Wali Songo merupakan istilah yang disematkan pada para ulama dan da’i penyebar agama Islam di Jawa yang dikenal dalam sejarah masyarakat Jawa. Pengaruh Wali Songo sangat besar dalam mengislamkan masyarakat Jawa hingga mengakar kuat serta mewarisi warisan intelektual dan kebudayaan yang begitu besar.
Dalam historiografi, sejarah Wali Songo merupakan satu periode paling penting dalam sejarah dakwah dan proses Islamisasi masyarakat Jawa. Periode tersebut memberi warisan penting bagaimana para ulama masa awal berdakwah dan mengislamkan masyarakat Jawa yang pengaruhnya sangat mengakar sampai hari ini.
Meskipun pada dasarnya para ulama penyebar Islam di Jawa tidak hanya berjumlah sembilan, melainkan lebih, namun kesembilan wali inilah yang memiliki pengaruh paling besar dan mengakar dalam masyarakat Jawa.
Sejarah dakwah Wali Songo menghadirkan arti penting dan pembelajaran dalam mengamalkan ajaran agama Islam, mengutamakan ilmu, serta mengemban tanggung jawab syiar Islam.
Wali Songo bukanlah para ulama yang terpisah dan tidak terkait satu sama lain. Pengaruh dakwah dan Islamisasi masyarakat Jawa oleh Wali Songo justru menunjukkan keterkaitan serta hubungan erat di antara kesembilan wali.
Hubungan tersebut ialah hubungan nasab (keturunan) maupun sanad (keilmuan), yaitu hubungan ayah dan anak serta hubungan guru dan murid. Hal ini yang akan menunjukkan bagaimana Wali Songo serta pengaruh dakwah ulama secara luas selalu terkait dengan jejaring keilmuan dan intelektual yang kuat di antara mereka.
Dapat dicontohkan seperti Sunan Bonang yang merupakan anak sekaligus juga murid dari Sunan Ampel. Begitu pula Sunan Kalijaga yang merupakan ayah dari Sunan Muria.
Para Wali Songo juga tidak semua hidup dalam periode yang sama. Di antara mereka juga ada yang tidak saling bertemu dan berbeda masa. Seperti Sunan Muria tidak bertemu dengan Sunan Ampel, atau Sunan Gresik tidak bertemu dengan Sunan Drajat serta Sunan Giri.
Warisan Intelektual dan Kebudayaan Wali Songo
Bukti-bukti pengaruh dakwah yang bersifat intelektual dan kebudayaan Wali Songo sangat dekat dengan masyarakat. Hal tersebut tercermin mulai dari sumber-sumber tertulis yaitu dokumen sejarah seperti kitab/manuskrip karya para wali, artefak serta data arkeologi terkait, hingga ajaran, norma, tradisi yang menyatu dalam sebuah produk budaya.
Sumber tertulis atau dokumen sejarah karya para wali salah satunya ialah naskah kitab/manuskrip Het Boek van Bonang baik yang naskah A maupun B.
Naskah A ialah naskah karya Sunan Bonang yang berisi ajaran agama Islam yang diajarkan kepada para muridnya, baik ditulis langsung oleh Sunan Bonang maupun ditulis oleh para muridnya. Sedangkan naskah B berisi tentang notulensi hasil rapat-rapat dalam majelis wali pada masa itu.
Di samping sumber tertulis atau dokumen sejarah, warisan pengaruh Wali Songo tercermin dalam sejumlah artefak dan data peninggalan arkeologi yang tersebar dalam sejumlah warisan budaya yang masih dapat ditemukan sampai sekarang.
Warisan budaya tersebut ialah masjid, nisan makam, pesantren, dan peninggalan lainnya. Peninggalan warisan budaya tersebut masih eksis hingga hari ini bahkan terus menjadi pusat kegiatan dan dakwah masyarakat. Suatu warisan budaya yang terus hidup dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari/living museum.
Di antara warisan budaya tersebut ialah Masjid Agung Demak, Masjid Kudus, Masjid Agung Sunan Ampel, Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu, Masjid Agung Sunan Pandanaran, dan sejumlah masjid lainnya.
Nisan makam di antaranya ialah nisan makam Sunan Gresik, nisan makam di kompleks Masjid Agung Demak, serta nisan makam di kompleks makam Troloyo. Jejaring pesantren di antara mereka yang warisannya terhubung hingga Pesantren Tegalsari Ponorogo hingga pesantren-pesantren yang berlangsung hingga sekarang yang berjasa mendidik para santri menjadi ulama di tengah masyarakat
Peninggalan warisan intelektual dan kebudayaan Wali Songo yang tak kalah penting ialah produk budaya dan intelektual yang diwariskan. Produk budaya tersebut bahkan terus hidup di tengah masyarakat hingga hari ini seperti tradisi perayaan sekaten, garebeg maulud, tembang tombo ati, ajaran moh limo, jejaring sanad keilmuan, serta produk budaya dan intelektual lainnya.