Benda-benda bersejarah ditemukan dalam jumlah banyak di kawasan bukit di Desa Jago-jago Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah. Temuan artefak tersebut antara lain sejumlah koin yang berasal dari Timur Tengah (yang menunjukkan angka tahun era Daulah Umayyah dan Abbasiyah), fragmen kayu kapal kuno, tali ijuk, pecahan kaca, pecahan keramik, manik-manik, dan wadah kalam. Temuan ini merupakan bukti awal terdapatnya jejak sejarah aktivitas kehidupan masyarakat terawal di kawasan bukit Situs Bongal.
Guna menindaklanjuti temuan tersebut, penelusuran dan penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Balai Arkeologi Sumatra Utara (Balar Sumut) dan Sultanate Institute. Penelitian gabungan ini dilakukan di kawasan Situs Bongal pada tanggal 19-31 Januari 2021. Penelitian ini merupakan tindaklanjut pula dari penandatanganan kesepakatan kerjasama penelitian antara Balar Sumut dan PT Media Literasi Nesia. Menurut Ery Soedewo, peneliti Balar Sumut, pada hari pertama ekskavasi dilakukan (19/01), penelitian arkeologi diperlukan agar temuan-temuan yang memiliki nilai sejarah tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.
Berdasarkan temuan artefaknya, penelitian Situs Bongal diprediksi akan melibatkan berbagai kajian ilmu, sebab untuk mendapatkan hasil atau kesimpulan yang signifikan, Situs Bongal membutuhkan tilikan ruang lingkup kajian kawasan, sejarah, dan arkeologi. Sehingga Situs Bongal ini dapat menjadi rujukan ilmu pengetahuan. Hal ini seperti juga diungkapkan oleh Kepala Balar Sumut, Dr. Ketut Wiradnyana, bahwa potensi arkeologis Situs Bongal sangat penting dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan.
Lebih Tua dari Barus dan Layak Menjadi Cagar Budaya
Situs Bongal diduga menyimpan jejak tinggalan sejarah Pesisir Barat Sumatra yang lebih tua 200 tahun dari Barus. Dugaan ini didasarkan pada hasil uji laboratorium beberapa temuan, yaitu fragmen kayu dan tali ijuk. “Fragmen kayu dan jaringan ijuk yang kami kirim untuk dianalisis hasilnya sudah keluar tahun kemarin. Keluar angka tahunnya 663 sampai 778 masehi, ini Berarti kisaran abad ke 7-8 masehi,” ungkap Dr. Ery Soedewo, Peneliti Balar Sumut di sela-sela proses ekskavasi sekaligus pemaparan Hasil Sementara Penelitian Situs Bongal di Desa Jago-jago Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah, Jumat (29/1/2021).
Identifikasi temuan dilakukan seiring proses ekskavasi. Dari temuan-temuan kotak galian ekskavasi, dapat diidentifikasi terdapat fragmen keramik Cina, pecahan kaca dan tembikar Timur Tengah. Berdasarkan identifikasi temuan tersebut, diduga terdapat aktivitas pelayaran dan perdagangan yang datang dari berbagai kawasan dunia. Ery menambahkan, “Kawasan sekitar Situs Bongal dahulunya maju dan menjadi pusat aktivitas masyarakat dari berbagai penjuru dunia”, tambahnya, Jumat (29/1/2021).
Berdasarkan temuan dan hasil sementara penelitian arkeologi di Situs Bongal, situs tersebut dinilai layak ditetapkan menjadi cagar budaya nasional. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Balar Sumut yang juga mendapat dukungan Bupati Tapanuli Tengah, Bakhtiar Ahmad Sibarani. Pada kesempatan yang sama dengan pemaparan hasil sementara ekskavasi, Dr. Ketut menjelaskan “Ini (Situs Bongal) sangat layak menjadi cagar budaya, tidak hanya provinsi saja tapi ke nasional karena lingkup temuan yang ada di sana lingkup aktivitas yang pernah terjadi di sana itu secara global (internasional)”, jelasnya.
Bakhtiar Ahmad Sibarani, Bupati Tapanuli Tengah mengapresiasi kegiatan penelitian yang dilakukan di Situs Bongal. Sebab penelitian ini menyuguhkan fakta eksistensi Tapanuli Tengah dalam kancah dunia internasional pada masa silam. Bakhtiar berjanji akan melakukan berbagai langkah strategis untuk melanjutkan riset terkait Situs Bongal. Ia juga akan menggalang dukungan agar kawasan itu dapat ditetapkan sebagai cagar budaya sekaligus objek wisata baru.
“Saya dalam waktu dekat akan menyurati pihak-pihak terkait, baik itu dinas Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini Gubernur, DPRD, menteri bahkan presiden untuk meminta dukungan agar bisa dikembangkan menjadi objek wisata dan lain sebagainya”, tutur Bakhtiar. Ia juga meminta agar pihak Polda Sumut, beserta Pangdam Bukit Barisan untuk ikut serta mengamankan situs Bongal. Ia juga menghimbau masyarakat di Tapanuli Tengah melindungi kawasan Situs Bongal.
Ery Soedewo berharap penelitian ini nantinya dapat memberikan gambaran baru tentang ramainya jalur pelayaran laut sekitar abad ke 7 Masehi. Sebab selama ini rara-rata literatur sejarah perdagangan hanya mengungkap eksistensi perdagangan di pesisir timur Sumatera. Ia kemudian menambahkan, bahwa penelitian ini diharapkan juga memberikan sebuah gambaran baru tentang sejarah masuknya Islam di Nusantara. Pasalnya, banyak temuan temuan awal di Situs Bongal yang usianya lebih awal dari pada temuan di Kawasan Barus.