3rd Spiced Islam International Conference sukses diselenggarakan pada 20-23 Agustus 2025 di Museum Fansuri Situs Bongal, Tapanuli Tengah. Spiced Islam Conference mengetengahkan kajian kawasan Samudra Hindia dalam dialog antar disiplin ilmu, baik arkeologi, sejarah, filologi, epigrafi, serta kajian warisan budaya.
Mengangkat tema “Material Culture and Commodities in the Indian Ocean World, 7th–13th Centuries”, Spiced Islam Conference diselenggarakan oleh Sultanate Institute, yang bekerja sama dengan Program Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, University of Edinburgh, serta Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR ARBASTRA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Spiced Islam Conference tahun 2025 merupakan penyelenggaraan ketiga dari sebelumnya pada tahun 2022 dan 2023. Di tahun 2025 ini, Spiced Islam Conference berangkat dari kajian warisan budaya dan komoditas dagang, khususnya bagaimana posisi Situs Bongal di Pesisir Barat Sumatra dalam konteks kawasan Samudra Hindia. Sementara pada tahun 2022 berfokus pada kajian tekstual di Samudra Hindia, kemudian tahun 2023 mengangkat kajian warisan budaya material.
Dalam rangka membahas kajian tersebut, Spiced Islam Conference tahun 2025 menghadirkan para peneliti dan akademisi dari 10 negara — Indonesia, Jepang, Italia, Australia, Prancis, Malaysia, Singapura, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat — dalam berdialog lintas disiplin antara arkeolog, sejarawan, filolog, epigraf, numismatis, dan peneliti warisan budaya.
Spiced Islam Conference terbagi kedalam tujuh panel diskusi dengan masing-masing fokus tema di antaranya “Sumatra Situated: Early Islamic and Maritime Connections” (Panel 1), “Maritime Crossroads: From Military Posts to Mercantile Ports” (Panel 2), “Zooming into Bongal: From Power to Glass” (Panel 3), “Boats to Ships: Technologies of Navigation” (Panel 4), “Coins of Power: Numismatics and Titulature” (Panel 5), “Memories Buried: Worlds of Swahili, Indian and Malay Connections” (Panel 6), dan “Art to Archaeology: Beyond Islam” (Panel 7).
Semua peserta berpartisipasi dalam masing-masing panel diskusi, yang membuka kesempatan berbicara untuk memperdalam kajian yang tengah dipresentasikan. Makalah yang dipresentasikan kemudian akan dipublikasikan menjadi sebuah buku kumpulan penelitian para pemakalah dari penyelenggaraan pertama hingga ketiga.

Spiced Islam Conference juga memberikan kesempatan para peserta untuk kunjungan lapangan ke Situs Bongal dan kunjungan pameran Museum Fansuri yang dapat memberi tambahan pengalaman selain sesi diskusi akademik, presentasi temuan terbaru, dan dialog lintas disiplin. Rangkaian kegiatan ini diharapkan memperkaya pemahaman publik dan komunitas akademik terhadap dinamika jaringan maritim pada abad pertengahan awal.
Apresiasi dan kelanjutan kolaborasi riset sangat ditunggu oleh para peneliti dan akademisi yang hadir. Spiced Islam Conference menghadirkan pengalaman baru sekaligus memperkaya khazanah pengetahuan melalui dialog lintas disiplin ilmu.
Para peneliti dan akademisi juga akan berkontribusi penuh dalam proses publikasi makalah, yang diharapkan dapat memberi dampak penting bagi perkembangan dunia akademik, baik dalam bidang kemaritiman, kajian budaya, kajian kawasan, material culture, sejarah, dan warisan budaya.
Spiced Islam Conference juga membuka kesempatan kolaborasi lanjutan khususnya dalam memperdalam kajian penelitian Situs Bongal. Sulatanate Institute juga berkomitmen melalui forum akademik ini untuk menjadikan riset dan pelestarian berkelanjutan Situs Bongal sebagai bagian dari wacana akademik internasional.