No Result
View All Result
Sultanate Institute
  • Spiced Islam
    • SI-IO 2022
    • SI-IO 2023
    • SI-IO 2025
  • Islamic Civilization
  • Museum
    • Museum Abad Satu Hijriyah
    • Museum Fansuri Situs Bongal
  • Manuscripts
  • Tombstones
  • Expeditions
  • Activities
  • Books
  • Galleries
    • Masjid
    • Ekskavasi
    • Kegiatan
  • Spiced Islam
    • SI-IO 2022
    • SI-IO 2023
    • SI-IO 2025
  • Islamic Civilization
  • Museum
    • Museum Abad Satu Hijriyah
    • Museum Fansuri Situs Bongal
  • Manuscripts
  • Tombstones
  • Expeditions
  • Activities
  • Books
  • Galleries
    • Masjid
    • Ekskavasi
    • Kegiatan
No Result
View All Result
Sultanate Institute
No Result
View All Result

Situs Bongal dan Perkembangan Arkeologi Maritim di Sumatra Utara

Editor by Editor
31 Oktober 2025
in Islamic Civilization
0
Situs Bongal dan Perkembangan Arkeologi Maritim di Sumatra Utara

Ekskavasi Situs Bongal Tahun 2022. Dokumentasi Sultanate Institute.

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Penelitian arkeologi di Indonesia mengalami perkembangan signifikan sejak pertengahan abad ke-20, khususnya di wilayah Sumatra Utara. Sebagaimana ditunjukkan oleh ekskavasi yang dilakukan di sejumlah situs penting di Sumatra Utara, seperti Kota Cina, Barus, Padang Lawas, Pulau Kampai, dan Situs Bongal.

Jejaring situs-situs di Sumatra Utara tersebut sangat penting dikaji dalam hubungan komunikasi antar-situs menuju potensi studi perbandingan tinggalan budaya material di kawasan tersebut. Hal ini yang dibahas oleh Daniel Perret dalam 3rd Spiced Islam International Conference 2025 berjudul “North Sumatra Settlements Sites: Methodological Issues on Relations and Material Cultures Comparisons (9th – 14th c. CE).”

Situs Bongal memperkaya khazanah pengetahuan tentang warisan budaya maritim di Indonesia khususnya di wilayah Sumatra Utara. Terutama lokasinya yang berada di sisi barat, Situs Bongal memperkuat potensi arkeologi dan sejarah maritim di kawasan tersebut, dengan periode sejarah yang signifikan yaitu abad 7-10 M.

Bukti-bukti eksistensi budaya maritim di Situs Bongal membuka kembali diskursus mengenai pesisir barat Sumatra. Bahwa selama ini dunia arkeologi dan sejarah seolah dibatasi oleh beberapa asumsi yang mengarahkan pada minimnya potensi kepurbakalaan di pesisir barat Sumatra.

Beberapa asumsi tersebut setidaknya terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor lingkungan, teori migrasi nenek moyang masyarakat Austronesia, dan perkembangan historiografi Indonesia modern.

Faktor lingkungan alam seringkali mengatakan, bahwa pesisir barat Sumatra memiliki kondisi lingkungan yang sempit dan terjal dengan rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Sungai-sungai di sisi barat Pulau Sumatra juga cenderung berukuran kecil, tidak terlalu panjang, berair deras sehingga sebagian besar tidak dapat dilayari, serta berhadapan langsung dengan ruang laut berombak tinggi Samudra Hindia. Sementara pesisir timur Sumatra terbentuk dari dataran aluvial yang luas, dengan aliran sungai-sungai besar, berair tenang, dan dapat dilayari merupakan bentangalam yang memadai sebagai lokasi permukiman dan pelabuhan (Asnan, 2019, 2018; Rangkuti, 2008; Utomo, 2018).

Kemudian faktor kedua adalah teori migrasi nenek moyang penutur bahasa Austronesia yang mengatakan bahwa lokasi tujuan migrasi nenek moyang bangsa Indonesia tersebut adalah pesisir timur Sumatra sebagai wilayah untuk tinggal, menetap, dan membentuk permukiman (Setiawan, 2017).

Dan faktor ketiga adalah eksklusi ruang maritim pesisir barat Sumatra dalam narasi besar historiografi Indonesia yang menganggap masyarakat yang menempati ruang maritim pesisir barat Sumatra dianggap terbelakang dan mewakili kekalahan multidimensi. Anggapan ini muncul didukung oleh wacana besar politik historiografi Indonesia yang menghendaki kesejarahan yang modern, beradab, dan berdimensi global (Purwanto, 2017).

