Samudera Hindia merupakan kawasan yang ramai akan lintasan pelayaran dan perdagangan maritim. Jaringan ekonomi berlangsung antara Teluk Persia dengan India, Afrika, Hindia Timur hingga ke Cina. Perkembangan pengetahuan maritim menjadi faktor mendasar yang mempengaruhi terbentuknya interaksi diantara kawasan di Samudera Hindia tersebut. Diantara rentang abad 7-13 M (abad pertengahan), perkembangan pengetahuan maritim tersebut tampak dalam catatan pelayaran para geografer muslim. Karya-karya mereka masyhur dalam studi kawasan Samudra Hindia abad pertengahan, menjadi sumber literatur berbagai latar belakang bidang ilmu yang mengkajinya. Para geografer muslim itu mendeskripsikan tentang situasi pelayaran, latar belakang geografis negeri-negeri di Samudera Hindia, yang disertai latar belakang budaya, kebiasaan para pembesar, hasil alam, dan tradisi masyarakatnya.
Marina Tolmacheva telah merangkum beberapa teks catatan geografer muslim tersebut dalam artikel ilmiahnya The Indian Ocean in Arab Geography Transmission of Knowledge Between Formal and Informal Geographical Traditions. Bahwa Samudera Hindia sejak masa terawal telah dihubungkan oleh pelayaran, perdagangan, serta kontak budaya dan tradisi. Catatan geografer muslim merupakan bukti keberlangsungan interaksi antara negeri-negeri di Kawasan Samudera Hindia abad pertengahan tersebut. Bagi Marina, catatan mereka merupakan kasus unik dalam tampilan kartografi Samudera Hindia abad pertengahan, yang masih cukup membingungkan bagi kalangan sejarawan dan ahli geografi.
Catatan para geografer muslim sepanjang abad pertengahan juga cukup signifikan keberadaannya dalam perkembangan historiografi serta riset-riset arkeologi di Kawasan Samudera Hindia, dan di Indonesia khususnya. Hal ini sekaligus menambah perbendaharaan terhadap pengetahuan sumber sejarah, selain juga secara pasti melengkapi catatan-catatan tentang Nusantara yang selama ini lebih banyak menggunakan catatan yang berasal dari Cina dan Eropa. Sebab beberapa abad sebelum kemunculan kolonialisme Eropa, dominasi sumber catatan sejarah di Kawasan Samudera Hindia datang dari para geografer muslim.
Berikut beberapa catatan para pelayar dan geografer muslim abad 7-13 M tentang Samudera Hindia khususnya penyebutan terkait dengan bandar-bandar di kawasan Sumatera.
- ‘Aja’ib Al-Hind Barrihi wa Bahrihi, ditulis oleh Buzurg bin Syahriar Al-Ramhurmuzi (tahun 342 H/953 M). Buku ini menyebut negeri-negeri di kawasan Samudera Hindia yang dilintasi kapal-kapal yang dipimpin para nahkoda. Buku ini juga disertai kisah-kisah yang dihadapi para nahkoda kapal di lautan dan di negeri-negeri di kawasan Samudera Hindia tersebut. ‘Aja’ib Al-Hind diterbitkan oleh Dar Maktabah Babiliun, Beirut dalam bahasa Arab kemudian dilakukan alih media oleh Markaz Al-Qaimiyyah, Asfahan. Teks digitalnya juga ditemukan dalam bentuk sebuah studi yang dikomentari (tahqiq) oleh Hasan Shalih Syihab dan terbit di Abu Dhabi. Selain itu teks ini juga diterbitkan di Leiden tahun 1886 dan dicetak ulang di Tehran tahun 1996. Teks yang terakhir ini berisi teks berbahasa Arab yang disertai terjemahannya dalam bahasa Prancis.
Berikut beberapa penyebutan Buzurg tentang negeri-negeri di Samudera Hindia khususnya di kawasan Nusantara kini, yang diambil dari terjemahan dalam bahasa Melayu oleh Arsyad Mokhtar, diterbitkan oleh Baytul Hikma Malaysia.
