Dengan penuh rasa syukur, PT. Media Literasi Nesia mempersembahkan buku “Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad ke-7–10 M” yang ditulis oleh Abu Bakar Said dan Ery Soedewo. Dalam perjalanannya, PT. Media Literasi Nesia telah menerbitkan sejumlah karya yang memposisikan Indonesia dalam lintas peradaban dunia, antara lain Keajaiban Negeri Emas Zabaj: Indonesia dalam Catatan Dunia Islam Masa Abbasiyah dan Kafur: Bahan Aromatika Alami Asal Indonesia untuk Dunia Islam Masa Umayyah dan Abbasiyah (Abad ke-7–13 M).
Buku-buku tersebut merupakan bagian dari ikhtiar berkelanjutan dalam memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang sejarah maritim dan peradaban Islam di kawasan Nusantara. Khususnya karya-karya sejarah yang tidak hanya menyajikan narasi, tetapi juga menyusun kembali data-data sejarah berbasis riset yang belum banyak di tulis, diantaranya peran signifikan masyarakat Nusantara dalam jaringan peradaban global sebelum masa kesultanan pada abad ke-13 M. Buku-buku tersebut diterbitkan sebagai bagian dari komitmen PT Media Literasi Nesia dalam rangka menghasilkan karya-karya akademik berkualitas yang bertumpu pada penelitian, terutama dalam bidang arkeologi dan sejarah.
Sebagai wujud dukungan terhadap aktivitas riset sejarah dan arkeologi, sejak tahun 2020, PT Media Literasi Nesia melalui Sultanate Institute telah menjalin kerjasama dengan Balai Arkeologi Sumatra Utara yang berikutnya berubah nomenklatur menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Adapun langkah nyata dari hasil kerjasama riset ilmiah tersebut, diantaranya di wujudkan dalam bentuk penelitian ekskavasi arkeologi berkelanjutan di kawasan Situs Bongal yang terletak di Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah, pada tahun 2021 dan 2022.
Buku ini merupakan buku terbitan kedua dari hasil elaborasi riset arkeologi Situs Bongal bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Adapun buku terbitan pertama yang memuat hasil riset dari semua tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan judul “Bukti-bukti Arkeologi Situs Bongal, Bandar Perniagaan Global di Pantai Barat Sumatra abad 7 – 10 M”, telah diserahkan kepada pihak-pihak terkait, utamanya kepada Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) pada tanggal 02 November 2023 di Jakarta, dan kepada Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah II Provinsi Sumatra Utara pada tanggal 17 November 2023 di Medan.
Hasil elaborasi penelitian bersama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) di Situs Bongal tersebut juga telah banyak di terbitkan melalui publikasi ilmiah bertaraf internasional, seperti Jurnal Archiphel Perancis, SPAFA, World Archaeological Congress (WAC) di Darwin Australia, International Forum On Spice Route (IFSR), Konferensi Internasional Spice Islam dan sebagainya. Hal ini merupakan inisiasi upaya dalam rangka menguatkan narasi tentang peran masyarakat lokal serta posisi Nusantara sebagai simpul penting dalam jejaring maritim global sejak masa lampau dalam forum-forum ilmiah internasional.
Sebagai bentuk tanggung jawab moral dari aktifitas penelitian berkelanjutan di Situs Bongal, PT Media Literasi Nesia telah memprakarsai berdirinya Museum Fansuri Situs Bongal yang terletak di Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah. Museum ini di dirikan dalam rangka konservasi sebagai upaya pelestarian dan edukasi publik yang dapat di akses dengan mudah di kawasan tempatan Situs Bongal. Museum yang mengusung konsep on-site museum ini telah diresmikan oleh Pj Bupati Tapanuli Tengah, Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra BRIN, serta Direktur Perlindungan Kebudayaan Kemendikbud RI sejak tahun 2023.
Perdagangan Maritim Dunia Islam Abad 7-10 M
Sejarah Perdagangan Dunia Islam Abad Pertengahan dapat ditinjau pada setidaknya tiga siklus kronologis kesejarahan: Abad 7-10 M, Abad 11-13 M dan Abad 14-16 Masehi. Masing-masing siklus kronologis itu menunjukkan perubahan ekonomi yang mendasar serta unit dan institusi politik sesuai dengan konteks global dan regionalnya.
Buku Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad 7 M – 10 M adalah buku yang menjelaskan tentang sejarah dampak aktifitas komersial dan interaksi ekonomi melalui globalisasi maritim di Samudera Hindia. Secara khusus buku ini mengambil titik fokus sejarah perdagangan dunia Islam dengan kawasan pesisir barat Sumatera dengan Dunia Islam pada masa periode Umawiyah dan Abbasiyah Abad 7-10 Masehi.
