Sejarah Perdagangan Dunia Islam Abad Pertengahan dapat ditinjau pada setidaknya tiga siklus kronologis kesejarahan: Abad 7-10 M, Abad 11-13 M dan Abad 14-16 Masehi. Masing-masing siklus kronologis itu menunjukkan perubahan ekonomi yang mendasar serta unit dan institusi politik sesuai dengan konteks global dan regionalnya.
Buku Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad 7 M – 10 M adalah buku yang menjelaskan tentang sejarah dampak aktifitas komersial dan interaksi ekonomi melalui globalisasi maritim di Samudera Hindia. Secara khusus buku ini mengambil titik fokus sejarah perdagangan dunia Islam dengan kawasan pesisir barat Sumatera dengan Dunia Islam pada masa periode Umawiyah dan Abbasiyah Abad 7-10 Masehi.
Buku ini menyuguhkan uraian beragam data arkeologis beserta intepretasi kesejarahannya, yang diperoleh sebagai hasil sintesis atas tinjauan studi literatur beserta laporan penelitian arkeologis khususnya di kawasan pesisir Barat Sumatera. Bukti-bukti ini ditunjukkan dengan temuan artefaktual yang melimpah dan beragam di antaranya ragam koin Arab-Sasaniyah, koin berinskripsi Arab masa Daulah Umawiyah dan Abbasiyah, keramik, kaca, manik-manik, logam, alat-alat medis, fragmen kayu kapal, dan tali ijuk dengan beragam simpul, dan artifak berinskripsi Arab lainya.
Buku ini menunjukan keterlibatan awal dan aktif Sumatera dalam perdagangan maritim dunia disebabkan oleh posisi geostrategisnya dengan Selat Malaka dan Selat Sunda yang menghubungkan Samudera Hindia (Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan) dengan kawasan Asia Timur hingga Pasifik. Aktivitas maritim yang dinamis telah mendukung kota-kota pelabuhan di Sumatera untuk terhubung dengan jaringan perdagangan global, yang secara organik membentuk interaksi budaya yang kompleks antara para pedagang asing dan masyarakat lokal.
Perdagangan maritim lintas benua memberikan pertumbuhan ekonomi dengan merangsang pertumbuhan pasar, produktivitas, dan pasokan bahan baku di kota-kota yang dilaluinya. Bahkan, Kota-kota dunia Islam di sepanjang rute perdagangan lintas benua ini khususnya di kawasan Samudera HIndia mendapat manfaat dari stimulus perdagangan dengan cara yang tentu saja meningkatkan kemakmuran masyarakatnya dan bahkan menguntungkan perekonomian dunia Islam secara keseluruhan. Pertumbuhan kota-kota pelabuhan di Sumatera pun tidak bisa dilepaskan dari aktivitas perdagangan di kawasan Samudera Hindia.
Buku berupaya menekankan pentingnya jaringan perdagangan maritim antara Muslim dari Jazirah Arab dan Teluk Persia, hingga ke China sejak pertengahan abad ke-7 Masehi. Sejak awak abad ke-7 M, Islam memulai ekspansinya ke wilayah timur melalui perdagangan yang didorong oleh perkembangan Jalur Sutra maritim. Para Pelaut Muslim khususnya dari Jazirah Arab dan Teluk Persia memainkan peran penting dalam membangun koneksi jalur pelayaran dan rute perdagangan rempah-rempah di Sumatera Awal.
Kehadiran kapal-kapal Dhow dari pusat-pusat komersil dunia Islam bukan hanya mengangkut barang mati berupa dagangan, tetapi membawa serta awak kapal dari para pelaut, pedagang dan penumpang yang beraneka ragam sebagai sarana interaksi sosial. Dampak paling signifikan dari terbentuknya interaksi pelayaran dan perdagangan ini hingga terciptanya bandar-bandar pelabuhan menjadi pusat perputaran ekonomi, kemudian berkembang menjadi kota-kota pelabuhan kosmopolitan, yang mengawali terbentuknya globalisasi awal maritim dunia.