Tentang Fansur
Muhammad bin Babsyad telah menceritakan kepadaku bahwa di Pulau Nian – yaitu sebuah pulau di Laut Luar, berjarak lebih kurang seratus farsakh daripada Fansur – terdapat suatu kaum yang memakan manusia dan menghimpun kepada mangsa-mangsa serta saling berbangga di antara sesam mereka siapa yang paling banyak mengumpul kepala itu. Mereka juga akan membeli potongan-potongan tembaga kuning dengan harga yang tinggi dan menyimpannya seperti orang menyimpan emas. Di negeri mereka, tembaga kuning itu disimpan lama seperti simpanan emas pada kita. Sedangkan emas pula tiada harga bagi mereka, bahkan emas itu dipandang mereka seperti nilaian kita terhadap tembaga kuning itu pula. Maha Sucilah Allah sebaik-baik pencipta.
………… Dan dia telah menceritakan pula daripada orang yang telah bercerita kepadanya, dimana orang itu adalah daripada beberapa penumpang kapal yang pecah dihentam badai sehingga menjadikan mereka terpaksa berjalan kaki daripada pesisir Fansur sampai ke Lamuri.
Pernah kami memulakan pelayaran pada waktu malam dalam sebuah kapalku yang besar bertujuan untuk ke Pulau Fansur. Tanpa dijangka, angin membawa kami ke dalam kawasan yang diliputi kegelapan. Lalu kami berada di dalamnya selama tiga puluh tiga hari terdampar di atas lautan yang tenang tanpa angin sedikitpun………..
Sesungguhnya Muhammad bin Babsyah telah memberitahuku bahwa pada satu peristiwa beliau telah berlayar dengan kapalnya daripada Fansur untuk menuju ke Oman……….
Tentang Zabaj
…………. Ada suatu ketika beliau telah berlayar melalui dekat Pulau Zabaj. Ada dalam beberapa hari itu beliau telah melalui di antara dia tanduk yang muncul dari dalam laut seperti dua bukit dalam air. Sebaik saja melepasinya, maka kedua-dua tanduk itu tenggelam ke dalam laut. Maka beliau mengagak bahwa kedua bukit itu adalah sepit ketam yang besar………….
Telah memberitahuku Abu Muhammad, Al-Hasan bin Amru yang ada sebahagian nahkoda telah memberitahunya bahwa dirinya pernah menyediakan kapal untuk berlayar ke Zabaj. Lalu entah macam mana angin telah membelokkan mereka ke sebuah kampung daripada salah satu pulau-pulau Waq-Waq……………
Al-Hasan bin Amru dan selain beliau telah memberitahuku daripada sekumpulan orang tua-tua di benua Hindi tentang ihwal burung di Hind, Zabaj, Qamar, Sanfa dan beberapa tempat lainnya di sekitar kawasan tersebut cerita yang sangat hebat………
Saudagar Yunus bin Mihran As-Sirafi telah memberitahuku dan beliau pernah masuk ke Zabaj dengan katanya: Aku telah melihat di negeri yang menjadi tempat bersemayam Maharaja yaitu raja bagi Zabaj, pasar-pasar yang besar sekali begitu banyak tidak terhitung bilangannya. Aku mengira-ngira bilangan pengurup wang di pasar pengurup wang di negeri ini, lalu aku dapati bilangannya ada sebanyak delapan ratus pengurup wang. Bilangan itu tidak termasuk pengurup wang yang berselerakan di pasar-pasar. Beliau juga telah menghikayatkan perkara-perkara berkenaan Pulau Zabaj dari segi pembangunannya serta banyaknya negeri dan penempatan-penempatan di dalamnya memang sukar untuk digambarkan.
