disini pernah ada sejarah yang memukau, yang berasal dari peradaban Cina, peradaban Timur Tengah, dan peradaban India”, jelas pj bupati yang sebelumnya merupakan pejabat di kemendagri ini.
Dalam kunjungan dan ekspedisi lapangannya, Pj Bupati tak lupa menyampaikan harapannya terhadap kerja-kerja riset dan konservasi Situs Bongal. Ia berharap, hasil-hasil riset Situs Bongal dapat dipublikasi demi kepentingan edukasi kepada masyarakat luas.
“Apresiasi dan semangat untuk Sultanate Institute. Kami berharap teman-teman tetap semangat untuk melakukan riset, dan hasil risetnya nanti bisa dipublikasikan kepada masyarakat”.
Setelah kunjungan ini, Elfin juga akan menandatangani prasasti pemindahan artefak berupa patung Ganesha yang ditemukan di Situs Bongal. Selain itu Elfin juga memberikan dukungan penuh kepada Sultanate Institute dalam melakukan upaya konservasi melalui pembangunan Site Museum di Situs Bongal.
Rangkaian Ekskavasi Situs Bongal
Rangkaian kegiatan penelitian di Situs Bongal telah dilakukan sejak tahun 2020 – 2022 oleh Sultanate Institute bersama Balai Arkeologi Sumatra Utara dan dilanjutkan bersama Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim dan Budaya Berkelanjutan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Hasil rangkaian ekskavasi telah memberi banyak informasi tentang pentingnya Situs Bongal sebagai kawasan Cagar Budaya yang memiliki akar historis kaitannya interaksi Perdagangan dan Pelayaran antara Nusantara dengan Dunia Internasional sejak masa abad ke-7 M hingga abad ke-10 M.
Ekskavasi juga telah menghasilkan sejumlah besar temuan artefaktual yang beragam dan melimpah. Ragam temuan artefaktual ini menunjukkan interaksi antara kawasan dunia Islam (Timur Tengah), India (Asia Selatan), dan Cina (Asia Timur).
Upaya penelitian pertama dilakukan dengan kegiatan ekspedisi penyisiran geomorfologi kawasan Situs Bongal. Ekspedisi ini dilakukan pada tangggal 10-30 Desember 2020 oleh tim ekspedisi Sultanate Institute bersama Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA), melibatkan tenaga ahli dari Balai Arkeologi Sumatra Utara.
Setelah ekspedisi pertama, Sultanate Institute melakukan kerja sama penelitian ekskavasi dengan Balai Arkeologi Sumatra Utara. Ekskavasi tahap pertama ini dilakukan pada 15-31 Januari 2021, dengan arkeolog Dr. Ery Soedewo, M. Hum sebagai ketua tim peneliti.
Ekskavasi pertama membuka 5 kotak pengujian arkeologi (TP 01-05). Dari ekskavasi pertama ini menghasilkan temuan artefak yang kompleks dan beragam, yang mengindikasikan Situs Bongal merupakan bekas kawasan Bandar pelabuhan kosmopolitan.
Berdasarkan identifikasi artefaktual, tinggalan sejarah di Situs Bongal ini menunjukkan temuan yang berasal dari mancanegara, di antaranya dari Timur Tengah dan aneka pecahan keramik asal China masa Dinasti Tang abad 7-10 M.
Masih banyaknya data yang belum terungkap di Situs Bongal, khususnya di kawasan perbukitan Bongal di Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah, mendorong Sultanate Institute melakukan ekskavasi lanjutan.
Ekskavasi tahap kedua dilakukan pada 14-28 Februari 2022 melibatkan para peneliti gabungan lintas disiplin ilmu dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), peneliti ahli utama Pusat Riset Arkeometri BRIN, peneliti ahli kehutanan dari BPSI KLHK Kuok, serta seorang arkeolog independen asal Aceh, Deddy Satria.
Berbeda dengan ekskavasi pertama, ekskavasi kedua ini bertujuan untuk mengetahui luasan okupasi Situs Bongal serta moda transportasi yang digunakan masyarakat masa lampau di Situs Bongal. Ekskavasi ini membuka 8 kotak lubang uji (TP 6-13).
Beberapa pekan sebelum ekskvasi kedua dimulai, tim Sultanate Institute bersama peneliti Mapesa Yoesri Ramli dan arkeolog independen asal Aceh Deddy Satria kembali melakukan ekspedisi kedua Situs Bongal dengan meluaskan penyisiran kawasan terjauh jejak aktifitas masa lampau di Situs Bongal.
