Nisan ini terletak di Meunye Tujoeh, Pirak Timur, Aceh Utara.
Nisan Makam Malikah Al-Muazhzhamah (yang dipertuan agung) Dannir yang sering disebut oleh sejarawan dengan Ratu Nurul ‘Aqla, Nurul A’la, Nurul Ilah, dan Wabisah. Epitaf makam menyebutkan bahwa Malikah Dannir merupakan putri Sultan Al-Malik Azh-Zhahir bin Raja Khan bin Raja Kadah (Kedah). Ia wafat pada tahun 791/781 H atau 1389/1380 M.
Nisan ini memuat inskripsi berbahasa Jawiy dan Melayu kuno pada kedua sisi nisannya. Inskripsi Melayu kuno menandai bukti jejak tertua bahasa Melayu kuno pada zaman Islam, yang disimpulkan oleh para ahli merupakan bahasa yang berasal dari kerajaan-kerajaan di kawasan Selatan Sumatra yang bercorak Hindu-Budha. Bahasa Melayu kuno memang banyak ditemukan di prasasti-prasasti pada masa kerajaan tersebut yang eksis sebelum masa kerajaan-kerajaan Islam.
Sedangkan bahasa jawiy pada sisi yang lain pada nisan menunjukkan terdapatnya masa transisi penggunaan bahasa dan aksara dalam masyarakat Melayu. Bahasa dan aksara jawiy tersebut merupakan hasil pengaruh model kaligrafi Arab pada aksara Melayu Kuno. Penggunaan angka dengan bahasa jawiy juga ditemukan dalam beberapa nisan pada abad ke-15. Penggunaan angka penanggalan bahasa jawiy pada nisan semakin meningkat di akhir abad ke-16 di Aceh Darussalam.
Makam Malikah Dannir tepatnya ditemukan di tepi kanan Krueng (sungai) Pirak. Berdasarkan pada informasi yang diperoleh CISAH dalam salah satu ekspedisinya tahun 2012, nama Kedah masih dipakai di beberapa lokasi di sekitar wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Kedah yang dimaksud adalah wilayah yang berada di antara aliran Krueng Pirak dan Krueng Keureuto bagian selatan.