Diceritakan kepadaku bahwa seorang laki-laki bernama Abu Tahir Al-Baghdadi telah bercerita dengan katanya: Aku pernah masuk ke Zabaj. Di antara negeri dalam Pulau Zabaj itu ada sebuah negeri Namanya Mazfawid. Di situ terdapat banyak sekal ‘anbar. Barang siapa yang mengangkut ‘anbar dari sana dengan kapalnya lalu coba keluar dari negeri itu pasti tidak akan berjaya bahkan akan kembali berpatah balik ke sana…………
Di antara adat raja-raja Negeri Emas dan Zabaj bahwa tidak dibenarkan seseorang pun baik dia itu orang muslim, orang asing atau rakyat setempat duduk dihadapan mereka melainkan dengan cara melipatkan kaki, yaitulah yang dinamakan oleh mereka sebagai “bersila”…………
Aku telah mendengar mereka yang menghikayatkan bahwa ada seorang laki-laki daripada penduduk Basrah yang tinggal di deretan perumahan Quraisy telah keluar berlayar daripada Basrah sehingga sampai berhampiran Zabaj atau dekat-dekat sana, dia telah berjaya selamat dan terdampar ke sebuah pulau…………….. Lalu diceritakanlah kepadaku bahwa mereka adalah penumpang kapal fulan yang telah berlayar keluar daripada Sanfa menuju ke Zabaj. Dipertengahan jalan mereka telah dilanda ribut……………
Tentang Lamuri
Telah memberitahuku Ismail bin Ibrahim bin Mirdas, Sang Nahkoda. Beliau adalah antara nahkoda-nahkoda Negeri Emas yang masih ada. Dia terkenal dengan nama Ismailuyah Khatan Asykanin. Dalam salah satu kembara beliau ke Negeri Emas, beliau telah hampir kepada daratan berdekatan Lamuri disebabkan ada sesuatu hal yang tidak diingini berlaku kepada kapalnya…………….
Aku pernah berbincang-bincang dengan Muhammad bin Babsyad tentang kisah-kisah berkaitan kera. Lalu dia menceritakan kepadaku banyak sekali cerita berkenaan itu. Antaranya adalah bahwa di sekitar kawasan berdekatan Sanfain dan lembah Lamuri serta lembah Qaqilah ada jenis kera yang sangat besar diketuai oleh seekor kera yang paling besar di antara mereka itu………………….
Dia juga telah memberitahuku bahwa di Pulau Lamuri terdapat jenis Zirafah yang tidak dapat digambarkan besarnya…………… Di pulau itu juga terdapat semut yang tidak tergambar banyaknya, khususnya di Pulau Lamuri dimana sesungguhnya semut disana besar-besar sekali.
Dia juga telah memberitahuku bahwa seluruh penduduk Fansur, Lamuri, Kalah, Qaqilah, Sanfain dan lainnya, mereka itu pemakan manusia belaka. Hanya saja yang dimakan itu adalah musuh-musuh mereka karena terlampau geram dan marah, bukan karena lapar……….
Aku telah sebutkan tentang ihwal Sarirah sebelum ini. Ia terletak di ujung Pulau Lamuri. Jarak antara Sarirah dengan Kalah adalah pelayaran sejauh seratus dua puluh zam. Wallahu a’lam……………..
Satu zam sama dengan tiga jam.
- Rihlatus Sirafi, ditulis oleh Sulaiman At-Tajir dan Abu Zayd As-Sirafi (tahun 303-330 H). Judul asli yang diberikan oleh Abu Zayd As-Sirafi adalah Akhbar As-Sin wa Al-Hind atau Silsilah At-Tawarikh. Berdasarkan penjelasan Arsyad Mokhtar, terdapat beberapa teks lainnya yang menjadi rujukan dalam menyusun terjemahan Rihlatus Sirafi dalam versi yang sudah lengkap penggabungan antara catatan Sulaiman At-Tajir dan Abu Zayd As-Sirafi. Diantaranya Akhbar As-Sin wa Al-Hind yang diterbitkan oleh Ad-Dar Al-Misriyyah Al-Lubnaniyyah pada tahun 1999. Teks cetakan ini merupakan hasil kajian Yusuf Asy-Syaruni. Rihlah As-Sirafi diterbitkan oleh Al-Majma’ Ats-Tsaqafi di Abu Dhabi (Makhatah Syamilah) tahun 1999. Selain itu, ada pula teks ‘Ajaib Dunya wa Qiyas Al-Buldan, yang diterbitkan oleh Markaz Ziyad Li At-Turath wa At-Tarikh di Abu Dhabi tahun 2005. Teks terbitan ini sekaligus juga dikaji oleh Dr. Saif Syahin dari Universiti Qatar.
