Pesisir timur Sumatra dalam penulisan sejarah dan penelitian arkeologi dikenal sebagai kawasan utama rute perniagaan maritim. Jejaring pelayaran dan perniagaannya tak hanya mencakup wilayah secara regional, melainkan terhubung secara global.
Situs Bongal, sebuah warisan budaya maritim di kawasan pesisir barat Pulau Sumatra, mengungkap fakta lain dari narasi besar tersebut. Situs Bongal membuka kemungkinan untuk mendiskusikan kembali dunia bahari/maritim kita, bahwa pesisir barat Sumatra sejak abad ke-7 M juga tumbuh sebagai pusat-pusat budaya maritim penting secara global.
Hal ini disampaikan oleh Ery Soedewo, arkeolog Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam diskusi bedah buku di Grand Ballroom lantai dua BRIN Kawasan Gatot Subroto.
Situs Bongal terletak di pesisir Teluk Tapanuli/Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah. Secara geografis, Situs Bongal berjarak 60-70 km di sisi Tenggara Barus. Penelitian arkeologi (ekskavasi) di Situs Bongal telah membuka total 30 titik pengujian selama tahun 2021-2022.
Dari total titik pengujian tersebut, Sebanyak 20 titik berlokasi di lereng timur bagian bukit Bongal dengan ketinggian antara 10-324 mdpal, sementara 10 titik lainnya berlokasi di dataran aluvial di antara Sungai Lumut dan Bukit Bongal dengan ketinggian 0-10 mdpal. Namun meskipun lokasi titik pengujian ekskavasi lebih banyak berada di lereng timur bukti Bongal, kepadatan temuan artefak jauh lebih besar ditemukan di dataran aluvial.
Oleh karena itu, berdasarkan kepadatan temuannya, artefak pada titik ekskavasi di dataran aluvial lebih banyak ditemukan, dibanding yang ditemukan di lereng perbukitan Bongal. Dengan demikian, ditinjau dari sebaran temuan artefaknya, intensitas jejak okupasi manusia masa lampau di Situs Bongal lebih terkonsentrasi di kawasan dataran aluvialnya.
Data arkeologi berupa beragam artefak yang ditemukan kemudian menggambarkan luasan atau cakupan jejaring pelayaran dan perniagaan di Situs Bongal. Beberapa di antaranya dapat diidentifikasi bahwa Situs Bongal memiliki jejaring dengan Laut Merah, Teluk Persia, Asia Barat (Timur Tengah), Asia Selatan, dan Asia Timur.
Jejaring dengan Laut Merah dan Teluk Persia ditunjukkan dengan temuan artefak manik-manik kaca berwarna emas dan perak. Identifikasi manik-manik ini berdasarkan temuan serupa yang terdapat di Situs Air Sugihan, Sumatra Selatan, dan Situs Pangkung Paruk, Bali.
Kemudian sejumlah temuan artefak menunjukkan jejaring perniagaan dengan Asia Barat (Timur Tengah). Di antaranya koin berinskripsi Arab, artefak berbahan kaca, tembikar turquoise glaze, wadah Qalam, artefak logam alat medis, lempengen logam berinskripsi Arab, serta manik-manik batu pirus. Temuan-temuan artefak tersebut memiliki kesamaan temuan dengan situs-situs di Asia Barat (Timur Tengah).
Jejaring perniagaan lainnya adalah dengan Asia Selatan. Hal tersebut ditunjukkan oleh temuan artefak berupa pecahan tembikar/gerabah yang menunjukkan hubungan Situs Bongal dengan India Selatan serta Sri Lanka. Selain itu termasuk juga artefak manik-manik batu carnelian, manik-manik batu chalcedony, papan kayu berinskripsi huruf Pallawa, dan lempengan logam berinskripsi.
Selanjutnya jejaring perniagaan dengan Asia Timur (Tiongkok). Jejaring perniagaan ini ditunjukkan oleh temuan keramik dan porselen dari masa Dinasti T’ang hingga masa Five Dynasties. Artefak keramik dan porselen Cina sebanyak 53 pecahan dengan berat total 6,4 kg.
Berdasarkan bentuknya, pecahan keramik dan porselen berbentuk wadah seperti pot, mangkuk, baskom, dan kendi. Sementara berdasarkan jenisnya, pecahan keramik dan porselen yang ditemukan di antaranya ialah jenis Yue, Xing, dan Changsa.
Jejaring luas perniagaan maritim di Situs Bongal terbentuk salah satu faktor pentingnya ialah daya tarik komoditas hasil hutan Sumatra Utara beserta komoditas niaga lainnya. Komoditas utama di Situs Bongal adalah aromatika sisa resin pohon kapur (Dryobalanops aromatica).
Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan, sisa-sisa komoditas rempah juga ditemukan dalam bentuk kacang-kacangan dan biji-bijian seperti pala (Myristica fragrans), kemiri (Aleurites moluccanus), kapulaga (Amomum compactum), dan keluwak/kepahyang/pucung (Pangium edule).
Berdasarkan survei terhadap kawasan bukit Situs Bongal, hingga saat ini masih ditemukan sejumlah tanaman penghasil resin di ketinggian di atas 200 meter, di antaranya meranti (Shorea spp.), kemenyan (Styrax spp.), dan gaharu (Aquilaria spp.).