Kesultanan Samudera Pasai/Syumuttrah Pasai, dikenal sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam terbesar di Asia Tenggara. Pengaruh penyebaran Islam Samudera Pasai mencapai Semenanjung Malaysia hingga kawasan yang kini menjadi wilayah dari Thailand Selatan.
Aktivitas dakwah dan penyebaran Islam menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan khas yang mencerminkan pengaruh Islam terhadap budaya setempat. Hal ini tampak dalam sejumlah warisan budaya seperti seni, sastra, arsitektur bangunan, hingga sebaran nisan makam.
Selain itu, sebagai pusat perdagangan utama di Asia Tenggara, Kesultanan Samudera Pasai menjadi lintasan rute pelayaran dari kawasan Samudra Hindia mencakup Asia Barat dan Asia Selatan menuju Asia Tenggara dan Asia Timur.
Berdasarkan identifikasi terhadap beragam nisan yang ditemukan dalam komplek makam, terungkap 22 sultan masa Samudera Pasai. 22 Sultan inilah berperan dalam pengembangan agama dan peradaban Islam di Asia Tenggara.
Inskripsi pada nisan memberikan pemahaman bahwa para sultan dan pemimpin Kesultanan Sasmudera Pasai memiliki gelar yang diberikan kepada mereka. Beberapa contoh di antaranya nisan Sultan Malik As-Shaleh dan nisan Malikah Nahrasyiyah.
Sultan Malik As-Shaleh merupakan sultan pertama atau pendiri Kesultanan Samudera Pasai. Wafat pada 696 H/1297 M, inskripsi pada nisannya menjelaskan Sultan Al-Malik Ash-Shalih sebagai seorang penguasa yang bertaqwa. Ia seorang pemberi nasihat yang berasal dari keturunan yang terhormat dan terkenal. Ia juga seorang yang pemurah serta ahli ibadah dan pembebas (futuh).
Sedangkan Malikah Nahrasyiyah Al-Muazhzhamah (ratu yang dipertuan agung) merupakan pemimpin perempuan atau ratu pertama di Kesultanan Samudera Pasai. Ia digelari Ra-Bakhsya Khadiyu (penguasa yang pemurah) yang nisannya terbuat dari marmer. Sebagian besar peneliti dan sarjana menyebut nisan yang terbuat dari marmer tersebut merupakan nisan terindah di Asia Tenggara. Inskripsi nisan Malikah Nahrasyiyah juga memuat Surah Yasin.
Selain sultan, terdapat pula nisan makam seorang panglima perang pada masa Kesultanan Samudera Pasai. Ia adalah Raja Kanayan, seorang penyerbu yang berasal dari keturunan terhormat, pemberani, dan berhati pemurah berdasarkan keterangan inskripsi pada batu nisannya yaitu “Hadzal qabru al-abban al-hasib asy-syuja’ al-mannan.”
Keterangan inskripsi nisannya juga menjelaskan bahwa Raja Kanayan wafat pada malam sabtu tanggal 3 Sya’ban 872 H/26 Februari 1468 M, sebagai seorang panglima yang hidup sepanjang beberapa periode Sultan Samudra Pasai, salah satu diantaranya pada masa Sultan Zainal ‘Abidin Ra-Ubabdar.
Terdapat pula nisan makam pemuka pembesar Kesultanan Samudera Pasai yang berasal dari Dinasti Abbasiyah. Ia adalah Shadrul Akabir (pemuka para pembesar) Samudra Pasai ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdul Qadir bin Yusuf bin ‘Abdul ‘Aziz bin Al-Manshur Abi Ja’far Al-‘Abbasiy Al-Mustanshir bi-Llah.
‘Abdullah bin Muhammad Al-‘Abbasiy wafat pada malam Jum’at, 23 Rajab 816 H/23 Oktober 1413. M, sebagai seorang tokoh besar keturunan kelima dari Khalifah Al-Manshur Abu Ja’far Am-Muntashir bi-Llah, Amirul Mu’minin dan Khalifah dari Dinasti ‘Abbasiyyah.