Era kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab RA berhasil membawa ekspansi wilayah pemerintahan Islam menembus wilayah-wilayah strategis. Ekspansi wilayah pada masa itu telah mencapai Persia, Mesir, Afrika Utara, hingga memasuki wilayah Syam yang dikuasai oleh Romawi.
Khalifah Umar bin Khattab RA ialah pemimpin yang dikenal tegas, tangguh, dan pemberani, yang karena itu mampu menghantarkan Islam menguasai wilayah-wilayah penting bagi perluasan wilayah Islam.
Namun disamping keberhasilannya dalam ekspansi wilayah Islam, Umar bin Khattab RA juga merupakan sosok yang berjasa besar dalam meletakkan dasar-dasar kebijakan mengenai pengelolaan perekonomian negara.
Ketika pengaruh Islam semakin beranjak meluas dan menjadi otoritas dominan di dunia, Umar menyadari betul pentingnya kekuatan ekonomi masyarakat sebagai landasan utama. Terdapat beberapa sektor ekonomi yang disorot dan menjadi perhatian utama dalam kebijakan ekonominya, antara lain sektor pertanian, perdagangan, dan industri.
Hal ini ditegaskan oleh Dr. Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, yang menerangkan bahwa bagi Umar bin Khattab RA, ketiga sektor di atas adalah sektor yang paling menentukan Tingkat kesejahteraan masyarakat.
Untuk merealisasikan kebijakan ekonomi dalam ketiga sektor tersebut, Umar melakukannya dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama ialah pendekatan yang bersifat individu, dan yang kedua melalui pendekatan sistem.
Pendekatan individu dilakukan dengan tujuan untuk membangun komunikasi yang intensif dan efektif dengan rakyatnya. Sedangkan pendekatan sistem dilakukan untuk membangun tatanan kehidupan ekonomi yang adil dan tangguh.
Melalui pendekatan pertama, Umar menerapkan kebijakan kepada rakyatnya untuk senantiasa bekerja keras dan menggali serta mengimplementasikan segala potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu. Untuk memacu semangat, Umar turun langsung memberi contoh.
Salah satu bentuk teladan yang dicontohkan Umar ialah ketika selepas shalat shubuh Umar secara rutin selalu menengok lahan pertaniannya seperti yang dimuat dalam kitab Al-Muwaththa karangan Imam Malik.
Baginya, tawakal ialah berserah diri pada Allah secara aktif, bukan pasif. Artinya berserah diri kepada Allah dengan diikuti usaha yang serius. Menabur benih dan bercocok tanam terlebih dahulu sebelum tawakal pada Allah.
Umar pun terus menerus memberi dukungan dalam bentuk bimbingan langsung kepada para pedagang. Dalam rangka melindungi usaha dan niaga dari kelompok pedagang yang tidak jujur, Umar dengan tegas melarang pada pedagang untuk bermuamalah dengan para karakter penipu dan sering melakukan kecurangan dalam menentukan takaran.
Kebijakan Sektor Pertanian, Perdagangan, dan Industri
Terdapat tiga fokus utama Umat bin Khattab RA dalam kebijakan di sektor pertanian. Pertama, Umar mendorong peningkatan produktivitas lahan pertanian. Ketika berhasil memasuki dan menguasai wilayah ekspansi, Umar tidak lantas membagikan lahan, melainkan menuntun para pemilik aslinya untuk tetap mengelola lahannya untuk kepentingan pertanian. Kemudian Umar menetapkan pajak atasnya yang dinamakan kharaj.
Kebijakan kedua ialah menjamin pembangunan infrastruktur pertanian seperti pembentukan irigasi, saluran air, serta akses transportasi di wilayah produksi pertaniannya. Salah satu buktinya ialah pembentukan kanal di Fustat Mesir oleh Amr bin Ash di bawah kepemimpinan Umar. Kanal dimanfaatkan bukan hanya sebagai infrastruktur penting untuk produksi pertanian, melainkan juga kanal yang dimanfaatkan untuk kepentingan jalur transportasi dari Mesir ke Hijaz.
Kebijakan ketiga Umar dalam sektor pertanian adalah mengolah lahan-lahan mati serta memberikan insentif pemodalan dan sistem bagi hasil kepada para pelaku sektor pertanian utamanya ialah petani.
Kemudian pada bidang perdagangan Umar menerapkan jaminan keadilan bagi sistem perdagangan negara. Selain itu, orang-orang yang masik dalam pemerintahan juga dilarang terlibat dalam aktivitas niaga. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari conflict of interest. Bagi Umar, keterlibatan niaga pemimpin di era kepemimpinannya adalah suatu kerugian.
Sedangkan pada sektor industri, Umar mendorong rakyatnya untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas keterampilan. Sebab berdasarkan sebuah Riwayat Ibn Abi Ad-Dunya menjelaskan bahwa Umar menyadari bahwa penguasaan keahlian adalah faktor yang sangat penting dalam membangun industri. Pada saat itu industri yang sedang dikembangkan adalah industri kerajinan.