Berikut penyebutan Sulaiman At-Tajir dan Abu Zayd As-Sirafi tentang negeri-negeri di Samudera Hindia khususnya kawasan Nusantara kini, diambil dari terjemahan berbahasa Melayu diterbitkan oleh Baytul Hikma Malaysia.
Tentang Fansur
Di laut ini, sekiranya seseorang berlayar ke Sarandib, tidaklah didapati pulau-pulau yang terlalu banyak. Melainkan pulau-pulau yang ad aitu besar dengan keluasannya tidak dapat ditaksirkan. Antara pulau-pulau berkenaan adalah Pulau Ramuni. Terdapat banyak raja di pulau ini. keluasannya dikatakan sebanyak delapan ratus atau sembilan ratus farsakh. Disana terdapat galian emas. Juga disana terdapat sebuah kawasan yang dipanggil Fansur yang mana kafur yang terbaik datang dari situ. Pulau-pulau lain yang mengiringi pulau ini antaranya ialah pulau yang dipanggil Nian. Penduduk di situ memiliki emas yang banyak…….
Satu Farsakh berjarak sekitar 5 sampai 5.5 kilometer
Tentang Zabaj
Daripada kawasan itu, kapal-kapal kemudiannya akan bertolak menuju ke sebuah tempat yang dipanggil kalah Baar. Seluruh kerajaan dan pantai di situ semuanya dipanggil Kalah Baar, yang mana ia itulah Kerajaan Zabaj yang berkedudukan ke kanan daripada Negeri Hind dibawah penguasaan seorang Raja………..
Mereka menyebutkan bahwa berhampiran Zabaj terdapat sebuah gunung yang dinamai Gunung Berapi. Gunung itu tidak dapat dihampiri ke dekatnya. Pada waktu siang kelihatan asap berkepul keluar daripadanya, sementara pada waktu malam pula terlihat lidah api. Di kaki gunung itu keluar air mata air yang sejuk lagi tawar, juga air mata air yang panas serta tawar.
Kemudian kami akan mula menyebutkan tentang bandar Zabaj, yang mana ialah bersetentang dengan Negeri Cina dan jarak antara keduanya adalah sebulan pelayaran di laut, atau kurang daripada itu dibantu tiupan angin yang baik. Rajanya dikenali sebagai Maharaja. Dikatakan bahwa keluasan negeri itu adalah Sembilan ratus farsakh. Raja ini menguasai pulau-pulau yang banyak sehingga keluasan kerajaannya mencapai seribu farsakh dan lebih lagi………………….. Antara perkara menakjubkan daripada berita-berita tentang pulau yang dikenal dengan nama Zabaj ini bahwa ada salah seorang daripada raja-raja mereka pada zaman dahulu, yaitu Maharaja yang istananya terletak di atas telaga yang menampung air dari laut dan makna telaga itu adalah sebuah lembah seperti sungai Diljah di Madinah As-Salam (Baghdad) dan Basrah, yang akan dilimpahi air laut ketika air pasang dan ketika air surut aur tawar pun ikut tersejat. Daripada telaga itu terdapat suatu sungai kecil mengalir rapat ke istana raja.
Diantara berita mereka pada zaman dahulu adalah bahwa ada seorang raja daripada Raja Qumar yaitu bumi yang daripadanya diekspor Gaharu Qimari. Ia bukanlah sebuah pulau, tetapi buminya bersambung dengan bumi Arab. Tiada sebuah kerajaan pun lebih banyak bilangan penduduknya berbanding penduduk Qumar ini serta mereka juga gagah perkasa. Kesemua mereka mengharamkan zina dan arak secara keseluruhannya, maka perkara sedemikian tidak ada di negeri dan kerajaan mereka. Kerajaan ini bersempadan dengan kerajaan Maharaja dan pulau yang dikenal sebagai Zabaj. Jarak antara keduanya adalah sekitar sepuluh hingga ke dua puluh hari pelayaran di laut sekiranya angin bertiup sederhana.
