Kepala Balai Arkeologi Sumatra Utara (Balar Sumut) mengapresiasi komitmen Sultanate Institute dan PT Media Literasi Nesia atas upaya penelitian hingga konservasi temuan arkeologis. Hal tersebut disampaikannya dalam pertemuan pada Senin (20/12/2021) malam, di Solo. “Apresiasi yang tinggi buat Sultanate Institut dan PT Media Literasi Nesia atas upaya pelestarian tinggalan arkeologi dari situs Bongal Tapanuli Tengah”, ungkap Dr. Ketut Wiradnyana, Kepala Balar Sumut.
Menutup tahun 2021 Kepala Balar Sumut kunjungan kerja Sultanate Institute dan Museum Abad 1 Hijriyah. Kunjungan ini tidak terlepas dari aktivitas kerjasama penelitian Situs Bongal. Apresiasi Kepala Balar Sumut lantaran berbagai sumbangsih yang ditorehkan Sultanate Institute dalam mengungkap konteks sejarah Situs Bongal.
Sultanate Institute turut terlibat dalam aktivitas penelitian Situs Bongal. Proses penelitian tidak lepas dari upaya penelusuran sumber-sumber sejarah yang membantu dalam tahap interpretasi temuan-temuan arkeologis Situs Bongal. Hal tersebut didapat melalui penerjemahan catatan-catatan teks Islam klasik yang dilakukan oleh Sultanate Institute. Penggunaan sumber catatan sejarah ini dapat menambah pengetahuan sumber penulisan sejarah.
Melalui aktivitas penelitiannya, Sultanate Institute berupaya melahirkan karya-karya akademik yang dapat mewarnai khazanah penulisan sejarah. Tentunya kajian serupa juga menjadi objek kajian Sultanate Institute selama ini dan masih akan terus berlangsung.
Selain itu Sultanate Institute juga berkomitmen melakukan upaya konservasi tinggalan arkeologis Situs Bongal dengan mendirikan Museum Abad 1 Hijriyah. Museum terletak di kota yang sama di Kota Solo. Museum Abad 1 Hijriyah dan mengelola beragam koleksi artefak yang dilengkapi dengan galeri temuan serta dokumentasi kegiatan. Hal ini juga turut mendapat apresiasi Kepala Balar Sumut, Dr. Ketut Wiradnyana.
Museum abad 1 hijriyah kini mengelola sejumlah temuan penting dari situs Bongal. Yaitu sejumlah peninggalan arkeologis mulai dari fragmen atau pecahan kayu kapal, koin koin emas era Daulah Umayyah, stempel penguasa muslim berkhat kufi, ragam keramik China, tembikar berglasir yang berasal dari Timur Tengah, aneka hiasan dan manik-manik, peralatan medis, hingga fosil getah Kafur. Diketahui Kafur merupakan komoditas primadona dunia Internasional dimasa silam.
“Kehadiran museum ini sangat penting karena jadi bagian dalam penyelamatan Situs Bongal yang merupakan kota internasional pada periodenya,” ujar Dr. Ketut Wiratyana. Ketut berharap peran yang dilakukan Sultanate Institut dan PT Media Literasi Nesia serta Museum Abad 1 Hijriyah menjadi inspirasi bagi pihak-pihak lain. Pasalnya, situs ini juga menunjukan eksistensi bangsa di kancah internasional di bidang perdagangan, pelayaran, ekonomi dan teknologi.
“Semoga upaya ini menjadi inspirasi bagi pihak lainnya sehingga rekonstruksi sejarah masa lalu jadi acuan di masa depan” pungkasnya