Ekspedisi kedua ini dilakukan untuk mengetahui luasan situs dan melakukan pemetaan terhadap persebaran gejala-gejala arkeologis Situs Bongal dalam skala keruangan (spasial). Ekspedisi yang berlangsung sejak 25 Januari – 14 Februari 2022, diketuai oleh arkeolog independen, Deddy Satria, dan berhasil menjelajahi kawasan seluas 1324 ha serta menghasilkan sejumlah 85 titik ekspedisi.
Sejumlah temuan artefaktual hasil ekskavasi tahap kedua makin memperkuat bukti eksistensi Situs Bongal sebagai bekas kawasan kota pelabuhan internasional yang terkoneksi dengan aktivitas pelayaran dan perdagangan maritim dunia. Berdasarkan identifikasi temuan, Situs Bongal merupakan lokasi tempat pertemuan komoditas dari Timur Tengah (dunia Islam), Asia Selatan, dan Asia Timur.
Penelitian gabungan ini memberi banyak informasi tentang jejak komoditas aromatika hasil hutan di Situs Bongal masa lampau, di antaranya seperti kafur, kemenyan, dan komoditas aromatika hasil hutan lainnya.
Ekskavasi tahap kedua juga menemukan temuan fenomenal berupa tempayan yang berisi banyak artefak berupa manik-manik dan perhiasan yang diduga berasal dari masa abad awal masehi di kawasan struktur batuan bekas pemukiman. Oleh karena itu, ekskavasi lanjutan diperlukan untuk memastikan fungsi temuan struktur batuan tersebut.
Ekskavasi lanjutan tahap ketiga dilakukan pada 11-21 Juli 2022 oleh Sultanate Institute dengan melibatkan tim ahli arkeologi dari Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan serta Pusat Riset Arkeometri BRIN yang diketuai oleh arkeolog Dr. Ery Soedewo, M. Hum.
Ekskavasi ini membuka 12 lubang uji, yaitu TP 14-25. Ekskavasi tahap ketiga ini selain menemukan dugaan fungsi makam pada struktur batuan, ditemukan pula jejak struktur bekas pemukiman masyarakat kuno penghuni situs Bongal masa lampau.
Kegiatan penelitian lanjutan tahap keempat kemudian dilanjutkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) bersama tim ahli arkeologi dari Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan dan arkeolog Pusat Riset Arkeometri BRIN pada 18-31 Agustus 2022 yang diketuai oleh Dr. Ery Soedewo, M. Hum.
Dengan membuka 4 titik pengujian melanjutkan ekskavasi sebelumnya, yaitu TP 25-28, ekskavasi tahap keempat ini semakin menguak data tentang struktur batuan yang merupakan bekas kawasan pemukiman masyarakat penghuni situs Bongal masa lampau.
Kemudian dalam rangka melanjutkan kembali penelitian Situs Bongal, Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN menyelenggarakan ekskavasi lanjutan tahap kelima. Ekskavasi ini dilakukan pada 19 November-1 Desember 2022 dengan membuka dua kotak lubang uji, yaitu TP 29-30 di Situs Bongal.
Berdasarkan 30 lubang uji ekskavasi yang telah dilakukan di Situs Bongal di atas, telah menghasilkan beragam temuan artefaktual yang melimpah yang menunjukkan bukti-bukti eksistensi Situs Bongal sebagai bekas kawasan kota pelabuhan internasional yang pernah eksis pada rentang masa abad 7-10 M dan memiliki interaksi kuat dengan dunia pelayaran dan perdagangan dengan Samudra Hindia.
Laporan Hasil Penelitian dan Seminar Uji Publik
Dari serangkaian ekskavasi serta ekspedisi tersebut, hasil-hasil temuan Situs Bongal telah dilakukan sosialisasi melalui sejumlah seminar dan uji publik.
Seminar dan uji publik pertama dilakukan di Universitas Islam Negeri Sumatra Utara pada 22 Desember 2020. Focuss Group Discussion yang diselenggarakan Sultanate Institute ini digelar dengan tema “Islam dan Jalur Rempah: Relasi Jalur Rempah dan Temuan Artefak Daulah Umayyah-Abbasiyah di Tapanuli Tengah, Sumatra Utara”.
Dalam FGD ini Sultanate Institute bekerjasama dengan Program Studi Sejarah Peradaban Islam UIN Sumatra Utara mengundang para ahli, di antaranya Prof. Dr. Hasan Asari (Wakil Rektor 1 dan Guru Besar UIN Sumatra Utara), Dr. Ery Soedewo (arkeolog Balai Arkeologi Sumatra Utara), Dr. Aswandi dan Cut Rizlani K (peneliti BP2LHK), Dr. Phil. Ichwan Azhari (sejarawan Unimed), serta Furqon Muhammad Faiz (peneliti Sultanate Institute).
