Kode Inventaris:
E.5
Dimensi:
Panjang : 62,3 mm
Diameter : 25,1 mm
Tebal : 4,8 mm
Berat : 33,30 gr
Deskripsi:
Botol kaca ukuran kecil asal Timur Tengah, Diproduksi pada masa Dinasti Abbasiyah pada kurun waktu abad VIII Masehi atau berusia ±1200 tahun.
Umumnya, produk kaca ini dibuat dan diekspor melalui Kota Pelabuhan Siraf yang terletak di Teluk Persia. Botol-botol kaca pada masa itu benar-benar menjadi komunitas utama dan sangat penting bagi perdagangan disepanjang Samudera Hindia. Ia berfungsi sebagai wadah untuk cairan-cairan kimia, minyak wangi, minyak kamper, minyak astiri maupun larutan medis lain.
Dibanding keramik Asal China, botol ini memiliki berat yang lebih ringan, lebih bisa dibuat untuk berbagai ukuran serta dikenal dengan kemampunnya menjaga stabilitas cairan-cairan kimia yang dimuat, sehingga kualitas tetap terjaga walaupun para pedagang menempuh perjalanan yang sangat lama.
Benda ini Ditemukan tahun 2020 di Situs Bongal, Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara pada koordinat 1.588991,98.833230.
Botol-botol kaca dalam bentuk utuh maupun pecahan menjadi salah satu temuan penting di Situs Bongal, Tapanuli Tengah. Temuan ini memperkuat bukti jejak peradaban Islam di kawasan Pesisir Pantai Barat Sumatera.
Botol-botol dari dunia Islam umumnya diproduksi di Siraf. Sebelum era Islam produksi kaca dilakukan oleh Mesir, dengan natron sebagai salah satu bahannya. Akibatnya, kaca tidak dapat diproduksi dalam jumlah besar.
Pada abad ke-8 M, Islam memberikan sumbangsih besar dalam inovasi teknologi pembuatan kaca. Bahan baku natron diganti dengan abu tanaman. Temuan besar ini diperoleh dari eksperimen Ibn Haytam dan Ibn Hayyan.
Terobosan ini membuat produksi kaca dilakukan secara massal dan lebih mudah, sehingga produksi dapat memenuhi kebutuhan dunia, terutama untuk dibidang medis, farmasi dan kimia.
Sejak saat itu kaca mencapai tingkat keahlian yang tinggi. Sehingga pengaruhnya dipakai secara luas dalam penggunaan yang beragam.
Kaca kemudian digunakan dalam banyak fungsi aktivitas sehari-hari seperti botol, mangkuk, dan piring. Pada perkembangannya, kaca juga menampilkan satu unsur estetik yang ditunjukkan pada dekorasi arsitektur bangunan.
Dalam dunia arkeologi kaca-kaca dari dunia Islam juga ditemuan di situs kota-kota penting, terutama di kawasan dunia Islam. Seperti di Samarra, Nishapur, dan Syam. Para peneliti menyebut kota-kota ini sebagai kawasan penting perkembangan industri kaca Islam.
Di sisi lain, temuan kaca di Situs Bongal Tapanuli Tengah juga menunjukkan betapa luasnya sebaran komoditas kaca dari dunia Islam. Produk-produk kaca ini tersebar melalui jaringan aktivitas pelayaran dan perdagangan.
Botol-botol kaca dibawa sebagai komoditas perdagangan serta juga digunakan untuk keperluan wadah cairan kimia, aromatika, dan medis. Terlebih catatan Arab mengatakan di pesisir barat Jawah (Sumatera) terdapat tempat bernama Fansur, yang kaya akan komoditas aromatika berupa kafur.
Temuan botol botol kaca ini tentu mengisyaratkan sebuah interaksi yang kuat antara kaum muslim dari Asia Barat dunia Islam dan masyarakat kepulauan Asia Tenggara, khususnya di pesisir Pantai Barat Sumatera.
Sumber:
Muslimheritage.com
Islamic Glass in the Making Chronological and Geographical Dimensions
Nishapur Glass of the Early Islam Period