Geometri merupakan salah satu model ekspresi seni yang khas dalam kebudayaan Islam. Ia banyak digunakan oleh para seniman dalam seni ornamentasi. Desain geometri digunakan untuk menghias dekorasi bangunan (arsitektural) maupun dekorasi produk budaya lainnya, seperti keramik dan kaca. Desain geometri merepresentasikan ungkapan betapa estetiknya karya seni peradaban Islam. Bahkan dipakai sedemikian luas di pusat-pusat peradaban Islam.
Ekspresi seni ornamentasi Islam mencerminkan kekayaan ornamen yang membedakan kualitas tradisi seni Islam dengan tradisi lainnya. Tiga desain utama ornamentasi Islam diwakili dalam desain kaligrafi, geometri, dan bunga serta tumbuh-tumbuhan atau yang sering dikenal dengan istilah florish. Tak hanya itu, desain lain yang kerap muncul adalah bentuk figuratif yang melukiskan gambaran manusia dan hewan. Meskipun, desain figuratif ini dipakai lebih terbatas dalam sejumlah objek benda saja, tidak digunakan dalam dekorasi masjid atau bangunan-bangunan penting.
Geometri pada dasarnya memberi pengaruh dalam pengembangan desain ornamen kaligrafi dan florish. Keduanya menampilkan keindahan visual yang luar biasa dalam desain ornamentasi ketika dielaborasi dengan unsur geometri. Kaligrafi kufi misalnya yang merupakan bentuk tertua dalam tradisi kaligrafi, cocok digunakan untuk sebuah elaborasi ornamen. Contoh ini terdapat pada bangunan Menara Mas’ud III (1099-1115) dan Fasad Interior Masjid di Golpayegan, Iran. Bentuk ornamen ini melahirkan sebuah istilah yang disebut kaligrafi geometris, yang ekspresinya dapat ditemukan dari Andalusia hingga India.
Begitupun dengan desain florish, pola geometris berperan membentuk desain bunga, sulur, dan motif tumbuhan lainnya tampil dengan struktur yang simetris. Salah satu contohnya adalah desain florish yang berotasi dan berulang. Biasanya desain ini membutuhkan pola geometris agar tampak simetris. Bahkan desain ini disebut selalu mengikuti struktur pola geometris dan sering digunakan sebagai pengisi dalam pola geometris. Seperti tampak pada kubah di Makam Sultan Qaytbay (Kesultanan Mamluk) di Kairo, Mesir.
Berpondasi Prinsip Tauhid
Isma’il R. Al-Faruqi dalam Atlas Budaya Islam membagi desain ornamentasi Islam kedalam dua motif, yaitu motif nonfiguratif atau abstrak dan motif figuratif. Kaligrafi dan geometri masuk dalam kategori nonfiguratif, sedangkan florish, bentuk lukisan manusia dan hewan termasuk dalam kategori figuratif. Secara keseluruhan Al-Faruqi menyebut ekspresi seni Islam ini dengan arabesques. Seni ini disebutnya sebagai seni pola tak terbatas atau seni tak terbatas.
Ungkapan estetika ini selaras dengan prinsip estetis ideologi seni Islam. Dimana seni dalam Islam merupakan implementasi dari dimensi positif tauhid. Hal ini menyentuh aspek terpenting dari doktrin Islam bahwa Allah tak terbatas dalam setiap aspek. Karena itu, pola yang tak berawal dan tak berakhir itu memberi kesan tak terbatas, yang merupakan cara terbaik untuk mengekspresikan doktrin tauhid dalam seni.
Ekspresi Kebudayaan Tinggi
Sejak periode terawalnya, ekspresi seni Islam telah menemukan tradisi ornamentalnya dengan beragam bentuk yang bergaya tinggi. Jay Bonner dalam Islamic Geometric Patterns Their Historical Development and Traditional Methods of Construction menyebut geometri merupakan inovasi estetika penting dalam tradisi ornamentasi Islam. Bentuk poligonal seringkali mendasari pembentukan pola geometris tersebut. Pada perkembangannya kemudian, para seniman melakukan kreatifitas estetik yang lebih kompleks lagi. Dimana desain geometris dapat ditampilkan dengan elemen poligonal yang lebih beragam dan lebih bervariasi.
Dengan perkembangan bentuknya yang kompleks tersebut, desain geometri bahkan mengandung perhitungan ilmiah yang berkaitan dengan bidang ilmu matematika. Hal ini diungkapkan oleh Gulru Necipoglu dalam The Arts of Ornamental Geometry. Ia mengungkapkan kemungkinan keterkaitan seni ornamental geometri dengan matematika. Hal ini didasarkan pada sumber anonim yang berjudul Fi Tadakhul al-Ashkal al-Mutashabuha wa al-Mutawafiqa. Teks anonim ini mengejutkan sejumlah peneliti terutama sejarawan seni. Mereka bahkan menyebut dokumen ini sebagai dokumen Abad Pertengahan yang langka, yang kemudian disebut Kompendium Anonim.
Dokumen ini mengungkap irisan antara ilmu pengetahuan matematika dengan desain geometri. Gulru yang juga telah membahasnya secara lebih singkat dalam bukunya The Topkapi Scroll Geometry and Ornament in Islamic Architecture, menyimpulkan bahwa terdapat satu titik pertemuan atau konvergensi antara bidang ilmu matematika terapan dengan karya ornamental arsitektural. Lebih dari itu, hal ini sebenarnya juga menunjukkan capaian perkembangan pengetahuan para seniman dan matematikawan Islam masa itu.
Hal ini juga berkenaan dengan prosedur desain yang digunakan dalam menciptakan berbagai pola geometris dalam hubungannya dengan matematika. Bahwa pembuatan desain geometri tak dipungkiri dapat diterjemahkan dalam bentuk perhitungan matematika. Sehingga perhitungan matematika merupakan salah satu unsur proses kreatif pembentukan desain geometri dalam tradisi seni Islam.
Sejumlah bukti arkeologis ornamen geometri telah banyak diungkap dalam temuan di pusat-pusat seni peradaban Islam. Nishapur misalnya ditemukan sejumlah bukti jejak aktivitas pembuatan ornamen geometri pada beberapa arsitektur bangunan. Sebagian besar bangunan yang masih berdiri hingga kini di pusat-pusat dunia Islam juga menampilkan desain geometri. Desain ini bahkan masih terus digunakan dalam arsitektur bangunan maupun barang-barang lainnya.
Ornamen geometri berlangsung selama berabad-abad mengungkapkan keindahan visual yang melekat pada ekspresi seni peradaban Islam. Inovasi para seniman menghasilkan keluasan yang luar biasa dari keragaman yang menjadi ciri tradisi seni ini. Sehingga, perannya dalam seni Islam secara keseluruhan adalah yang terpenting. Pencapaian luar biasa seniman geometris di masa lalu berfungsi sebagai sumber inspirasi bagi banyak seniman, desainer, pengrajin, maupun arsitek kontemporer.