Sultanate Institute dan Museum Abad Satu Hijriyah menerima kunjungan jurnalis Pizaro Gozali Idrus di Solo, Senin (20/10/2025).
Sambil melihat koleksi artefak Situs Bongal, kunjungan kali ini sangat serius mengaitkan temuan Situs Bongal dengan konteks geopolitik. Sejarah pelayaran dan perdagangan maritim di Samudra Hindia sejak abad ke-7 M tidak lepas dari bagaimana situasi dunia global masa itu, di mana Dunia Islam muncul melahirkan pengaruh peradaban yang begitu luas.
Menurut Pizaro, apa yang dipelajari di Museum Abad Satu Hijriyah yang merupakan hasil kajian dari Sultanate Institute, merupakan wawasan bukan hanya bagi Dunia Islam, melainkan juga dunia internasional itu sendiri.
Bahwa apa yang terjadi dalam kondisi geopolitik beberapa tahun terakhir ini merupakan kelanjutan atau memiliki keterkaitan dengan sejarah global antara kawasan Laut Mediterania dan Samudra Hindia.
“Ini adalah berlian bukan hanya bagi umat Islam, tetapi bagi dunia internasional, karena kita bisa belajar geopolitik, kita bisa belajar tentang perdagangan maritim, dan itu sangat relate dengan situasi internasional pada hari ini. Maka menurut saya ini harus kita dukung bersama.”
“Bukan hanya sekadar wacana atau kata-kata, tapi memang hasil dari riset arkeologis yang dilakukan oleh Sultanate Institute bersama kawan-kawan dan lain sebagainya”, tegas mantan redaktur kantor berita Turki itu.
Sultanate Institute sebagai lembaga riset berfokus mengambil kontribusi dalam disipilin sejarah dan arkeologi Islam. Fokus ini membawa Sultanate Institute untuk menekuni dengan serius keilmuan sejarah dan arkeologi.
Kehadiran Sultanate Institute dalam sejumlah forum akademik, artikel terbitan, serta karya-karya buku yang dihasilkan, merupakan bentuk komitmen dalam riset dan pengetahuan. Metode dan kebaruan pendekatan yang melibatkan multidisiplin ilmu juga ditempuh dalam rangka memperkuat basis keilmuan terhadap hasil-hasil temuan dari Situs Bongal.
Pizaro dalam kunjungannya juga mengungkapkan, “Saya juga sangat terkesan, karena Sultanate Institute, sebuah lembaga riset yang berbasis di Solo sangat serius melakukan riset ini, sampai melakukan pengiriman bukti-bukti arkeologis ke New Zealand untuk dilakukan uji lab.”
“Artinya ini benar-benar sudah melalui proses validasi dan verifikasi yang sangat matang, maka tidak aneh menurut saya jika pemerintah, kemudian lembaga-lembaga, atau perguruan tinggi seharusnya banyak bekerja sama dan mendukung riset-riset yang dilakukan oleh Sultanate Institute”, sambung Pizaro.
Harapannya Sultanate Institute dan Museum Abad Satu Hijriyah dapat menjadi pusat edukasi sejarah peradaban Islam di Nusantara, dan dapat menjangkau jejaring publik serta pemangku kepentingan yang lebih luas.
“Saya merasa terperangah ketika hadir di Museum Abad Satu Hijriyah ini, karena ini mutiara terpendam, ini cahaya di tengah kegelapan, di mana kita belajar hasil riset dan juga bukti-bukti arkeologis bahwa kaitan sejarah peradaban Islam itu kuat ada di Nusantara.”
“Saya berharap agar orang-orang bisa mendapatkan manfaat lebih banyak dengan jangkauan audiensi yang lebih luas, saya berharap itu bisa terwujud.”