Situs Bongal dengan bukti-bukti penemuannya menjawab asumsi di atas dan membuka peluang serta potensi penelitian lebih lanjut dengan beragam pendekatan atau multidisiplin ilmu. Selain itu, potensi ini menjadikan Situs Bongal sebagai situs penting dalam upaya perbandingan hubungan antara situs-situs di wilayah Sumatra Utara, baik di pesisir timur, pesisir barat, maupun pedalamannya.

Survei Arkeologi Bawah Air di Situs Bongal. Dokumentasi Sultanate Institute.

Situs-Situs di Sumatra Utara

Sebelum tahun 1970, yaitu tahun 1850an sampai 1960an sejarah Sumatra Utara lebih banyak ditulis berdasarkan sumber-sumber pertulisan dan tradisi lisan, dan tinggalannya diketahui terdiri dari arca-arca Hindu-Budha beserta artefak-artefak seni masa itu.

Memasuki tahun 1970an, dekade ini menandai babak baru penulisan sejarah (historiografi) Sumatra Utara, yang diperkaya dengan data-data berdasarkan tinggalan arkeologi melalui penggalian ekskavasi situs-situs utama, di antaranya juga termasuk Bongal.

Pertengahan tahun 1970-an, ekskavasi pertama secara sistematis dilakukan di Situs Kota Cina, yang terletak di tepi Selat Malaka, Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara. Penelitian ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan arkeologi Indonesia karena menghasilkan berbagai temuan yang membuka wawasan tentang hubungan historis kawasan pesisir Sumatra dengan jejaring perdagangan maritim yang lebih luas. Lebih jauh lagi, kegiatan ini menjadi dasar bagi penelitian-penelitian arkeologi berikutnya di provinsi tersebut.

Sejak tahun 1995, penelitian arkeologi yang lebih sistematis dan relatif ekstensif telah dilaksanakan di sejumlah situs utama, antara lain Barus (Lobu Tua dan Bukit Hasang), Padang Lawas (Si Pamutung), Pulau Kampai, Kota Cina, dan yang paling baru yaitu Situs Bongal di pesisir barat Sumatra. Penelitian di berbagai situs tersebut telah menghasilkan sejumlah besar data arkeologi yang penting, termasuk kronologi, evolusi spasial aktivitas manusia, dan perkembangan budaya material.

Sebaran situs-situs permukiman di wilayah Sumatra Utara:

Pesisir timur:

  1. Bulu Cina (8-14 M)
  2. Pulau Kampai (11-16 M)
  3. Kota Cina (akhir 11-awal 14 M)
  4. Kota Rentang (12/13-16 M)
  5. Deli Tua (13-17 M)
  6. Aru (13-17 M)
  7. Pannai/Pane (9-13 M)

Pesisir barat:

  1. Bongal (7-10 M/pertengahan milenium pertama)
  2. Barus – Lobu Tua (pertengahan 9-12 M)
  3. Barus – Bukit Hasang (12-awal 16 M)
  4. Singkil (Aceh)
  5. Natal

Pedalaman:

Si Pamutung (Padang Lawas) (9-13 M)

Keberagaman temuan, seperti fragmen keramik, kaca, logam, manik-manik, serta sisa struktur perahu atau kapal, menunjukkan dinamika kehidupan masyarakat pesisir dan interaksi mereka dengan jaringan perdagangan internasional. Setiap situs memiliki konteks lokal yang berbeda, tetapi semuanya memperlihatkan keterkaitan dalam sistem pertukaran dan komunikasi maritim yang lebih luas di kawasan Samudra Hindia.

Penelitian situs-situs tersebut menunjukkan perkembangan bertahap dalam penelitian arkeologi Indonesia sekaligus menegaskan pentingnya kawasan ini dalam konteks sejarah maritim dan budaya Asia Tenggara. Kajian komparatif antar-situs memberikan peluang untuk memahami lebih dalam tentang komunikasi interregional, difusi teknologi, dan transformasi budaya yang berlangsung di sepanjang pesisir Sumatra.

Jejaring yang mungkin terhubung antara pesisir barat dan pesisir timur Sumatra utara melalui rute dan jalur air di pedalaman bagian selatan Sumatra Utara. Hubungan dan interaksi ini sangat mungkin dilatar belakangi oleh kandungan sumber daya alam utama yang ada di wilayah bagian selatan Sumatra Utara, yang sebagian besar didominasi oleh komoditas alam hasil hutan dan mineral logam mulia.