…………. Peristiwa itu akhirnya tersebar luas sehingga sampai ke pengetahuan raja-raja Hind dan Cina, maka jadi makin hebatlah Maharaja pada pandangan mereka semua. Setelah kejadian berkenaan, Raja-Raja Qumar pada setiap pagi akan berdiri dan mengarahkan muka mereka menghala ke Negeri Zabaj, lantas sujud dengan khusyuk untuk Maharaja sebagai membesarkan baginda.
- Rihlah, ditulis oleh Muhammad bin Abdullah bin Battutah atau yang seringkali dikenal dengan Ibnu Battutah (tahun 1354 M). Buku ini berawal dari catatan perjalanan Ibnu Battutah yang mendiktekannya kepada Ibnu Juzay, dimana naskah aslinya berjudul Tuhfah An-Nuzhar di Gharaibil Amshar wa ‘Ajaibil Asfar (Hadiah Berharga dari Pengalaman Menyaksikan Negeri-Negeri Asing dan Menjalani Perjalanan-Perjalanan Ajaib). Buku ini termasuk catatan perjalanan pelayar muslim yang paling masyhur dalam dunia akademik, yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Dalam terbitan bahasa Indonesia, salah satunya diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar yang diterjemahkan oleh Muhammad Muchson Anasy dan Khalifurrahman Fath serta ditahqiq oleh Muhammad Abdurrahim.
Berikut penyebutan Ibnu Battutah mengenai negeri-negeri di Samudera Hindia khususnya kawasan Nusantara kini.
Sultan Jawa bernama Sultan Malik Azh-Zhahir. Ia termasuk sosok yang disegani dan dihormati. Lebih dari itu, ia termasuk penganut Madzhab Syafi’i. ia juga sangat mencintai para fuqaha yang datang ke majelisnya untuk bertukar pendapat. Masyarakat mengenalnya sebagai sosok yang senang berjihad dan berperang, namun juga rendah hati. Ia datang ke masjid untuk menunaikan shalat Jum’at dengan berjalan kaki. Para penduduk Jawa (Nusantara) mayoritas bermadzhab Syafi’iyyah. Mereka senang berjihad bersama sultan, hingga mereka memenangkan peperangan melawan orang-orang kafir. Bahkan, orang-orang kafir membayar jizyah kepada sultan sebagai bentuk perdamaian.
Aku mendapati bahwa Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Melayu. Ternyata Kerajaan Samudera Pasai telah mempunyai tamaddun (peradaban) dan hubungan luar negeri yang baik. Di Aceh aku tinggal selama lima belas hari, kemudian melanjutkan perjalanan ke Cina.
- Minhaj Fakhir, ditulis oleh Sulaiman bin Ahmad bin Sulaiman Al-Mahriy yang dikenal dengan sebutan Sulaiman Al-Mahriy (tahun 917 H/1511 M), dengan terjemahan kedalam Bahasa Indonesia “Kurikulum Elegan tentang Ilmu Kelautan yang Luas” (Mapesa). Karyanya yang lain dengan topik serupa adalah Al-‘Umdah Al-Mahriyyah atau “Pedoman Al-Mahriy dalam Verifikasi Pengetahuan Kelautan (Mapesa). Sulaiman Al-Mahriy merupakan murid Ahmad bin Majid (836-923H/1432-1517 M), seorang pelayar muslim yang masyhur pula dijuluki Asad Al-Bahr (Sang Singa Lautan). Teks Minhaj Fakhir Sulaiman Al-Mahriy tersimpan di Bibliotheque Nationale, Paris, Prancis sejak tahun 1860 didatangkan dari Sulaiman Al-Jaza’iriy oleh seorang professor Arab yang tinggal di Prancis. Teks ini telah diterjemahkan, dikomentasi oleh Gabriel Ferrand, dan kemudian diterbitkan ulang tahun 1925 dengan judul Instructions Nautiques et Routiers Arabes et Portugais des XV et XVI Siecle.
