Buku Legacies of Colonialism in Museum Collections The (Un)Making of Indonesian Islam in the Netherlands merupakan salah satu terbitan terbaru dari seri Arts and Archaeology of the Islamic World BRILL yang terbit 19 Desember 2024 lalu.
Buku ini menambah referensi terbaru dalam praktik museum dan merupakan rujukan akademik penting dalam memahami dekolonisasi dalam disiplin dan praktik museum.
Berdasarkan latar belakang sejarahnya, museum termasuk lembaga pengetahuan yang lahir dari politik pengetahuan kolonial dalam membentuk narasi dan identitas masyarakat jajahannya.
Dalam prolognya Mirjam Shatanawi menyoroti bagaimana warisan kolonial mengakar dalam proses pengelolaan Tropenmuseum di semua tingkatan, mencakup proses kuratorial, narasi, hingga tata pamer dan pengelolaan pameran.
Pengaruh warisan kolonial sangat terlihat dalam narasi tentang Islam dalam koleksi Indonesia. Islam ditempatkan sebagai lapisan luar dari koleksi Indonesia dan tak memiliki keterwakilan yang memadai untuk menjelaskan tentang sejarah Indonesia.
Narasi yang dibangun dalam disiplin dan praktik di museum kolonial pertama yang diakui dunia itu mencerminkan warisan kolonial yang membentuk cara sejarah dan budaya Islam di Nusantara dipahami.
Pengetahuan tentang Islam dipresentasikan dalam kerangka yang terfragmentasi, dianggap terpisah dari perkembangan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan, serta tidak memiliki keterwakilan yang memadai dalam sejarah Nusantara.
Keadaan demikian mencerminkan paradigma historiografi kolonial yang melihat Islam sebagai elemen yang datang dari luar dan bukan sebagai bagian integral dari jaringan maritim, perdagangan, dan intelektual global yang telah lama berinteraksi dan menyatu dengan Nusantara.
Bias kolonialisme terhadap narasi Islam Indonesia bahkan bukan hanya terjadi di Tropenmuseum, melain juga di museum-museum lain di Belanda. Sebagian besar dari meraka menampilkan Indonesia sebagai negara dengan meminggirkan pengaruh Islam dan identitas muslim. Islam juga hanya ditempatkan dalam satu etalase kecil dalam koleksi tentang Asia Tenggara.
Rijksmuseum yang merupakan museum nasional utama di Belanda, bahkan juga melakukan hal serupa, di mana tidak satupun benda koleksi Islam dari Indonesia ditampilkan dalam tata pamer museumnya.
Mirjam Shatanawi menyebut keadaan tersebut dengan Occasion of Knowledge dari pada hanya sekadar kolonial amnesi. Dalam bukunya ia mengungkap mengapa dan bagaimana warisan budaya dan pengaruh Islam Indonesia dikoleksi, dikategorikan, dan dipamerkan di museum-museum Belanda, serta menelusuri bentuk-bentuk warisan kolonial yang menyertainya.
The National Museum of World Cultures (NMWV) merupakan organisasi yang didirikan pada tahun 2014 yang membawahi kolaborasi empat museum etnografi yaitu The Museum of Ethnology di Leiden, Tropenmuseum di Amsterdam, The Africa Museum di Berg dan Dal, serta The Wereldmuseum di Rotterdam. The National Museum of World Cultures (NMWV) sendiri merupakan salah satu yang memiliki koleksi seni dan warisan budaya material terbesar dari Indonesia.