Kecuali Si Pamutung di kawasan Padang Lawas, semua situs-situs permukiman di Sumatra Utara terletak/berlokasi di wilayah pesisirnya baik di timur maupun barat. Hal ini menunjukkan penekanan wilayah pesisir memiliki potensi sumber daya arkeologi yang melimpah, seperti halnya disebut pula dalam sumber-sumber catatan asing.

Namun masih terdapat kekurangan data dalam melakukan perbandingan terhadap situs-situs permukiman maritim di Asia Tenggara. Perlu diperkaya pula dengan penelitian arkeologi bawah air, data toponimi, serta survei sistematis.

Previous Post

3rd Spiced Islam International Conference Sukses Digelar di Museum Fansuri Situs Bongal: Kolaborasi Riset Lanjutan dan Kontribusi Akademik

Editor

Editor

Related Posts

3rd Spiced Islam International Conference Sukses Digelar di Museum Fansuri Situs Bongal: Kolaborasi Riset Lanjutan dan Kontribusi Akademik
Activity

3rd Spiced Islam International Conference Sukses Digelar di Museum Fansuri Situs Bongal: Kolaborasi Riset Lanjutan dan Kontribusi Akademik

16 September 2025
Situs Bongal Menghadirkan Kembali Diskursus Tentang Kawasan Pesisir Barat Sumatra
Islamic Civilization

Situs Bongal Menghadirkan Kembali Diskursus Tentang Kawasan Pesisir Barat Sumatra

12 September 2025
Situs Bongal dalam Perniagaan Maritim Global Abad VII-X M
Islamic Civilization

Situs Bongal dalam Perniagaan Maritim Global Abad VII-X M

3 September 2025
Situs Bongal dan Historiografi Islam Indonesia
Islamic Civilization

Situs Bongal dan Historiografi Islam Indonesia

2 September 2025
Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H / VII-X M
Islamic Civilization

Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H / VII-X M

1 September 2025
Konferensi Internasional Spiced Islam ke-3 Digelar di Situs Bongal, Tapanuli Tengah
Activity

Konferensi Internasional Spiced Islam ke-3 Digelar di Situs Bongal, Tapanuli Tengah

16 Agustus 2025

POPULAR

Situs Bongal dan Perkembangan Arkeologi Maritim di Sumatra Utara

Situs Bongal dan Perkembangan Arkeologi Maritim di Sumatra Utara

31 Oktober 2025
3rd Spiced Islam International Conference Sukses Digelar di Museum Fansuri Situs Bongal: Kolaborasi Riset Lanjutan dan Kontribusi Akademik

3rd Spiced Islam International Conference Sukses Digelar di Museum Fansuri Situs Bongal: Kolaborasi Riset Lanjutan dan Kontribusi Akademik

16 September 2025
Situs Bongal Menghadirkan Kembali Diskursus Tentang Kawasan Pesisir Barat Sumatra

Situs Bongal Menghadirkan Kembali Diskursus Tentang Kawasan Pesisir Barat Sumatra

12 September 2025
Situs Bongal dalam Perniagaan Maritim Global Abad VII-X M

Situs Bongal dalam Perniagaan Maritim Global Abad VII-X M

3 September 2025
Situs Bongal dan Historiografi Islam Indonesia

Situs Bongal dan Historiografi Islam Indonesia

2 September 2025
Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H / VII-X M

Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H / VII-X M

1 September 2025
Islamisasi dan Globalisasi Awal: Sultanate Institute Bedah Buku “Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H/VII-X M”

Islamisasi dan Globalisasi Awal: Sultanate Institute Bedah Buku “Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H/VII-X M”

1 September 2025
Konferensi Internasional Spiced Islam ke-3 Digelar di Situs Bongal, Tapanuli Tengah

Konferensi Internasional Spiced Islam ke-3 Digelar di Situs Bongal, Tapanuli Tengah

16 Agustus 2025
Bedah Buku “Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H/VII-X M”

Bedah Buku “Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H/VII-X M”

28 Agustus 2025
Kunjungan Akademik Sultanate Institute bersama Sekolah Tinggi Agama Islam Barus

Kunjungan Akademik Sultanate Institute bersama Sekolah Tinggi Agama Islam Barus

23 Juni 2025

Sultanate Institute. All Right Reserved

  • Profile
  • About Us
  • Contact Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Spiced Islam
    • SI-IO 2022
    • SI-IO 2023
    • SI-IO 2025
  • Islamic Civilization
  • Museum
    • Museum Abad Satu Hijriyah
    • Museum Fansuri Situs Bongal
  • Manuscripts
  • Tombstones
  • Expeditions
  • Activities
  • Books
  • Galleries
    • Masjid
    • Ekskavasi
    • Kegiatan