Arkeolog Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengunjungi Sultanate Institute dan Museum Abad Satu Hijriyah pada sabtu (13/3/2023) di Solo. Kunjungan ini dalam rangka pendampingan penelitian epigrafi yang sedang dilakukan peneliti EFEO.
Situs Bongal yang berhasil mengungkap temuan-temuan artefaktual yang selama ini belum terungkap di situs-situs di kawasan pesisir barat Sumatra menarik kedatangan para peneliti arkeologi BRIN maupun EFEO tersebut.
Pada kunjungan penelitian di Solo ini, para arkeolog BRIN dan EFEO turut melihat temuan artefaktual tinggalan sejarah dan kebudayaan Situs Bongal koleksi Museum Abad Satu Hijriyah.
Secara khusus, para arkeolog tersebut juga meninjau koleksi artefak berupa prasasti temuan Situs Bongal serta melakukan identifikasi dan pembacaan awal terhadap isi prasasti temuan Situs Bongal tersebut.
Dalam rangka penelitian epigrafi pula, mereka menyampaikan permohonan izin untuk melakukan kegiatan dokumentasi terhadap prasasti-prasasti Situs Bongal.
Arkeolog BRIN yang hadir di antaranya ialah Dr. Titi Surti Nastiti (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional BRIN), Andri Restiyadi, M.A. (arkeolog Pusat Riset Prasejarah dan Sejarah BRIN), Churmatin Nasoichah, M.A. (Epigraf Pusat Riset Prasejarah dan Sejarah BRIN), serta Hedwi Prihatmoko (Epigraf BRIN).
Turut pula peneliti EFEO Prof. Dr. Arlo Griffiths (Kepala Kantor Perwakilan EFEO Jakarta), Dr. Wayan Jarrah Scheeres Sastrawan (peneliti postdoctoral EFEO), dan Dr. Adeline Levivier (Visual Data Manager of the DHARMA project).
Rangkaian kegiatan penelitian di Situs Bongal telah dilakukan sejak tahun 2020 – 2022 oleh Sultanate Institute bersama Balai Arkeologi Sumatra Utara dan dilanjutkan bersama Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim dan Budaya Berkelanjutan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Hasil rangkaian ekskavasi telah memberi banyak informasi tentang pentingnya Situs Bongal sebagai kawasan Cagar Budaya yang memiliki akar historis kaitannya interaksi Perdagangan dan Pelayaran antara Nusantara dengan Dunia Internasional sejak masa abad ke-7 M hingga abad ke-10 M.
Ekskavasi juga telah menghasilkan sejumlah besar temuan artefaktual yang beragam dan melimpah. Ragam temuan artefaktual ini menunjukkan interaksi antara kawasan dunia Islam (Timur Tengah), India (Asia Selatan), dan Cina (Asia Timur).