Berikut penyebut Sulaiman Al-Mahriy tentang negeri-negeri di Samudera Hindia khususnya mengenai kawasan Nusantara kini, yang diambil dari terjemahan Minhaj Fakhir oleh Furqon Al-Faiz (Sultanate Institute).
Bandar-bandarnya yang terkenal, dari sisi punggungnya (barat) yaitu bandar Manshur (Fanshur?) yaitu pelabuhan kapur hidup (kapur barus?), emas dan lainnya. Lalu ada bandar Pariaman yang orang-orang mengenalnya sebagai bandar Minqabuh (Minangkabau?) yang merupakan bandar emas dan kemenyan. Kemudan ada bandar Indrapura, pada saat ini tidak terkenal, namun dahulu terkenal sekali. Sedangkan bandar-bandar dari sisi perutnya (timur) yaitu bandar Pedir yang terletak di bawah Gunung Lamri dan merupakan pelabuhan lada. Lalu ada bandar Syumuthrah. Bandar ini merupakan bandar (kota pelabuhan) yang paling terkenal, sebuah kota besar, dan pelabuhan lada, sutra dan emas, yang sangat ramai. Bandar ‘Aruh (Aru), ini bandar kecil; Bandar Rokan, bandar kecil; dan Bandar Palembang, juga bandar kecil; itu semua bandar kecil, termasuk di antaranya bandar-bandar Jawa dan lainnya di wilayah-wilayah itu. Mengenai qiyasat (garis lintang bujur?) bandar-bandar ini, sudah saya sebutkan sebelumnya pada bab al-qiyasat, maka tidak perlu diulangi lagi.
Pasal mengenai Pulau Jawa secara ringkas. Ujung awalnya dari utara yaitu Pegunungan Sundah … sedangkan ujung akhirnya di selatan disebut Sandi … Sedangkan bandar-bandarnya yang bisa disebutkan yaitu bandar Gresik yang berada di timur pulau. Lalu bandar Surabaya yang juga berada di timur pulau. Kemudian bandar Tuban … Semua itu adalah pelabuhan yang terletak di bagian perutnya (timur). Sedangkan bandar-bandar yang terletak di punggungnya (barat), itu tidak ada bandar yang terkenal, akan tetapi langsung di Pulau Bali.
Pasal mengenai pulau-pulau di sebelah tenggara. Di antaranya yaitu Pulau Timor dan kepulauan yang banyak yang terletak di selatan dan timur Pulau Jawa. Kepulauan ini merupakan kepulauan penghasil kayu cendana. Di timur Pulau Timor terdapat Kepulauan Bandam, yang merupakan kepulauan penghasil pisang dan kucing rumahan. Adapun kepulauan penghasil cengkih maka itu adalah Kepulauan Maluku yang terdiri dari empat pulau.
- Al-Masalik wa Al-Mamalik, ditulis oleh Abu’l Qosim Ubaydallah ibn Abdallah ibn Khordadbeh atau yang juga dikenal dengan Ibnu Khurdadhbih (tahun 870 M). Ia merupakan seorang geografer muslim masa Daulah Abbasiyah di Baghdad. Deskripsinya mengenai Samudra Hindia termasuk yang paling tua diantara catatan-catatan para pelayar muslim lainnya. Catatannya telah masyhur diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris Book of Roads and Kingdoms dan dalam Bahasa Perancis Des Routes et Des Provinces (1865).
Berikut penyebutan Ibnu Khurdadhbih mengenai negeri-negeri di Samudera Hindia khususnya Kawasan Nusantara kini, diambil dari terjemahan Bahasa Indonesia oleh Furqon Al-Faiz (Sultanate Institute).
