Temuan artefak yang berasal dari era kepemimpinan Islam Daulah Umayyah dan Abbasiyah di Situs Bongal menimbulkan dugaan kuat terdapat relasi jalur pelayaran dan perdagangan Islam di Nusantara, atau yang lebih khusus di Pesisir Barat Sumatra. Temuan tersebut cukup signifikan untuk menyebut kontak dunia Islam dengan Nusantara sejak abad 1 Hijriyah atau 7 Masehi, sebab temuan tersebut berupa koin-koin bertuliskan huruf Arab, dengan angka tahun paling tua tahun 79 Hijriyah.
Guna menelusuri lebih dalam konteks sejarah temuan artefak di Situs Bongal tersebut, Sultanate Institute menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) yang bekerja sama dengan Program Studi Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sumatra Utara (SPI UIN SU), Islam Today, dan Museum Sejarah Al-Qur’an Sumatra Utara. FGD digelar di kampus UIN SU dengan mengundang beberapa ahli diantaranya Prof. Dr. Hasan Asari, MA (WR 1 dan Guru Besar UIN SU), Dr. Ery Soedewo, M.Hum (Arkeolog Balar Sumut), Dr. Aswandi, S.Hut, M.Si (Peneliti BP2LHK), Cut Rizlani K, S.Hut, M.Si (Peneliti BP2LHK), Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S. (Sejarawan Unimed), dan Furqon Muhammad Faiz (Peneliti Sultanate Institute).
FGD digelar pada hari Selasa (22/12/2020) dengan tema ISLAM DAN JALUR REMPAH: Relasi Jalur Rempah dan Temuan Artefak Daulah Umayyah-Abbasiyah di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. FGD digelar sebagai pembicaraan awal baik terkait dengan temuan dalam konteks sejarah Islam di Nusantara maupun terkait kawasan yang kini dikenal dengan Situs Bongal sebagai kawasan bersejarah. Sebab itu kawasan Situs Bongal patut dan layak menjadi objek penelitian arkeologis, dan telah berlangsung hingga sekarang.
Perihal temuan koin era Daulah Umayyah-Abbasiyah, koin tertua yang ditemukan di Situs Bongal berangka tahun 79 H. Dimana berdasarkan literatur sejarah Islam, koin ini hanya berjarak 2 tahun dari sejak pertama kali koin Islam sebagai mata uang dan alat tukar dicetak pada tahun 77 H pada masa kepemimpinan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (Daulah Umayyah). Dr. Phil. Ichwan Azhari menjelaskannya sebagai berikut “Koin Umayyah berdasarkan literatur yang pertama itu tahun 77 (hijriyah), jadi dua tahun setelah koin Umayyah dibuat, ditemukan di Jago-jago”, ujarnya dalam FGD tersebut.
Temuan koin-koin hubungannya dengan konteks sejarah kedatangan Islam ke Nusantara diperkuat oleh temuan lain di lokasi yang sama yaitu fragmen kayu kapal dan botol-botol kaca guna keperluan medis serta produk aromatika. Berdasarkan uji laboratorium karbon, fragmen kayu kapal juga memiliki angka tahun 600-an masehi, yang berarti sezaman dengan temuan koin. Menurut Ichwan, jika fragmen kayu pecahan kapal yang ditemukan berasal dari tahun 600-an atau abad ke 7 Masehi, maka kayu-kayu tersebut sejaman dengan koin-koin Umayyah yang berhasil ditemukan. Ia menduga fragmen kapal itu juga merupakan kapal Arab.
Selain itu, Ichwan juga menduga bahwa di kawasan ini terdapat sebuah industri farmasi kuno berdasarkan pada temuan botol-botol kaca dan sejenis peralatan medis kuno dalam jumlah banyak. Hal ini berhubungan dengan komoditas sumber daya alam di sekitar kawasan Situs Bongal sebagai penghasil jenis produk aromatika kafur yang banyak dicari dalam pertukaran dagang era itu. Komoditas ini menjadi salah satu primadona pada zaman dahulu.
“Jadi mereka tidak membawa bahan baku, tidak membawa kayu, tidak membawa cendana dalam bentuk gelondongan ke Timur Tengah tapi melakukan ekstrasi”, jelas Ichwan.
Sama halnya seperti Dr. Phil. Ichwan Azhari, Prof. Dr. Hasan Asari juga ikut berbicara perihal konteks sejarah temuan Situs Bongal relasinya dengan Islam. Dr. Ery Soedewo sendiri mewakili arkeolog berbicara berkaitan dengan kawasan Situs Bongal sebagai lokasi penelitian arkeologis yang penting. Situs Bongal merupakan kawasan perlintasan jalur pelayaran dan perdagangan maritim kuno yang menyimpan tinggalan sejarah yang luar biasa.
Sedangkan Dr. Aswandi dan Cut Rizlani memberikan penjelasan terkait dengan komoditas kafur sebagai salah satu jenis produk aromatika dan campuran medis yang berasal dari kawasan Sumatra Utara. Sebab daya tarik utama kawasan Situs Bongal yang diduga merupakan kota pelabuhuan masa itu adalah hasil hutannya berupa getah kafur.
Kemudian Furqon Muhammad Faiz melengkapi penjelasan konteks sejarah Situs Bongal dan temuan-temuannya berdasarkan sumber dan catatan sejarah literatur muslim abad 7-13 M. Suguhan ini merupakan hasil dari proses penelusuran tentang pelayaran, perdagangan, maupun gambaran geografi dan antropologi Kawasan Nusantara dalam catatan literatur muslim tersebut. Dimana diketahui, sumber dan catatan sejarah literatur muslim ini sangat jarang dirujuk dalam penulisan sejarah di Nusantara.