Sultanate Institute menerima kunjungan ust. Asep Sobari, Lc (Founder Sirah Community Indonesia) di Solo pada Sabtu (27/12/2025). Kunjungan menghadirkan diskusi terfokus yang melibatkan pula teman-teman dari Jejak Islam untuk Bangsa (JIB).
Di kantor Sultanate Institute, diskusi diawali dengan melihat koleksi artefak Museum Abad Satu Hijriyah, terutama artefak temuan Situs Bongal. Museum Abad Satu Hijriyah menyajikan pengetahuan dan khazanah yang sangat mahal bagi sejarah peradaban Islam.
Artefak Dunia Islam yang terungkap dari penelitian di Situs Bongal seperti sulit dibayangkan sebelumnya. Bukti-bukti interaksi terawal Dunia Islam dengan masyarakat Nusantara begitu kompleks dan beragam ditemukan di Situs Bongal.
“Sultanate Institute dan Museum Abad Satu Hijriyah ini menurut saya merupakan sebuah khazanah yang sangat mahal, yang digarap dengan cinta dan siap untuk berkorban. Saya lebih dari tertarik, dan saya berterima kasih terbantu sekali sebagai peminat Sirah Nabawiyah dan sejarah peradaban Islam atas temuan-temuan teman-teman di Sultanate Institute”, tegas ust. Asep Sobari.
“Ini sulit dibayangkan bahkan sebelumnya dan tidak terhingga. Intinya ini semua adalah bagian dan InshaAllaah akan lebih banyak lagi karena terus melakukan penelitian arkeologi.”

Kajian tentang Situs Bongal dan konteks kesejarahannya membutuhkan keterlibatan multi disiplin ilmu. Hal ini menjadi perhatian serius dalam melakukan penelitian lanjutan, dalam rangka mengungkap khazanah pengetahuan yang terkoneksi antara Dunia Islam dengan Nusantara melalui pesisir barat Sumatra.
Dalam konteks historiografi Islam dan kajian peradaban Islam, bukti-bukti artefak di Situs Bongal menjelaskan bahwa kawasan Nusantara telah bersentuhan dengan Dunia Islam jauh lebih awal dengan interaksi yang sangat intensif.
Hal tersebut dilihat dari bagaimana kompleksitas artefak yang ditemukan. Berbicara koneksi dan jejaring pelayaran-perdagangan yang berlangsung, menggambarkan nilai perdagangan yang tidak main-main, yaitu dalam skala yang sangat besar.
“Di satu titik nanti ini semua akan berbicara banyak tentang konstruk peradaban Islam, terutama melalui jalur pelayaran. Benda-benda yang ditemukan dan sudah ribuan tahun usianya menunjukkan bahwa negeri kita moyang kita bersentuhan dengan Islam jauh lebih awal dan sangat intensif, karena nilai perdagangannya tidak main-main, sangat besar sekali”.
“Persentuhannya juga bukan hanya dengan masyarakat kelas bawah, tetapi juga kelas atas, artinya menyentuh semua lapisan masyarakat. Tentu saja artinya Islam masuk ke tanah air ini bukan sebagai narasi orang awam, tetapi sebenarnya langsung berbicara di level peradaban tinggi”, tambah ust. Asep Sobari.
Kunjungan yang disertai diskusi juga turut mengapresiasi Sultanate Institute dalam komitmen mendalami disiplin sejarah maritim dan arkeologi Islam. Bahkan bukan hanya berhenti di penelitian, tetapi juga pelestarian yang berkelanjutan melalui Museum Abad Satu Hijriyah dan Museum Fansuri Situs Bongal.
Kerja-kerja yang dilakukan Sultanate Institute dapat membuka mata masyarakat muslim Indonesia maupun dunia, sekaligus dapat memperkuat kesejarahan Islam Indonesia di tengah teori-teori hasil konstruksi pemikiran Barat.
“Ini yang sangat menarik dan mudah-mudahan teman-teman di Sultanate Institute diberikan kekuatan oleh Allah untuk terus bekerja dengan keikhlasan dan membuka mata kita semua masyarakat muslim Indonesia, termasuk sangat mungkin untuk menggugurkan banyak teori yang selama ini telah dibangun terutama oleh Barat.”
“Kita sanggup untuk meneliti sendiri, atau paling tidak bekerja sama, yang jelas kita punya perspektif sendiri, sudut pandang sendiri, dan punya landasan sendiri untuk mengambil Kesimpulan tentang sejarah kita dan identitas kita”, sambung ust. Asep Sobari.














