Koleksi Koin Dirham dan Keramik Islam di Museum Nasional Oman
Museum Nasional Oman pada tahun 2020 mempublikasi laporan pengelolaan dan pelestarian koleksi artefak koin dirham dan keramik Turquoise Glaze Pottery/Middle Eastern Glazed Earthenware.
Sejumlah total 962 keping koin dirham perak yang menunjukkan pertanggalan berasal dari masa Sassaniyah hingga masa Islam. Koin-koin dirham perak tersebut ditemukan di dalam keramik berbentuk vas berglasir berwarna biru pirus dengan dua telinga (double-handled).
Identifikasi terhadap artefak koin tersebut menunjukkan bahwa dirham tertua adalah dirham yang dicetak pada masa pemerintahan Hormizd IV-Khosrow II (589-623 M). Sementara temuan koin dirham temuda dicetak di masa pemerintahan Daulah Abbasiyah tahun 226 H/840-841 M.
Koleksi temuan koin dirham yang menjelaskan angka tahun dan tempat pembuatannya menunjukkan bagaimana peran kehadiran Islam selama masa Daulah Umawiyah dan Abbasiyah meliputi wilayah Irak, Andalusia (Spanyol), Afrika Utara, Mesir, Syam, Semenanjung Arab, Iran hingga Kaukasus Selatan.
Museum Nasional Oman melakukan restorasi terhadap koleksi artefak koin dirham melalui beberapa langkah dimulai dengan pendokumentasian. Dokumentasi menghasilkan indormasi identifikasi koin, deskripsi sejarah, dimensi (berat dan diameter), serta gambar.
Langkah selanjutnya adalah asesmen terhadap kondisi koin sebelum dan sesudah dilakukan penanganan. Dilanjutkan dengan pembersihan koin serta pemeliharaan.
Temuan Koin Dirham dan Keramik Islam di Situs Bongal
Temuan artefak koin dan keramik dunia Islam juga ditemukan di Situs Bongal, Tapanuli. Koin-koin berinskripsi Arab tersebut ditemukan dalam jumlah besar.
Di Situs Bongal, koin tertua yang ditemukan berangka tahun 85 H/704 M yaitu koin Daulah Umawiyyah masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Sedangkan koin termuda berangka tahun 288 H/901 M yaitu koin Daulah Abbasiyah masa Khalifah Al-Muktadid Billah.
Koin-koin berinskripsi Arab temuan Situs Bongal di antaranya terdiri dari koin Daulah Umawiyyah masa Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Hisyam bin Abdul Malik, dan Marwan bin Muhammad.
Sedangkan koin Daulah Abbasiyah yang ditemuan di Situs Bongal terdiri dari koin masa Abu Abbas As-Saffah, Abu Ja’far Al-Manshur, Abu Abdullah Al-Mahdi, Harun Al-Rasyid, Abu Abbas Al-Makmun, Ja’far Al-Mutawakkil, Abu Abbas Al-Mu’tamid, dan Abu Abbas Al-Muktadid.
Pencetakan mata uang Islam pertama kali dimulai pada masa Umawiyyah periode Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ia dikenal sebagai sosok yang meletakkan kebijakan penting mengenai sistem keuangan dan ekonomi Islam.
Alat tukar yang sebelumnya memakai koin-koin dari Sassaniyah Persia dan Romawi Byzantium digantikan dengan koin-koin cetakan sendiri. Koin-koin tersebut mulai dicetak pertama kali pada tahun 75 H/693-694 M.
Koin pertama dicetak dengan memuat inskripsi gambar khalifah dan kalimat Tauhid. Koin cetakan pertama ini mendapat kritik karena memuat gambar khalifah. Oleh karena itu, pencetakan koin-koin dinar dirham selanjutnya dilakukan tanpa memuat gambar khalifah. Hanya memuat kalimat tauhid serta lokasi dan tahun cetak. Kemudian sejak tahun 77 H koin dinar dirham secara resmi dijadikan mata uang Islam.
Di samping koin dirham, seperti koleksi yang ada di Museum Nasional Oman, temuan keramik turquoise glaze bertipe Double-handled storage Amphorae Type juga ditemukan di Situs Bongal. Keramik ini merupakan temuan keramik berglasir berwarna hijau tosca atau jenis keramik Turquoise Glaze. Keramik jenis ini merupakan keramik yang berasal dari Iran atau Iraq abad 9-10 M.
Keramik Islam Turquoise Glaze ini ditemukan sudah tidak dalam bentuk utuh, hanya saja masih terdapat keramik yang ditemukan dalam bentuk artifisial. Keramik tersebut berbentuk wadah besar (guci) dengan glasir hijau dan pecah pada satu bagian telinganya.
Keramik temuan Situs Bongal ini memiliki Panjang 342.00 mm, lebar atau diameter 195.00 mm dan ketebalan 13.00 mm.
Kesamaan temuan koin dan keramik berglasir koleksi Museum Nasional Oman dan Situs Bongal ini memberikan bukti material yang luar biasa, menunjukkan kosmopolitanisme dan koneksi/hubungan yang naungi oleh keterlibatan aktif jejaring pelayaran dan perdagangan Samudra Hindia.
Hal ini mencerminkan suatu keterkaitan erat antara Situs Bongal di pesisir barat Sumatra (Tapanuli) dengan kawasan Dunia Islam sejak abad ke-7 M. Oman merupakan salah satu wilayah penting dalam rute pelayaran dan perdagangan maritim global.
Oman merupakan titik penting persinggahan rute perjalanan laut para nahkoda, pedagang, serta para ilmuwan geografi-kartografi andal masa peradaban Islam. Oman titik simpul pusat peradaban maritim Dunia Islam di Teluk Persia.
Wilayah Asia Tenggara khususnya Situs Bongal dengan Dunia Islam di Timur Tengah (Asia Barat) khususnya Oman disatukan oleh perairan Samudra Hindia. Jejaring ini berlangsung selama berabad-abad melangsungkan bukan hanya pertukaran dagang, melainkan juga penyebaran agama Islam beserta peradabannya melalui pertemuan ilmu pengetahuan.