“Sejarah tidak benar-benar dipahami kecuali jika diperluas untuk mencakup seluruh malasalau manusia, seseorang harus melakukan perjalanan melalui betangan sejarah yang panjang untuk dapat menuliskan sejarah”, Fernand Braudel.
Situs Bongal merupakan tempat baru yang tidak dikenal oleh peneliti sebelumnya di pesisir barat Sumatra, yang mengungkap beragam material yang berasal lebih dari seribu tahun lalu. Hal ini diungkapkan oleh peneliti arkeologi di Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN, Sonny C. Wibisono dalam diskusi dan bedah buku di Ballroom lantai 2 Gedung Widya Graha BRIN kawasan Gatot Subroto.
Buku Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H/VII-X M memuat temuan-temuan artefak yang menjadi kunci wajah baru kawasan pantai barat Sumatra dalam diskursus sejarah dan arkeologi.
Dalam ulasannya, Pak Sonny memberi gambaran sekilas tiras dan paras buku. Penelitian Situs Bongal dalam buku ini dibahas dengan mencapai lebih dari 500 halaman dengan 13 judul bab, ditambah kesan lux oleh sampul buku menggunakan hard cover.
Tak hanya pembahasan yang fokus pada tulisan secara tekstual, buku ini semakin memperkaya pengetahuan dengan unsur visual yang bukan hanya menjadi pelengkap, melainkan bagian dari penjelasan itu sendiri.
Terbitnya buku yang membahas Situs Bongal ini memantik diskursus lanjutan tentang kawasan maritim pantai barat Sumatra. Kawasan ini pada awalnya sangat sunyi, yaitu sekitar tahun 1980an dan bahkan sebelumnya. Dalam literatur lain, sejarawan menilai bahkan ruang maritim pesisir barat Sumatra tereksklusi dalam perkembangan historiografi modern Indonesia.
Padahal di balik kesunyian dan eksklusi itu, kawasan pesisir barat Sumatra menyimpan warisan kebudayaan yang kompleks. Jika hari ini terlupakan, di masa lampau kawasan pesisir barat Sumatra terutama bagian utara merupakan lokasi vital jalur pelayaran dan perdagangan global yang disinggahi oleh para pelayar mancanegara.
Pesisir barat Sumatra telah banyak dipersoalkan sebab banyak dicatat oleh berbagai sumber kuno dari beragam bahasa seperti Yunani, Syiria, Arab, Cina, Tamil, Jawa, dan Armenia. Berbagai sumber tersebut memberikan informasi yang identik dan hampir serupa.
Seperti misalnya kawasan pesisir barat Sumatra dikenal sebagai penghasil komoditas kapur, yang merupakan jenis resin yang diproduksi dari pohon Dryobalanops aromatica. Bukan hanya sebagai penghasil biasa, pesisir barat Sumatra merupakan penghasil resin kapur terbaik.
Komoditas hasil hutan inilah yang menjadi daya tarik kedatangan para pelayar mancanegara. Bukti-bukti sejarah ini ditunjukkan dengan penemuan Situs Bongal dan beberapa situs yang terletak di Barus. Situs Bongal dan Barus berada di wilayah administratif dan geografis yang sama, di mana keduanya berjarak sekitar 60-70 km.
Penelitian di Barus telah dilakukan lebih dahulu dan menghasilkan tiga karya buku atau yang disebut sebagai trilogi. Buku-buku tersebut di antaranya berjudul Lobu Tua Sejarah Awal Barus, Barus Seribu Tahun yang Lalu, dan Barus Negeri Kamper.

Relasi Situs Bongal dan Barus menghadirkan perubahan cara pandang terhadap pesisir barat Sumatra. Keduanya merupakan kesatuan dari sebuah kawasan yang luas, yaitu bandar Fansur masa lampau, tempat belabuh kapal dan menjadi saksi berlangsungnya pertukaran barang, ide, gagasan, dan kebudayaan.
Dapat dikatakan bahwa Situs Bongal dan Barus di pesisir barat Sumatra mengindikasikan lokasi dengan intensitas kunjungan yang intens. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya merupakan situs pelabuhan masa lampau.
Sebagai situs pelabuhan masa lampau, keberadaan pesisir barat Sumatra tentu tidak terpisahkan dari kawasan luas perairan Samudra Hindia. Kawasan maritim ‘Hind’ merupakan perairan yang menyimpan arsip yang kaya akan jejaring aktivitas pelayaran dan perdagangan dunia.
Para pelayar muslim terutama memainkan peran penting dalam laju perluasan jejaring maritim hingga mencapai Asia Timur. Mereka berangkat dari pusat-pusat kemaritiman di Teluk Persia, yaitu beberapa pelabuhan vital seperti Al-Ubullah dan Siraf.
Konteks sejarah Situs Bongal yang tak terpisahkan dengan perairan Samudra Hindia inilah yang menjadi pokok pikiran penulis buku Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV H/VII-X M.
Penulis menjelaskan latar belakang sejarah Situs Bongal dengan pendekatan sejarah total ala Fernand Braudel yang berangkat dari penulisan sejarah madzhab Annales. Dengan pendekatan tersebut, penulisan membuat jembatan narasi antara Situs Bongal dengan narasi yang lebih besar dengan memperluas cakrawala, baik itu cakupan ruang maupun lintasan waktu atau periode.
Kawasan maritim Samudra Hindia sejak abad ke-7 M merupakan ruang maritim yang sarat dengan kesejarahan dari peran Dunia Islam. Kehadiran Islam di Semenanjung Arab dan pembebasan wilayah-wilayah di sekitarnya, menjadikan poros interaksi melalui jejaring maritim semakin luas.
Peran dari kepemimpinan Dunia Islam pada waktu itu sangat vital mulai dari masa kenabian Nabi Muhammad Rasulullah SAW, dilanjutkan oleh khulafaurrasyidin, kemudian Daulah Umawiyyah, Abbasiyah, hingga masa-masa selanjutnya.
Situs Bongal dan Barus di pesisir barat Sumatra aktif bersamaan dengan periode kepemimpinan Dunia Islam tersebut, yaitu rentang abad ke-7 M hingga abad ke-13 M. Dengan fakta demikian, kita dapat melihat sinkronisasi antara pantai barat Sumatra dengan pelabuhan atau kota sepanjang pesisir Samudra Hindia.
Berdasarkan data-data yang ditemukan di Situs Bongal dan Barus, kawasan pesisir barat Sumatra menjadi saksi proses interaksi terawal Dunia Islam dengan kawasan-kawasan jauh dari pusat Dunia Islam.
Hal ini dibuktikan oleh temuan artefak asal Asia Barat atau Timur Tengah di antaranya koin berinskripsi Arab, artefak berbahan kaca termasuk botol-botol medis, alat-alat medis berbahan logam, tembikar turquoise glaze, wadah Qalam, lempengen logam berinskripsi Arab, serta manik-manik batu pirus.
Data temuan artefak tersebut juga mencerminkan pengaruh pencapaian peradaban Dunia Islam di mana lahir para ilmuwan muslim di banyak bidang ilmu seperti seni, humaniora, ilmu fisika dan sosial, kedokteran, astronomi, matematika, keuangan, dan sistem moneter Islam.
Buku Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I-IV/VII-X M ini secara mendalam mencatat, perspektif tentang koneksitas yang luas antara pantai barat Sumatra dan Dunia Islam dalam satuan wilayah maritim di Samudra Hindia. Banyak dukungan bukti yang menunjukkan pelabuhan Bongal aktif pada fase-fase hunian yang jauh lebih awal dari yang diketahui sebelumnya, yaitu abad 7 – 10 M.