Historiografi Indonesia telah mengalami perkembangan pemikiran yang berarti sejak pembahasan terawal pada Seminar Sejarah Nasional 14-18 Desember 1957. Sejak itu muncul pemikiran dan gagasan untuk merumuskan landasan filosofis historiografi Indonesia oleh para sejarawan generasi awal. Pembahasan pada seminar tersebut dianggap sebagai penanda dimulainya historiografi Indonesia modern.
Kurang lebih empat dekade berlangsung sejak Seminar Sejarah Nasional tahun 1957, tumbuh gagasan-gagasan baru yang lahir dari diskusi reflektif kajian-kajian yang melibatkan pembahasan tentang metode dan metodologi dalam penulisan sejarah. Kebaruan historiografi dalam karya-karya penelitian sejarah ini muncul sekaligus menaruh kritik terhadap berlangsungnya penulisan sejarah. Terlebih kritik ini juga melibatkan dunia kesejarahan itu sendiri, yang kian berjarak dengan publik dan realitas kekinian masyarakat seperti yang dipaparkan Bambang Purwanto.
Perkembangan ini melahirkan penulisan sejarah Indonesia yang memungkinkan untuk menyentuh pendekatan yang lebih signifikan. Selain itu penulisan sejarah juga memungkinkan untuk mengambil sumber-sumber sejarah yang lebih kaya dan pendekatan ilmu bantu yang lebih kompleks. Dengan begitu, penulisan sejarah Indonesia memungkinkan untuk menyentuh aspek-aspek lain selain penulisan sejarah yang hanya mengambil political oriented, seperti sejarah intelektual, mentalitas, kawasan, hingga pendekatan global dengan multidisiplin ilmu.
Pada saat yang sama, Hasan Muarif Ambary menelurkan terobosan penting dalam memaknai penelitian sejarah. Hasan dalam kepakarannya di bidang arkeologi merumuskan sebuah pendekatan integral antara sejarah, arkeologi, dan ilmu-ilmu bantu. Arkeologi sebagai cabang ilmu yang lebih spesifik berkaitan dengan kajian peninggalan sejarah manusia yang bersifat material pada tahap berikutnya juga melibatkan kajian terhadap teks sebagai pendekatan dalam penelitiannya, yang dikenal dengan historical archaeology.
Penelitian arkeologi dalam menjelaskan konteks data artefaktualnya membutuhkan dan bersandar pada sumber tekstual yang mencakup baik studi epigrafi maupun filologi. Dalam hal ini Hasan menegaskan kegunaan upaya memadukan dua jenis data. Di mana data tekstual membantu memberikan justifikasi terhadap eksplanasi data artefaktual.
Pendekatan Global dalam memahami sejarah merupakan terobosan cara pandang baru dalam perkembangan historiografi. Kini, Perspektif Global History, Sejarah Global muncul menyuguhkan paradigma sejarah baru. Buah keniscayaan kerangka kerja geografis antar kawasan dan interaksi global.
Data historis pertautan antar kawasan sebagai arsip sejarah yang kaya, berperan sangat penting dalam membangun identitas budaya maritim yang kosmopolit, serta memperkaya wawasan akan kompleksitas globalisasi yang terus berkembang.
Pendekatan Global dalam Sejarah Pertautan Antar kawasan, ini tentu melibatkan kajian ilmu yang bersifat multi-displin bahkan inter-disiplin.
Dengan pendekatan ini, memungkinkan penelitian sejarah untuk memotret peristiwa dengan lebih kompleks dan kaya, yang melibatkan ilmu bantu seperti geografi, antropologi, filologi, arkeologi, dan ilmu bantu lainnya.
Banyak data sumber historis negeri ini yang memuat informasi penting bagi studi sejarah pertautan antar kawasan. Ini terekam dalam catatan perjalanan para pedagang, penjelajah, geografer, diplomat, dan utusan kerajaan. Sayangnya sumber sejarah ini relatif sedikit untuk dikaji dan dijadikan acuan dalam penelitian lebih lanjut, seperti misalnya sumber dari India, China, dan Arab.
Sementara itu di sisi lain, Penelitian di Prancis, Inggris, Jerman, dan China sudah lebih dulu mempelopori penggunaan data historis yang berasal dari Arab travelogue ataupun catatan Ilmuwan Muslim Abad 9-10 M untuk menyelami zeitgeist atau konteks serta jiwa zamannya. Kerja dan upaya ini perlu diverifikasi ulang melalui pendekatan multi disiplin ilmu dari berbagai pakar dan ahli.
Di antaranya seperti laporan tentang pasang surut air sungai terjadi setiap 12 jam sekali. Kajian ini bila dikaji dalam disiplin ilmu geo-fisika akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam khazanah klimatologi, geomorfologi, oseanografi, dan lainnya.
Tak kalah menariknya informasi tentang jenis-jenis binatang endemik lokal, deskripsi geografis yang rinci, informasi navigasi maritim, tradisi budaya penduduk, komoditas perdagangan, lanskap alam, spesies flora dan fauna endemik, serta komoditas ekspor unggulan.
Laporan data historis ini memberi informasi yang kaya bagi studi sejarah, khususnya tentang pertautan kawasan dan proses terbentuknya bandar-bandar pelabuhan menjadi poros ekonomi, kemudian berkembang menjadi kota-kota kosmopolitan, hingga mengawali globalisasi maritim dunia, jauh sebelum Bangsa Eropa menancapkan pengaruhnya di wilayah pesisir kawasan Samudra Hindia.
Kajian multi disiplin dan inter disiplin ilmu ini tentunya memerlukan tekad kuat, ketekunan, dan kolaborasi dari berbagai pihak.
Textcavation merupakan pendekatan yang menyatu dalam penelitian arkeologi dan sejarah. Pendekatan dengan proses eksplorasi atau verifikasi terhadap sebuah teks, memilih bagian yang dipandang memuat kenyataan yang harus dicari bukti ini membantu tahap eksplanasi dalam penelitian arkeologi dan sejarah. Arkeolog Sony C. Wibisono memuat hal ini dalam kata pengantarnya pada buku Keajaiban Negeri Emas Zabaj: Indonesia dalam Catatan Dunia Islam Masa Abbasiyah.