Setelah FGD di Medan, pada tahun 2021 hasil penelitian Situs Bongal dilaporkan dalam Seminar Hasil Ekskavasi di Dinas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Tapanuli Tengah. Seminar ini merupakan laporan hasil ekskavasi tahap pertama Situs Bongal yang berlangsung pada 19-31 Januari 2021.
Selain laporan melalui Seminar Hasil Ekskavasi kepada Dinas SKPD, hasil ekskavasi tahap pertama juga dilaporkan kepada Bupati Tapanuli Tengah Bakhtiar Ahmad Sibarani. Dalam pelaporan ini, bupati menyampaikan dukungannya terhadap upaya riset di Situs Bongal.
Menurutnya, Penelitian Situs Bongal memiliki arti penting bagi masyarakat Tapanuli Tengah, sebab Situs Bongal menyuguhkan bukti eksistensi Tapanuli Tengah di dunia internasional pada masa silam. Kawasan Situs Bongal juga merupakan titik aktivitas masyarakat dari berbagai penjuru dunia sejak abad ke-7 M.
Sultanate Institute kemudian juga melaporkan hasil-hasil temuan penelitian Situs Bongal kepada peneliti Balitbang Kementerian Agama RI Dr. Nurman Kholis. Laporan ini dilakukan juga dalam rangka penelitian lanjutan numismatik Islam terhadap temuan-temuan koin dinar dirham masa Umawiyah dan Abbasiyah di Situs Bongal.
Upaya sosialisasi Situs Bongal juga dilakukan oleh kerjasama antara Balai Arkeologi Sumatra Utara, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Dinas Pendidikan Tapanuli Tengah. Ketiganya menyelenggarakan sosialisasi situs sejarah Islam di Tapanuli Tengah melalui kegiatan “Rumah Peradaban Barus”.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan di Kecamatan Pandan dan Barus ini, Situs Bongal turut disosialisasikan kepada 300 pelajar tingkat SD dan SMP. Arkeolog Balar Sumut Ery Soedewo menuturkan, kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka mempopulerkan penemuan arkeolog di Barus dan Bongal, sehingga temuan para peneliti ini tidak bersifat eksklusif.
Kemudian pada tahun 2022, dalam rangka ekskavasi Situs Bongal tahap kedua, Sultanate Institute beserta tim peneliti gabungan melaporkan hasil-hasil temuan ekskavasinya di kantor Bupati Tapanuli Tengah. Laporan ini diwakili oleh Dr. Ery Soedewo selaku ketua tim peneliti dan Dr. Ketut Wiradnyana selaku Ketua Balai Arkeologi Sumatra Utara.
Dalam laporan ini, ditegaskan bahwa Situs Bongal harus segera dikawal dalam proses penetapannya sebagai cagar budaya. Dalam rangka upaya edukasi dan mengangkat potensi desa, diusulkan pula pendirian sebuah site museum di lokasi Situs Bongal.
Setelah pelaporan kepada bupati, dilakukan pula pelaporan hasil riset Situs Bongal kepada Pemerintah Provinsi Sumatra Utara melalui Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatra Utara Rahmansyah Sibarani.
Laporan di Barus ini mendapat antusias dan sambutan yang baik. Rahmansyah Sibarani selaku Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatra Utara sangat mendukung penelitian Situs Bongal. Ia juga akan mengawal proses penetapan Situs Bongal menjadi cagar budaya nasional.
Kemudian di akhir tahun 2022, seiring upaya ekskavasi Situs Bongal tahap kelima yang diselenggarakan oleh BRIN, sosialisasi dan pelaporan Situs Bongal dilakukan kepada PJ Bupati Tapanuli Tengah Elfin Ilyas Nainggolan.
Dalam sosialisasi ini, Elfin Ilyas Nainggolan tampak sangat antusias. Ia sangat mendukung serta mengapresiasi kerja-kerja riset sekaligus upaya konservasi terhadap Situs Bongal. Tak perlu waktu lama, PJ bupati pun langsung melakukan ekspedisi lapangan ke Situs Bongal untuk meninjau secara langsung keberadaan situs.
Selain itu, dalam rangka kerjasama riset lanjutan, Sultanate Institute melaporkan hasil-hasil temuan Situs Bongal kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra Dr. Herry Jogaswara.
Badan Riset dan Inovasi Nasional mengapresiasi jasa Sultanate Institute dalam penelitian Situs Bongal. Harapannya, kerjasama penelitian Sultanate Institute dengan BRIN ke depannya dapat melahirkan riset-riset penting yang bermanfaat bagi masyarakat luas.