Penelitian Situs Bongal berlangsung dalam dua tahap, yaitu pada tahun 2021 dan 2022. Proses penelitian ini berhasil mengungkap eksistensi Situs Bongal secara mutlak atau absolut. Sebelas identifikasi pertanggalan artefak pada tahap pertama menunjukkan temuan yang berasal dari abad ke-7 M. Kemudian semakin diperkuat oleh sejumlah temuan artefak pada ekskavasi tahap kedua.
Seperti yang diutarakan Ketua Tim Peneliti Ery Soedewo dalam paparannya di sejumlah kesempatan. Bahwa Situs Bongal adalah satu pelabuhan dan pemukiman dengan berbagai aktivitas sehari-hari yang kompleks. Secara absolut Situs Bongal merupakan kawasan dengan temuan arkeologis yang berasal dari abad ke-7 M.
Hal ini disampaikan pula oleh geolog BRIN, Fadhlan dalam kunjungannya di Solo, “Dalam penelitian dua tahap ini, untuk tahap pertama sudah menghasilkan sebelas dating mutlak, dan sangat memperkuat usia dari Situs Bongal.” imbuhnya.
Salah satu data penting dalam identifikasi situs adalah data geologi. Selain membantu identifikasi situs melalui kajian struktur lapisan tanah dan perubahan-perubahan yang berlangsung, data geologi juga dapat diselaraskan dengan sejumlah sumber dan dokumen sejarah melalui keterangan catatan pelayaran Arab klasik.
Data geologi dan geomorfologis Situs Bongal pada prosesnya menemukan titik relevansi dengan sejumlah keterangan pelayar muslim klasik. Identifikasi lapangan melalui ekspedisi kawasan situs juga memperkuat titik relevansi ini. Menurut peta geologi, Situs Bongal memiliki kandungan alam berupa aurum, yaitu bahan material yang menunjukkan adanya kandungan emas. Hal ini selaras dengan deskripsi catatan pelayaran Islam klasik yang menyebut Kepulauan Hindia Timur sebagai ‘Negeri Emas’.
Peta geologi juga menunjukkan banyak garis aliran anak sungai (aliran air) di Situs Bongal. Persis seperti apa yang ditemukan oleh tim Sultanate Institute dalam ekspedisi pemetaan kawasan Bukit Situs Bongal selama kurang lebih tiga pekan. Ciri alam inilah yang menjadi salah satu tanda Situs Bongal adalah area pemukiman manusia di masa lampau, sebab didukung aliran air yang cukup.
Selain itu, hasil ekspedisi pemetaan kawasan menduga bahwa Sungai Lumut memiliki ukuran yang lebih lebar dibanding yang nampak sekarang. Jika dipetakan, mulut sungai diperkirakan berjarak hampir 2 km. Indikasi ini diperkuat dengan data peta geologi yang menampilkan bentuk kawasan Situs Bongal 1400 tahun yang lalu. Dimana Sungai Lumut memiliki lebar sekitar 1 km, di sebuah teluk yang terdapat pertemuan antara air sungai dengan air laut (muara).
Hal ini semakin mendukung kesimpulan terkait kondisi geomorfologis Situs Bongal sebagai kawasan pelabuhan yang cocok untuk sandaran kapal-kapal yang singgah. Perairannya tenang, memiliki lebar dan kedalaman yang cukup, berada di kawasan teluk, dan terhalang dari ombak besar karena keberadaan pulau-pulau di sisi baratnya sebagai penghalang ombak Samudera Hindia.
Pengamatan ini relevan dengan karakteristik pertumbuhan kota pesisir dalam peradaban Islam. Berdasarkan catatan pelayar muslim klasik, salah satu karakter kota pesisir Islam adalah berada di sebuah al-khour. Yaitu muara air sungai yang terletak di tepi laut yang setengah tertutup (teluk).
Khour dalam kamus bahasa Arab diartikan sebagai kata Arab kuno yang identik dengan dunia pelayaran. Ejaaba.com menyebut خور (atau al-khour) artinya muara sungai yang terletak di pantai yang berbentuk teluk setengah tertutup, dimana aliran sungai mengalir di satu sisi, dan terhubung ke laut di sisi lain, tempat pertemuan air asin dengan air tawar.
Secara geostrategis, muara sungai besar yang berada di Teluk memudahkan aktivitas kapal masuk ke kota pelabuhan. Sebab Teluk dapat menghadang ombak besar Samudera sehingga kondisi perairan menjadi lebih tenang.
“Berdasarkan penelitian saya melalui data geologi, menurut saya Bongal dapat disimpulkan sebagai Bandar Fansur. Meskipun secara umum kesimpulan tersebut belum diambil oleh anggota tim peneliti lainnya”, ungkap Fadhlan, Ahad (10/7/2022).