Sultanate Institute dan Museum Abad Satu Hijriyah menerima kunjungan peneliti Halim Khairi beserta beberapa mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di Solo, Sabtu (15/11/2025).
Kunjungan menghadirkan diskusi yang menarik tentang bagaimana bukti-bukti interaksi terawal Dunia Islam dengan Nusantara ini dalam tinjauan kajian sejarah intelektual. Temuan Situs Bongal memberi pencerahan terkait historiografi terutama dalam diskursus Dunia Islam.
Hal ini diungkapkan oleh Halim dalam diskusi tersebut.
“Saya merasa sangat tercerahkan dan mendapat banyak ilmu berkunjung ke kantor Sultanate Institute di Solo ini.”
“Saya merasa tercerahkan tentang bagaimana Islam dan interaksinya dengan Nusantara itu sebenarnya lebih awal daripada apa yang selama ini saya kira. Saya mengira Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M yang merupakan teori yang dihasilkan dari penelitian Snouck Hurgronje yang menjadi referensi bagi para akademisi dan peneliti selama ini”, tegas mahasiswa Ph. D Department of Arabic and Islamic Studies Georgetown University tersebut.
“Ternyata dengan bukti arkeologi yang ada, dari satu situs yaitu Situs Bongal, banyak bukti-bukti yang tidak terbantahkan bahwa interaksi antara Dunia Arab secara umum dengan Islam itu ada sejak zaman Nabi SAW, dan saya kaget”, tambah Halim.
Apa yang dihasilkan dari penelitian di Situs Bongal, termasuk kerja-kerja pelestarian berkelanjutan oleh Sultanate Institute beserta BRIN dan sejumlah pemangku kepentingan lainnya, memunculkan pengetahuan yang secara kuat memberi cara pandang lain dari narasi besar yang ada.
“Menurut saya, apa yang dilakukan oleh Sultanate Institute penelitiannya akan sangat ground breaking dan dapat menjadi bekal untuk kita untuk riset kita, dan menunjukkan riset di Indonesia dengan independensi bisa mengubah cara pandang dunia dan Dunia Islam secara khusus.”
Terlebih, hal ini menandai bagian penting dari perkembangan riset kita di Indonesia. Seperti dalam tinjauan sejarah intelektual, temuan Situs Bongal sangat menghadirkan rasa ingin tahu bagaimana pemikiran dalam tradisi Islam berkembang dari generasi ke generasi dari masa yang lebih awal.
“Saya sangat merekomendasikan teman-teman para peneliti yang di mana saya sendiri merupakan peneliti yang fokus pada intellectual history, bagaimana sebuah pemikiran dalam tradisi Islam itu berkembang dari generasi ke generasi, terkhusus saya fokus pada tasawuf falsafi.”
“Saya sendiri dengan mendapatkan pencerahan dan pengetahuan baru dari Sultanate Institute, banyak yang harus dirombak dalam benak saya bahwa ternyata ini itu ga seterlambat abad ke-13 M gitu, ternyata lebih awal dari itu,” tambah Halim dalam diskusi di Solo.
Sejarah Intelektual
Dirkursus Situs Bongal semakin menarik dalam melihat tradisi pemikiran Islam dan bagaimana tradisi tersebut mewarnai perkembangan intelektual di Nusantara. Hal ini yang dieksplor oleh Halim melalui warisan intelektual Hamzah Fansuri.
“Nah, Hamzah Fansuri itu adalah tokoh pertama yang dikenal gitu mungkin, karena dia kan di abad ke-16 ya, dia wafat di tahun 1527, sementara Sunan Bonang wafat pada tahun 1525. Berarti di tahun 1400-an, itu bisa jadi dan sebenarnya Michael Feener sudah membuktikan, bahwa tradisi intelektual Ibnu Arabi itu sudah ada dan bisa dilacak melalui, misalkan ada nisan di Aceh yang ada inskripsi Fakhr al-Din Iraqi yang ngomongin soal tasawuf wahdatul wujud.”
“Kita ga tahu, mungkin ada yang lebih awal, soalnya dengan temuan baru seperti ini sangat mungkin ada hal-hal yang perlu kita eksplor lagi dan menjadi kekayaan budaya kita.”
“Jadi siapapun itu, peneliti, kalau di bidang saya di sejarah intelektual dan kaitannya dengan Nusantara, entah itu dari Barat ataupun dari negara-negara tetangga kita, saya merasa mereka harus datang dan mendengarkan temuan yang dieksplorasi oleh teman-teman Sultanate Institute,” lanjut Halim tentang kesejarahan dalam konteks Situs Bongal.















