Sultanate Institute terpilih sebagai salah satu pemakalah dalam International Conference “Museums and their Role in Tourism Development” yang diselenggarakan di Oman Across Ages Museum Minggu-Selasa (18-20/05/2025).
Keikutsertaan dalam International Conference Museum and their Role in Tourism Development merupakan bagian dari bentuk komitmen Sultanate Institute dalam pelestarian berkelanjutan di Situs Bongal.
Pada pertemuan akademik ini Sultanate Institute mempresentasikan penelitian di Situs Bongal, Tapanuli Tengah, khususnya dalam konteks proses pelestarian berkelanjutan dengan pendekatan on-site museum.
Sultanate Institute berkomitmen melaksanakan kerja-kerja pelestarian warisan budaya Situs Bongal yang memiliki nilai penting bagi sejarah maritim di pesisir barat Sumatra.
Lebih khusus dalam konteks interaksi awal Dunia Islam dengan Nusantara sejak abad ke-7 M. Situs Bongal memberi kontribusi penting dalam memahami koneksi pelayaran-perdagangan maritim global yang dimotori oleh para pelayar dan ilmuwan muslim.
Dengan koneksi ini tumbuh jejaring rute maritim global yang menghubungkan Mediterania, Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, hingga Asia Timur melalui kota-kota pelabuhan. Data-data arkeologi di Situs Bongal mencerminkan bukti-bukti kuat proses interaksi global yang digerakkan oleh para pelayar dan ilmuwan muslim sejak abad ke-7 M.

Sebagai komitmen dalam pelestarian berkelanjutan di Situs Bongal, Sultanate Institute menginisiasi berdirinya museum situs (on-site museum) yaitu Museum Fansuri Situs Bongal. Pengelolaan temuan artefak dan data arkeologi dengan konsep on-site museum merupakan pendekatan yang tepat untuk mengupayakan pelestarian yang berkelanjutan.
Konsep on-site museum merupakan salah satu bentuk dari transformasi paradigma dalam disiplin dan praktik museum yang dikenal dengan New Museology. Konsep on-site museum memungkinkan proses dialog dan transfer pengetahuan kepada publik dan pengunjung lebih aksesibel dan inklusif.
On-site museum mendorong keterlibatan komunitas masyarakat dalam pelestarian warisan budaya. Selain itu, dengan paradigma museum yang baru dapat meningkatkan dampak dan manfaat museum terhadap publik serta masyarakat luas.
Hal tersebut juga sejalan dengan pendekatan Public Archaeology (Arkeologi Publik) dalam studi arkeologi dan pengelolaan warisan budaya. Arkeologi Publik mengutamakan warisan budaya dan museum sebagai representasi kebudayaan yang bermanfaat dan berdampak bagi publik sebagai ruang edukasi serta ruang sosial.
Terima kasih atas apresiasi penghargaan dari His Excellency Sheikh Nasr bin Hamoud Al Kindi, Secretary General of the Royal Court Affairs (RCA), The Sultanate of Oman kepada Sultanate Institute.
On-Site Museum
Penelitian arkeologi Situs Bongal menuntut dilakukannya upaya pelestarian berkelanjutan. Tim peneliti bersama pemangku kepentingan terkait menghasilkan rekomendasi pelestarian koleksi temuan Situs Bongal dengan bentuk on-site museum.
Bentuk pelestarian ini merupakan wujud dari penerapan arkeologi publik dan paradigma New Museology, untuk menciptakan warisan budaya yang inklusif, berkelanjutan, dan bermanfaat bagi kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, serta publik luas terutama masyarakat setempat.
Museum Fansuri melakukan kerja-kerja pelestarian dan pemanfaatan koleksi temuan data arkeologi Situs Bongal tersebut, dan berperan sebagai sarana edukasi publik kepada masyarakat luas.
Proses pengelolaan Museum Fansuri merupakan bentuk implementasi dari pendekatan arkeologi publik dan paradigma New Museology, di mana Museum Fansuri mengedepankan proses interaksi inklusif kepada pengunjung.

Pendekatan inklusif ini menjadi aspek penting dalam upaya pelestarian warisan budaya yang berkelanjutan di Situs Bongal melalui institusi museum, membuka keterlibatan masyarakat dalam memaknai sehingga dapat menumbuhkan kesadaran warisan budaya.
Dengan prinsip arkeologi publik dan New Museology, Museum Fansuri membuka akses pengetahuan yang setara, sehingga menjadikan masyarakat sebagai subjek utama pelestarian warisan budaya.
On-Site Museum merupakan jembatan penghubung yang tepat antara objek material budaya dari masa lalu ke masa sekarang dan masa mendatang. Sebagai tinggalan masa lalu yang telah memasuki konteks sistem baru di masa kini, maknanya pun tak terbatasi bahkan terhubung dengan konteks masa kini.
Oleh karena itu museum berperan sangat penting menghubungkan antara masa lalu dengan masa kini dan masa depan, yang dapat memberi inspirasi bagi kehidupan manusia.
Museum juga merefleksikan hubungan antara warisan budaya dengan publik dalam bentuk pembelajaran budaya materi, sejarah kebudayaan, komunikasi massa, serta relasi antara situs, manusia, komunitas, dan identitas. Museum juga sebagai salah satu media relasi antara tinggalan masa lalu dengan publik saat ini.
Dalam hal ini Museum Fansuri merupakan ujung tombak dalam proses manajemen dan pengelolaan warisan budaya Situs Bongal di masa sekarang dan mendatang. Warisan budaya sebagai karya manusia bukanlah suatu entitas yang kaku, sebab objek budaya material memiliki nilai-nilai tertentu yang mencerminkan gagasan manusia dari masa lalu yang dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi manusia di masa sekarang hingga masa mendatang.
Oleh karena itu, Museum Fansuri dimaksudkan bukan hanya sebagai tempat penyimpanan koleksi artefak Situs Bongal, melainkan sebagai ruang edukasi sejarah, ruang publik/sosial, hingga mendorong upaya penelitian lanjutan bagi para peneliti dan akademisi dari berbagai disiplin ilmu.
Selain itu, Museum Fansuri juga sebagai mitra masyarakat dalam melakukan upaya pelestarian berkelanjutan dengan kolaborasi bersama sejumlah pemangku kepentingan terkait. Berdasarkan hal tersebut, Museum Fansuri menyediakan sejumlah fasilitas yang terdiri dari ruang pamer, ruang pertemuan, dan penginapan bagi para tamu peneliti.