Sultanate Institute meresmikan site museum di Situs Bongal, Desa Jago-Jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah pada Sabtu (13/05/2023).
Peresmian Museum Fansuri Situs Bongal diselenggarakan melalui serangkaian acara yang dimulai sejak 11 Mei 2023 di Tapanuli Tengah. Pada kamis (11/05/2023), Sultanate Institute melakukan rapat koordinasi bersama dinas-dinas terkait pemkab Tapanuli Tengah untuk membahas rencana pengelolaan, pemanfaatan, sekaligus pengembangan kawasan Situs Bongal.
Pada hari kedua, Jum’at (12/05/2023) Sultanate Institute melanjutkan rapat koordinasi dengan pihak pemkab Tapanuli Tengah dalam rangka sosialisasi hasil penelitian Situs Bongal yang telah dilakukan sekitar 3 tahun sejak akhir tahun 2020.
Selain itu, Sultanate Institute juga menggelar kegiatan diskusi tentang Situs Bongal dalam dua sesi. Pada sesi pertama diskusi membahas tentang konteks historis Situs Bongal kaitannya dengan jalur rempah. Sedangkan pada sesi kedua, diskusi membahas tentang langkah-langkah berkelanjutan dalam rangka upaya konservasi Situs Bongal.
Diskusi ini menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan penelliti serta pemangku kebijakan konservasi kawasan cagar budaya baik daerah maupun pusat, dengan pembicara kunci Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra BRIN Dr. Herry Jogaswara dan PJ Bupati Tapanuli Tengah Dr. Elfin Elyas Nainggolan.
Di antaranya ialah peneliti ahli utama Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN sekaligus arkeologi senior Sony C. Wibisono, arkeolog Pusat Riset Arkeologi Maritim Lingkungan dan Budaya Berkelanjutan BRIN sekaligus ketua tim peneliti Situs Bongal Dr. Ery Soedewo, peneliti arkeologi maritim Griffith University Shinatria Adhityatama, arkeolog Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN Andri Restiyadi, peneliti Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk BRIN Dr. Aswandi Anas, kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Dr. Phil. Ichwan Azhari, peneliti ahli utama Pusat Riset Arkeometri BRIN Ir. Fadhlan S. Intan, kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 2 Sumatra Utara Sukronedi, serta Direktur Perlindungan Kebudayaan Dirjen Kebudayaan RI Judi Wahjudin.
Museum Fansuri Situs Bongal
Pendirian Museum Fansuri Situs Bongal adalah bentuk komitmen Sultanate Institute dalam kerja-kerja riset dan konservasi berkelanjutan Situs Bongal. Museum ini diresmikan pada Sabtu (13/05/2023) di Situs Bongal, Desa Jago-Jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah.
Pada peresmian ini turut hadir sejumlah tamu undangan dari kalangan peneliti maupun pemangku kebijakan terkait. Di antaranya Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra BRIN Dr. Herry Jogaswara dan PJ Bupati Tapanuli Tengah Dr. Elfin Elyas Nainggolan, kepala Pusat Riset Arkeologi Maritim Lingkungan dan Budaya Berkelanjutan BRIN Marlon Ririmasse, kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN Dr. Irfan Mahmud, peneliti ahli utama Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN Dr. Ketut Wiradnyana, kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 2 Sumatra Utara Sukronedi, Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata & Kebudayaan Provinsi Sumatra sekaligus mewakili Asosiasi Museum Indonesia Daerah Sumatra Utara Martina Silaban, serta Direktur Perlindungan Kebudayaan Dirjen Kebudayaan RI Judi Wahjudin
Pendirian Museum Fansuri Situs Bongal ini dilakukan mengingat pentingnya data artefaktual hasil temuan selama penelitian ekskavasi di 30 titik pengujian yang telah dilakukan dalam kurun waktu dua tahun.
Sultanate Institute berupaya membangun Museum Konservasi di kawasan Situs Bongal untuk merawat dan melestarikan data artefaktual temuan hasil ekskavasi, agar dapat bermanfaat bagi kepentingan edukasi dan ilmu pengetahuan di masa mendatang.
Kekayaan sejarah yang sangat berharga ini harus diselamatkan dan dilestarikan. Agar warisan sejarah di kawasan Situs Bongal tak hilang jejaknya dan dapat terus bermanfaat bagi generasi mendatang. Dengan upaya penyelamatan dan pelestarian, selain menjadi sarana edukasi bagi masyarakat luas, warisan sejarah ini akan turut membangkitkan kesadaran identitas serta jati diri bangsa sebagai peradaban maritim kelas dunia
Oleh karena itu, Sultanate Institute bersama Dinas Pendidikan Tapanuli Tengah serta pihak terkait lain yang turut terlibat dalam kerja-kerja riset dan konservasi Situs Bongal mengajak semua pihak, baik dari kalangan masyarakat umum dan seluruh dinas terkait, untuk bersama-sama lebih peduli secara serius terhadap pentingnya Situs Bongal dengan merawat temuan-temuan artefak, melalui wadah Museum Fansuri Situs Bongal.
Harapannya Museum Fansuri Situs Bongal ini dapat berfungsi sebagai pusat edukasi dan konservasi Situs Bongal, sekaligus dapat menjadi wadah terbuka bagi para peneliti selanjutnya, baik dari kalangan akademik, maupun khalayak umum yang ingin melakukan penelitian-penelitian lanjutan di Situs Bongal.
Tak lupa, kerja-kerja konservasi yang berkelanjutan juga menjadi upaya serius untuk menjadikan Situs Bongal sebagai situs warisan dunia UNESCO. Kini Situs Bongal telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya tingkat provinsi dan sedang proses pengusulan serta penetapan menjadi situs cagar budaya nasional.