خور atau (al-khour) menjadi salah satu syarat karakteristik pembangunan kota pesisir dalam peradaban Islam.
Istilah khour dalam kamus bahasa Arab diartikan sebagai kata Arab kuno yang identik dengan dunia pelayaran. Ejaaba.com menyebut خور (atau al-khour) artinya muara sungai yang terletak di pantai yang berbentuk teluk setengah tertutup, dimana aliran sungai mengalir di satu sisi, dan terhubung ke laut di sisi lain, tempat pertemuan air asin dengan air tawar.
Al Khour dapat pula bermakna muara air sungai yang terletak di tepi laut yang setengah tertutup (teluk).
Di sisi lain, Al-Khour juga diambil sebagai nama sebuah pulau yang terletak 50 kilometer di utara ibukota Doha Qatar. Pada masa lalu, pulau Al-Khour di Doha Qatar merupakan bekas wilayah Bahrain kuno, yaitu tempat mukimnya peradaban Dilmun kuno yang berbasis di Bahrain, pesisir Teluk Persia.
Secara geostrategis, muara sungai besar yang berada di Teluk memudahkan aktivitas kapal masuk ke kota pelabuhan. Sebab Teluk dapat menghadang ombak besar Samudera sehingga kondisi perairan menjadi lebih tenang.
Al Khour tampak menjadi karakteristik atau syarat perkembangan pemukiman-pemukiman hingga kota-kota Islam di masa silam. Kota-kota Islam kemudian tumbuh mengikuti rute dagang yang berlangsung. Sejumlah kawasan yang semula menjadi tempat singgah, tumbuh menjadi kawasan pemukiman komunitas masyarakat muslim.
Uka Tjandrasasmita dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia menyebut, seiring dengan pelayaran dan perdagangan komunitas masyarakat muslim menempati kawasan pesisir kemudian mengembangkan daerahnya menjadi kota pelabuhan. Tahap selanjutnya seiring dengan proses Islamisasi kota-kota tersebut berkembang menjadi kota-kota pusat institusi politik kerajaan Islam.
Para geografer muslim mencatat bandar-bandar besar yang berada di pesisir Sumatera lokasinya berada di khour. Seperti yang disebut Abu Hasan Ali bin Musa bin Al-Maghribi dalam Al-Jughrafiya dibawah ini,
“Semua kota-kota (Bandar pelabuhan) di pulau (Sumatra) ini, sebagaimana yang telah saya sebutkan tadi, terletak di sebuah khour.”
Catatan lainnya disebut oleh Syihabuddin An-Nuwairi dalan Nihayatul Arib fi Funun Al-Adab,
“Kota-kota di pulau (Sumatra) ini diantaranya Fansur, yang ditumbuhi pohon kafur dan gaharu kualitas tinggi, kemudian kota Malayir, kota Larwi (Lamri?), dan kota Kalah”. Setiap kota-kota (bandar) tersebut terletak di sebuah Khour, tempat bersandarnya kapal-kapal (besar) dari laut.
Ciri geografis ini nampaknya sesuai dengan lokasi Situs Bongal yang kami teliti bersama arkeolog dan pakar geologi BRIN tahun 2021-2022. Melalui identifikasi data geologi 1400 tahun yang lalu, Situs Bongal terletak di kawasan Teluk Tapanuli, juga terhubung dengan muara Sungai Pinangsori atau Sungai Lumut di Tapanuli Tengah.
Kawasan ini dinilai sangat cocok sebagai pelabuhan besar bahkan entreport pelayaran internasional pada masanya. Identifikasi ini memperkuat penelusuran lokasi Bandar Fansur di pesisir Barat Sumatera.