Raja Irak, yang khalayak biasa menyebutknya Kisra, yaitu Syahansyah. Raja Romawi, yang biasa disebut Kaisar, yaitu Basil. Raja Turk, Tibet dan Khazar semuanya disebut Khaqan/Khan, kecuali Raja Kharlakh, dia digelari Jabghawaih. Raja Cina digelari Baghbur. Mereka semua itu keturunan Afridzun (?). Raja Hind yang paling agung digelari Balhara, artinya raja diraja. Termasuk raja Hind itu yaitu Jabah, Raja Thafan, Raja Jaraz, Ghabah dan Rahmi, dan Raja Qamrun. Raja Zabij digelari Fatjab. Raja Nubia digelari Kabil. Raja Habasyah digelari Najasyi. Raja Kepulauan Laut Timur digelari Maharaja.
Pelayar yang hendak pergi ke Cina maka dia bertolak dari Ballin dan menjadikan Pulau Sarandib di sebelah kirinya. Lalu berlayar ke arah Nikbalus (Nikobar) selama sepuluh atau lima belas hari. Penduduk Nikobar masih telanjang. Makanan mereka adalah pisang, ikan mentah dan kelapa. Harta mereka itu besi. Mereka biasa bergaul dengan para pedagang. Lalu dari Pulau Nikobar ke Pulau Kalah sejauh enam hari perjalanan. Kalah adalah Kerajaan Jabah India. Di pulau itu ada tambang timah putih dan hutan-hutan bamboo. Di sebelah kirinya setelah menempuh perjalanan dua hari, ada Pulau Balus. Penduduknya kanibal. Di Pulau Balus diproduksi kamfer yang berkualitas bagus, kelapa, pisang, tebu, dan beras. Dari Balus ke Pulau Jabah, Syalahith dan Harlah berjarak dua farsakh. Pulau Jabah ini besar. Rajanya mengenakan jubah emas dan peci emas serta menyembah Budha. Di Pulau Jabah terdapat kelapa, pisang dan tebu sedangkan di Syalahith terdapat kayu cendana dan cengkeh. Di Jabah terdapat gunung yang dipuncaknya ada api yang menyala setinggi seratus hasta. Di siang hari mengepulkan asap sementara di malam hari menyala-nyala. Kemudian setelah menempuh perjalanan sejauh lima belas hari maka akan mencapai negeri sumber segala wewangian (Mayith). Antara Jabah dan Mayith berjarak dekat saja.
Sedangkan raja Zabij digelari Maharaja. Di kerajaannya ada sebuah pulau yang disebut Barthayil. Sepanjang malam terdengar suara genderang dan nyanyian dari pulau itu. Para pelaut mengklaim jika dajjal berasal dari pulau itu. Setiap hari, pajak yang terkumpul di tangan Maharaja ini mencapai dua ratus man emas. Sang Maharaja lalu melebur emas itu menjadi sebuah batangan dan meletakkannya di air. Tumpukan emas batangan di air itu adalah baitul malnya.
- Futuh Al-Buldan, ditulis oleh Ahmad bin Yahya bin Jabir Al-Baladhuri yang dikenal dengan Al-Baladhuri (tahun 820-892 M). Kitab ini telah diterbitkan ulang di Leiden pada tahun 1870 dan Kairo pada 1901 diedit oleh M.J. de Goeje. Selain itu Futuh Al-Buldan juga telah diterbitkan ulang oleh Colombia University Press dalam versi bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Philip K. Hitti dan Francis Clark Murgotten. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, buku ini diterbitkan oleh Pustaka Al-kautsar tahun 2015 ditahqiq oleh Alman Muhammad Arafah dan diterjemahkan oleh Mastur Irham dan Abidun Zuhri.
- Muruj Adz-Dzahab wa Ma’adin Al-jawahir, ditulis oleh Abu Hasan Ali bin Al-Husayn bin Ali Al-Mas’udi yang dikenal dengan sebutan Al-Mas’udi (tahun 947 M). Al-Mas’udi menjelaskan mengenai kawasan-kawasan dalam pembagian wilayah di bumi beserta tradisi para pembesar dan adat masyarakat negeri-negeri yang dikunjunginya. Buku ini diterbitkan ulang tahun 1895 di Kairo dan telah diterjemahkan dalam Bahasa Prancis oleh A. Sprenger tahun 1841.