Ahsan At-Taqasim fi Ma’arifat Al-Aqalim dinilai sebagai karya monumental dalam ilmu geografi.
Selain memuat keterangan geografi sebagai muatan inti, karya ini juga banyak memuat deskripsi kondisi-kondisi sosial suatu negeri. Diantaranya, gambaran tentang jumlah penduduk, adat istiadat, aktivitas perdagangan, mata uang, kelompok sosial, monumen-monumen arkeologi, alat ukur atau timbangan, hingga pada kondisi politik sebuah masyarakat.
Karya geografi ini ditulis oleh Al-Muqaddasi atau Al-Maqdisi. Kitab ini disebut sebagai kitab geografi paling rinci yang muncul di abad pertengahan.
Sosok Al Muqaddasi
Sejumlah sejarawan berbeda pendapat mengenai nama lengkap Al-Muqaddasi. Sebagian menyebut nama lengkapnya Muhammad bin Ahmad Shams al-Din Al-Muqaddasi. Ada pula yang menyebut Abu Abdullah Mohammad bin Ahmad bin al-Bana Al-Bashari Al-Maqdisi.
Meskipun begitu, ia lebih masyhur dikenal dengan nama Al-Muqaddasi atau Al-Maqdisi. Nama ini diambil dari kota kelahirannya, yaitu Al-Quds.
Al-Muqaddasi lahir di Palestina (Jerussalem) pada tahun 945 M. Pilihannya berkhidmat mendalami ilmu geografi muncul selepas dirinya menunaikan ibadah haji. Saat itu usianya baru menginjak 20 tahun.
Pilihan tersebut mendorongnya melakukan penjelajahan ke berbagai negeri-negeri muslim. Sepanjang perjalanan ia melakukan pengamatan dan riset dengan penuh ketelitian.
Ikhtiar Al-Muqaddasi tidak sia-sia. Perjalanan panjangnya membuahkan karya monumental Ahsan At-Taqasim fi Ma’arifat Al-Aqalim. Karya ini selesai ditulis tahun 985 M.
Seperti kitab-kitab karya ilmuwan muslim lainnya, Ahsan At-Taqasim fi Ma’arifat Al-Aqalim memberi sumbangan penting bagi perkembangan ilmu geografi modern. Karya ini terus diperbincangkan di kalangan peneliti barat kontemporer.
Pada abad ke-19, teks Ahsan At-Taqasim fi Ma’arifat Al-Aqalim dibawa oleh peneliti berkebangsaan Jerman Aloys Sprenger. Teks tersebut diterjemahkan dan diterbitkan dalam beberapa bahasa, salah satunya dalam buku berjudul The Best Divisions for Knowledge of the Regions.
Pengaruh Balkhi School
Jika dirunut sanad keilmuannya, Al-Muqaddasi termasuk jebolan madzhab Balkhi School. Hal ini tampak pada karyanya yang fokus pada penjelasan tentang negeri-negeri dunia muslim.
Seperti yang diuraikan Ayman Fuad Sayyid dalam The Unpublished Works of Arabic Geography: An Overview and a Classification, karakter khas aliran ini dikenal dengan sebutan “Atlas of Islam”.
Dalam Medieval Islamic Civilization An Encyclopedia, Al-Muqaddasi juga disebut sebagai wakil terakhir geografer mazhab Balkhi School yang menciptakan fondasi sistematis geografi Arab.
Ia menyuguhkan karya paling orisinal sekaligus membahas penggunaan dan ruang lingkup penulisannya, kondisi geografis, terminologi, berbagai metode pembagian bumi, dan nilai pengamatan empiris.
llmu Geografi Yang Utuh
Al-Muqaddasi disebut pula “pencipta ilmu geografi yang total”. Julukan ini muncul karena karyanya menyentuh hampir seluruh ilmu sosial. Salah satunya dengan memberikan gambaran tentang pengelolaan air dan teknologi hidrolik. Teknologi ini digunakan masyarakat Mesir di abad ke-10 M untuk mengelola air dan menjamin berjalannya sistem pertanian.
Ia juga menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat di negeri yang ia singgahi. Ia menuliskan keberlangsungan geliat ekonomi suatu masyarakat; yaitu dilihat dari pasar, perdagangan, pertukaran, besaran pendapatan, hingga sikap hidup masyarakatnya.
Al-Muqaddasi juga melahirkan teori baru dalam studi kota. Pertama, tentang perbedaan kota besar dan kota kecil. Ia membedakan keduanya melalui besaran masjid dan mimbarnya. Semakin megah masjid dan mimbar di satu kota maka menunjukkan posisi kota tersebut, sebab masjid dan mimbar merupakan simbol otoritas Islam.
Kedua, tentang posisi penting ibukota. Al-Muqaddasi mengukur posisi ibukota dari aspek pertahanannya. Menurutnya, ibukota harus dilengkapi dengan pertahanan kota yang memadai. Sebab ia mengibaratkan ibukota sebagai jenderal sedangkan kota-kota disekitarnya sebagai pasukan.