Buku ini menyuguhkan uraian beragam data arkeologis beserta intepretasi kesejarahannya, yang diperoleh sebagai hasil sintesis atas tinjauan studi literatur beserta laporan penelitian arkeologis khususnya di kawasan pesisir Barat Sumatera. Bukti-bukti ini ditunjukkan dengan temuan artefaktual yang melimpah dan beragam di antaranya ragam koin Arab-Sasaniyah, koin berinskripsi Arab masa Daulah Umawiyah dan Abbasiyah, keramik, kaca, manik-manik, logam, alat-alat medis, fragmen kayu kapal, dan tali ijuk dengan beragam simpul, dan artifak berinskripsi Arab lainya.
Buku ini menunjukan keterlibatan awal dan aktif Sumatera dalam perdagangan maritim dunia disebabkan oleh posisi geostrategisnya dengan Selat Malaka dan Selat Sunda yang menghubungkan Samudera Hindia (Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan) dengan kawasan Asia Timur hingga Pasifik. Aktivitas maritim yang dinamis telah mendukung kota-kota pelabuhan di Sumatera untuk terhubung dengan jaringan perdagangan global, yang secara organik membentuk interaksi budaya yang kompleks antara para pedagang asing dan masyarakat lokal.
Perdagangan maritim lintas benua memberikan pertumbuhan ekonomi dengan merangsang pertumbuhan pasar, produktivitas, dan pasokan bahan baku di kota-kota yang dilaluinya. Bahkan, Kota-kota dunia Islam di sepanjang rute perdagangan lintas benua ini khususnya di kawasan Samudera HIndia mendapat manfaat dari stimulus perdagangan dengan cara yang tentu saja meningkatkan kemakmuran masyarakatnya dan bahkan menguntungkan perekonomian dunia Islam secara keseluruhan. Pertumbuhan kota-kota pelabuhan di Sumatera pun tidak bisa dilepaskan dari aktivitas perdagangan di kawasan Samudera Hindia.
Buku berupaya menekankan pentingnya jaringan perdagangan maritim antara Muslim dari Jazirah Arab dan Teluk Persia, hingga ke China sejak pertengahan abad ke-7 Masehi. Sejak awak abad ke-7 M, Islam memulai ekspansinya ke wilayah timur melalui perdagangan yang didorong oleh perkembangan Jalur Sutra maritim. Para Pelaut Muslim khususnya dari Jazirah Arab dan Teluk Persia memainkan peran penting dalam membangun koneksi jalur pelayaran dan rute perdagangan rempah-rempah di Sumatera Awal.
Kehadiran kapal-kapal Dhow dari pusat-pusat komersil dunia Islam bukan hanya mengangkut barang mati berupa dagangan, tetapi membawa serta awak kapal dari para pelaut, pedagang dan penumpang yang beraneka ragam sebagai sarana interaksi sosial. Dampak paling signifikan dari terbentuknya interaksi pelayaran dan perdagangan ini hingga terciptanya bandar-bandar pelabuhan menjadi pusat perputaran ekonomi, kemudian berkembang menjadi kota-kota pelabuhan kosmopolitan, yang mengawali terbentuknya globalisasi awal maritim dunia.
Semoga kehadiran buku ini dapat mendorong riset-riset ilmiah lanjutan yang masih banyak mengalami kekosongan narasi sejarah Islam di Indonesia. Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat serta memperkaya perspektif pembaca akan peran penting Indonesia dalam kancah maritim global sejak abad ke-7 M.





Buku yang bagus, memberi gambaran interaksi paling awal antara pusat Dunia Islam dengan Kepulauan Nusantara.. Good Job..
Sukses selalu untuk Sultanate Institute
Buku yang patut dikoleksi baik untuk Sejarawan, Peneliti maupun akademisi. Detail tentang sumatera di abad 7 masehi pun bisa saya temui di sini, sangat membantu saya untuk mempelajari tentang kemaritiman baik Indonesia maupun kawasan maritim samudera hindia.
Buku yg dapat menjadi pembuka interpretasi terkait konektivitas nusantara dengan berbagai belahan dunia lainnya. Menunjukkan bagaimana berpengaruhnya nusantara terhadap peradaban dunia. Semoga dari buku ini memunculkan berbagai interpretasi yg akan lebih kompleks dan total, tetapi ttp ilmiah terkait nusantara dan dunia