Situs Bongal memberikan kontribusi penting bagi pemahaman sejarah Nusantara, khususnya terkait hubungan antara Sumatra dan kawasan Samudra Hindia. Temuan artefak di lokasi ini memperlihatkan adanya pengaruh budaya Asia Barat (Timur Tengah), melengkapi sumber sejarah yang selama ini lebih banyak berasal dari catatan penjelajah asing.
Di antara temuan artefak yang beragam, seperti logam, kaca, keramik, fragmen kayu kapal, koin berinskripsi Arab, manik-manik, dan sisa-sisa komoditas hasil alam hutan Sumatra, artefak kaca menjadi salah satu artefak yang penting dalam mengungkap bagaimana hubungan antara Kepulauan Nusantara dan kawasan Timur Tengah (Dunia Islam).
Hal inilah yang dijelaskan oleh Ery Soedewo dan Mochammad Fauzi Hendrawan dalam presentasi di 3rd Spiced Islam International Conference 2025 berjudul :Variety of Glass Artifacts from the Bongal Site: Traces of Interaction Between the Nusantara Archipelago and the Middle East in the 8th-10th Centuries CE.”
Artefak berbahan kaca tersebut terdiri dari wadah dan perhiasan, baik polos maupun bermotif. Berdasarkan analisis pertanggalan baik relatif melalui perbandingan dengan situs lain, serta pertanggalan absolut atau kronometrik menunjukkan bahwa artefak kaca Bongal menjadi bukti penting adanya jejaring perdagangan Sumatra dengan Asia Barat sejak abad ke-8 M.
Situs Bongal memberi wawasan baru terkait rekonstruksi sejarah maritim maupun budaya Nusantara. Hal tersebut ditunjukkan dari temuan artefak kaca yang menandai bahwa terdapat intensitas dan kompleksitas hubungan timbal balik antara Pulau Sumatra melalui pesisir barat Sumatra dan kawasan Samudra Hindia, khususnya Asia Barat.
Data historis mengenai interaksi tersebut selama ini cenderung didominasi oleh literatur dan catatan yang bersumber dari penjelajah atau pedagang asing. Namun, melalui ekskavasi dan analisis artefaktual, situs Bongal menyediakan bukti material primer yang memperkaya narasi sejarah tersebut, terutama dalam konteks pertukaran budaya, ide dan pemikiran, pengetahuan serta teknologi.
Situs Bongal di pesisir barat Sumatra secara historiografis sejauh ini menunjukkan lokasi tertua interaksi Dunia Islam di Nusantara beserta pengaruh kebudayaannya. Kehadiran artefak non-lokal yang dapat ditelusuri asalnya ke kawasan Timur Tengah menjadi indikator kuat adanya rute perdagangan maritim yang terintegrasi dan berkelanjutan antara Sumatra dan wilayah Mediterania-Teluk Persia melalui Samudra Hindia.
Temuan ini secara tegas melengkapi dan sekaligus merevisi kerangka pemahaman yang menempatkan interaksi budaya tersebut berlangsung pada periode yang lebih mutakhir, dan meletakkan fokus pada pesisir timurnya saja.
Artefak kaca yang ditemukan di Situs Bongal termasuk temuan yang paling beragam, terutama dalam bentuk pecahan. Total berjumlah 580 pecahan kaca, meskipun begitu terdapat pula kaca yang masih dalam bentuk utuh. Artefak kaca Situs Bongal dapat dikelompokkan antara dengan hiasan dan tanpa hiasan. Kaca tanpa motif hias terdiri dari botol besar (karaf), botol kecil (serahi), serta cangkir silinder. Sementara kaca dengan motif hias terdiri dari kaca hasil graver dan kaca cetak.
Dengan temuan artefak kaca ini, Situs Bongal mengungkapkan bukti-bukti ilmiah tentang interaksi antara Dunia Islam di Asia Barat (Timur Tengah) dengan Kepulauan Nusantara. Analisis terhadap artefak kaca membuktikan bahwa interaksi budaya dan pertukaran antara Sumatra dan Asia Barat bukanlah fenomena yang muncul belakangan, melainkan telah menjadi bagian integral dari sejarah regional sejak abad ke-8 M.
Bongal tidak hanya melengkapi sumber-sumber sejarah lisan atau tertulis, tetapi juga memberikan bukti material mengenai konektivitas global Nusantara pada masa lampau.
















