Hasil Penelitian Situs Bongal diharapkan dapat memberi temuan baru yang sebelumnya tidak muncul dalam penelitian di Kawasan Pantai Barat Sumatera. Salah satunya adalah komoditas perdagangan yaitu kafur. Kafur merupakan komoditas penting perdagangan Samudera Hindia abad pertengahan, yang menjadi daya tarik kedatangan para pedagang dunia. Sisa-sisa resin maupun pohon kafur ternyata masih dapat ditemukan di Kawasan Situs Bongal. Sejumlah temuan resin tengah dilakukan proses identifikasi sedangkan pohon kafur yang tersisa telah dilakukan pengamatan oleh Tim Sultanate Institute bersama warga setempat.
Komoditas kafur diharapkan pula menjadi satu temuan artefaktual baru dalam buku hasil penelitian yang akan dipublikasikan. Sebab komoditas kafur yang menjadi ciri khusus kota pelabuhan “Fansur” dalam berbagai catatan pelayaran belum muncul di penelitian Barus, yang juga situs di Kawasan Pantai Barat Sumatera. Hal ini disampaikan Ketua Tim Peneliti Ery Soedewo dalam kesempatan kunjungan ke Sultanate Institute dan Museum Abad Satu Hijriyah di Solo, 29-30 Mei 2022.
“Kami berharap ada beberapa hal yang bisa kita tampilkan yang tidak muncul dalam penelitian lain di Pantai Barat Sumatera seperti situs di Barus. Barus itu kaya dengan temuan artefaktual dan kajian laboratoris terhadap temuan juga bagus dan sudah sangat bagus. Hanya yang belum muncul pada penelitian di Barus adalah komoditas yang diperdagangkan disana, yakni Kafur. Identifikasi tersebut terhambat karena mungkin tidak ditemukan adanya komoditas resin tersebut. justru kita temukan cukup berlimbah di Situs Bongal”.
Kafur merupakan komoditas yang banyak dicari oleh pedagang mancanegara, khususnya para pedagang muslim. Kebutuhan kafur cukup tinggi sebagai bahan baku dunia medis maupun produk wewangian (aromatika). Identifikasi dilakukan melalui sumber catatan pelayaran Arab abad pertengahan, dimana “Kafur Fansur” banyak disebut didalamnya. Sejumlah catatan tersebut memberikan uraian keterangan mengenai cara memanen, macam-macam kafur, pohon kafur, pengolahan, dan harga komoditas kafur.
Peneliti Kehutanan Aswandi Anas mengidentifikasi produk resin hasil hutan Sumatera Utara yang kini terbilang sulit untuk ditemui. Kawasan hutan Sumatera memang telah dikenal merupakan salah satu penghasil resin aromatik alami terbaik di dunia. Diantara produk resin hasil hutan Sumatera Utara adalah kemenyan (benzoin) dan kafur. Getah atau resin kafur sendiri dihasilkan dari pohon kafur yang bernama latin Dryobalanops Aromatica, tanaman endemik asli hutan Sumatera. Sedangkan kemenyan di hasilkan dari pohon Kemenyan Sumatera bernama latin Styrax Benzoin.
Komoditas kafur ini juga disebut komoditas terbaiknya berasal dari Kawasan Fansur. Hal ini serupa dengan identifikasi bahwa pohon kafur Sumatera berbeda dengan pohon kafur yang tumbuh Cina atau Taiwan misalnya. Sebab pohon kafur yang tumbuh disana merupakan Cinnamomum Camphora berbeda dengan di Sumatera yang merupakan Dryobalanops Aromatica. Hal ini dapat ditelusuri pula dalam sumber catatan pelayaran, yaitu Rihlatus Sirafi menyebut bahwa “Kafur Fansur” merupakan produk kafur terbaik. Selain itu ditemukan pula dalam catatan Marco Polo The Travels of Marco Polo with Copious Notes, Edinburgh “…..here grows the best canfara fansuri, which is much more valued than any other………”.
Komoditas kafur temuan Situs Bongal juga tengah dilakukan identifikasi dengan melibatkan peneliti kehutanan Aswandi Anas. “Sembari menunggu hasil analisis, mudah-mudahan salah satu resin yang diidentifikasi nanti adalah kafur. Jika nanti telah terbukti, ini nanti bisa kaitannya dengan sumber-sumber historis yang menyebutkan bahwa kafur itu di ekspor di dua tempat menurut sumber-sumber Armenia, yaitu Fansur dan Panai. Kalau ditemukan di Bongal, kemungkinan besar terkait dengan Fansur. Sehingga dapat menegaskan bahwa yang dimaksud Fansur di awal abad pertama Hijriyah dalam sumber Arab kemungkinan besar adalah Bongal itu tadi”, sebut Ery.