Situs Bongal Tapanuli Tengah membuat para peneliti, khususnya arkeolog terkejut. Lokasi situs, usia artefak serta kompleksitas temuan, membuat situs ini dinilai sebagai situs langka.
“Sebenarnya Situs Bongal itu ada yang mirip dengan Situs Air Sugihan di pantai timur Sumatera Selatan pada tahun 2008-2019 saya lalui bersama Puslit Arkenas dan dengan Balar Sumsel. Kemudian di Kalimantan Tengah, Selatan, dengan Balar Kalimantan. Tapi yang menarik dengan Bongal ini dia berhadapan langsung dengan laut,” tutur Fadhlan.
Dilihat dari lokasinya, Situs Bongal membuka kemungkinan baru mengenai pesisir barat Sumatera. Hal ini bahkan membuka fakta baru bahwa pada abad yang sama, aktivitas pelayaran dan perdagangan di Pulau Sumatera tidak hanya berlangsung di kawasan pesisir timurnya.
Dating temuan di situs ini yang secara absolut berasal dari abad ke-7 M juga memberikan fakta baru. Situs yang yang berada di kawasan pesisir barat Sumatera ini telah eksis dua abad lebih tua dari situs Lobu Tua, Barus.
Selain itu, ragam temuan yang sangat melimpah dan kompleks memberi pentunjuk aktifitas di situs ini sangat kosmopolit. Mulai dari beragam mata uang dari dunia islam, keramik-keramik dari china dan dunia islam, tembikar-tembikar lokal, beraneka fragmen kayu kapal, peralatan medis kuno, fragmen-fragmen alat tenun, botol-botol kaca dari dunia Islam, bereneka manik-manik hingga temuan struktur yang diduga makam.
Artefak Situs Bongal bahkan membantu peneliti mengidentifikasi konteks temuan serupa yang sebelumnya telah ditemukan di situs lain. Saat mengunjungi Museum Abad Satu Hijriyah yang berisi temuan-temuan dari situs Bongal, Fadhlan menemukan artefak yang sama saat dahulu meneliti Situs Air Sugihan Palembang di pesisir timur Sumatera.
Kata Fadhlan para peneliti waktu itu tidak begitu mengerti konteks dari temuan tersebut karena hanya ditemukan satu. Akhirnya para peneliti hanya menyebut temuan tersebut adalah gasing. Faktanya, setelah melakukan riset bersama sultanate institute dan mengunjugi Museum Abad Satu Hijriyah, ia baru mengerti jika temuan dulu yang hanya diyakini sebagai gasing ternyata merupakan bagian dari alat tenun kuno.
“Bahwa temuan seperti ini banyak kami temukan di Air Sugihan. Tetapi tidak ada konteks pastinya, jadi kami namakan ini sebagai gasing (permainan). Ternyata setelah di Bongal penelitian bersama Sultanate Institute ditemukan bersama sejumlah peralatan tenun, ternyata benda ini bagian dari suatu alat tenun,” ungkapnya.
Situs Langka
Berdasarkan pengalaman Fadhlan, sejumlah situs lahan basah lokasinya berada di kawasan aliran sungai. Untuk mencapainya harus diakses melewati sungai terlebih dahulu. Misalnya di Situs Air Sugihan, yang masuk dengan menjelajahi sungai purba. Begitu pula dengan lokasi situs di Kalimantan.
Namun Situs Bongal meberikan pengalaman baru pada geolog BRIN yang juga masuk dalam tim peneliti Sultanate Institute ini. Kata Fadhlan, kondisi Situs Bongal sangat jarang ditemui dalam situs-situs serupa.
“Kalau Air Sugihan itu melewati masuk menjelajahi sungai purba terlebih dahulu begitu pula dengan yang di Kalimantan. Laut sungai besar baru masuk ke situsnya. Tapi kalau Bongal ini berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia. Kita ketahui bahwa ombak dari Samudera Indonesia sangat besar,” jelas Fadhlan.
Fadhlan mendapat pemahaman baru. Meskipun situasi ombak samudera yang besar, Situs Bongal sangat cocok sebagai tempat berlabuh kapal. Sebab lokasinya berada di sebuah teluk yang terhubung dengan muara sungai, sehingga Situs Bongal terhindar dari ombak besar samudera. Terlebih ada sejumlah pulau yang menjadi banteng alami bagi kawasan ini.
Data geologi yang ia kumpulkan menunjukkan Situs Bongal sangat memungkinkan menjadi rute singgah pelayaran dan perdagangan. Bahkan ada indikasi kuat Situs Bongal sebagai suatu bandar besar abad ke-7 M. Sebab berdasarkan pengamatan dan analisisnya, rekonstruksi Bongal abad ke-7 M, Sungai Lumut ditunjukkan memiliki lebar sekitar 1 km.
Fadhlan menambahkan bahwa kemungkinan besar Situs Bongal merupakan Bandar Fansur sesuai dengan keterangan catatan Arab klasik.
“Walaupun secara umum oleh tim penelitian mengatakan ini bukan situs, ini situs tapi bukan fansur. Tapi saya sudah berani mengatakan bahwa ini adalah situs fansur dengan teluk yang seperti ini. ada Teluk Pandan dan ada bandar fansur,” pungkasnya.