Khalifah Umar bin Khattab juga menaruh perhatian serius terhadap kegiatan perdagangan domestik maupun skala internasional. Kebijakan yang diambil untuk mendukung tumbuhnya lalu lintas perdagangan domestik adalah melakukan penghapusan pajak. Kebijakan ini berlaku bagi semua pedagang muslim maupun non-muslim. Pajak hanya diberlakukan untuk barang impor yang dibawa oleh para pedagang asing.
Selain itu, Umar juga akan mengambil tindakan hukum yang tegas bagi pedagang yang melakukan perilaku ihtikar (penimbunan). Sebab perilaku tersebut secara sengaja merupakan upaya untuk menaikkan harga dengan tidak wajar.
Yang tak kalah penting ialah kebijakan Umar bin Khattab RA dalam hal perdagangan internasional. Dalam persoalan ini Umar membuat perjanjian dagang dengan negara-negara tetangga atas dasar keadilan dan persamaan.
Bukti-Bukti Perkembangan Industri Dunia Islam
Kebijakan sektor industri yang diletakkan oleh Umar bin Khattab RA bukan hanya terbatas diterapkan di Madinah, melainkan sampai ke semua kawasan yang terhubung dengan pusat dunia Islam.
Perkembangan industri dunia Islam berlangsung seiring dengan meluasnya diaspora pelayaran dan perdagangan maritim ke batas-batas terjauh ke belahan dunia timur. Keduanya beriringan tumbuh sebagai ledakan niaga ke pusat-pusat kota pelabuhan di sepanjang kawasan pesisir.
Bashrah kemudian tumbuh menjadi pusat aktivitas maritim di perairan Teluk Persia atau Teluk Arab yang terhubung dengan pelabuhan al-Ubullah. Sejak pertumbuhan Bashrah, pelabuhan lain seperti Siraf juga tumbuh menjadi pelabuhan penting di Teluk Persia. Pelabuhan-pelabuhan tersebut menjadi titik berangkat kapal-kapal besar berlayar hingga ke Cina.
Perkembangan industri dunia Islam berkembang hingga pada masa Umawiyyah dan Abbasiyah. Barang-barang industri yang diproduksi diangkut oleh kapal-kapal layar mengarungi lautan hingga singgah di kota-kota pesisir sepanjang perairan Samudra Hindia menuju Asia Timur atau Cina.
Meningkatnya aktivitas pelayaran dan perdagangan turut memberikan dampak pada meningkatnya kebutuhan akan barang dagangan. Hal tersebut berpengaruh pada terbentuknya kawasan industri untuk memproduksi komoditas dagang pada masing-masing kota pelabuhan di sepanjang rute pelayaran.
Salah satu industri yang berkembang pesat ialah industri medis. Industri medis ini mendorong tingginya permintaan terhadap bahan baku yang dibutuhkan dalam produksinya. Yaitu rempah-rempah atau juga komoditas aromatik yang dapat ditemukan di kawasan Asia dan Afrika.
Komoditas ini menjadi salah satu pendorong aktivitas pelayaran para pedagang muslim. Diantaranya seperti kafur, musk, ambergris, gaharu, kemenyan, kayu cendana, dan komoditas rempah atau aromatika lainnya.
Terdapat pula industri yang tumbuh seiring dengan meluasnya perdagangan Samudera Hindia yaitu industri kaca. Industri ini muncul menjadi ciri khas industri dalam dunia Islam. Sejumlah daerah seperti Nishapur, Samarra, Syam, dan Mesir menjadi wilayah-wilayah pusat industri kaca Islam. Industri pembuatan kaca mengalami pembaharuan dalam metode pembuatan dan unsur motif seni dekorasinya pada masa Islam.
Barang-barang berbahan kaca dari masa lalu selain ditemukan di sejumlah wilayah di pusat-pusat dunia Islam, juga ditemukan di Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. Salah satunya ditemukan di Situs Bongal, Desa Jago-Jago. Sejumlah fragmen kaca ditemukan di Situs Bongal, Jago-Jago, merupakan salah satu tanda produk kaca tersebar seiring aktivitas pelayaran perdagangan. Selain itu, temuan artefak tersebut memungkinkan pula telah terjadinya transfer pengetahuan dan teknologi dalam pembuatan kaca.
Selain itu terdapat pula industri logam mulia yaitu emas, perak, permata, dan bahan baku lainnya dari Afrika dan kawasan Timur Tengah. Industri ini juga terdapat di kawasan Hindia Timur, yang sering disebut oleh pelayar muslim klasik sebagai ‘Negeri Emas’.
Kepulauan Hindia Timur disebut memiliki kandungan logam mulia yang melimpah. Emas menjadi salah satu daya tarik kawasan ini disamping produk aromatika kafur yang juga merupakan jenis kafur terbaik. Penduduk setempat bahkan dikisahkan menukarkan emas dengan kuningan tembaga dan menyimpannya seperti layaknya emas.