Sultanate Institute meluncurkan buku berjudul Keajaiban Negeri Emas Zabaj Indonesia dalam Catatan Dunia Islam Masa Abbasiyah dalam rangkaian acara “Webinar Hari Pendidikan Nasional” 2 Mei 2023 di Gedung R. P. Soejono BRIN Pasar Minggu.
Dalam peluncurannya, Abu Bakar Said memaparkan ulasan bukunya yang memuat dua bagian utama. Bagian pertama menyuguhkan kajian terhadap sumber-sumber dokumen historis tersebut yang berkaitan dengan kawasan Asia Tenggara dan Indonesia, yang dulu dikenal dengan nama “Zabaj”. Kemudian pada bagian kedua buku ini menyajikan terjemahan dokumen catatan pelayaran dalam kitab ‘Ajaib al-Hind Barruhu wa Bahruhu wa Jazayiruhu karya nahkoda Buzurq bin Syahriar Al-Ramhurmuzi yang ditulis pada abad ke-10 M.
Kitab ini merupakan kitab “keajaiban” terbaik yang berbicara mengenai sejarah pelayaran Samudera Hindia. Kitab ini telah banyak dikaji oleh para peneliti sejarah dan arkeologi dunia, bahkan diterjemahkan dan diterbitkan ulang dalam berbagai bahasa.
Dalam teks ‘Ajaib Al-Hind, Buzurg bin Syahriar membagi dua istilah terhadap para nahkoda yang berlayar. Pertama, nahkoda yang berlayar menuju kawasan yang disebut dengan Negeri Emas yaitu “Nahkoda Kapal Emas”. Sedangkan yang kedua disebut dengan “Nahkoda Kapal Cina”, yaitu para nahkoda yang melanjutkan pelayarannya hingga ke Cina.
Negeri Emas, dalam penyebutan catatan para pelayar muslim menun Sejumlah catatan pelayaran para geografer muslim seperti ‘Ajaib Al-Hind, Rihlah As-Sirafi, dan Muruj adz-Dzahab menyebut, bahwa “Negeri Emas” adalah negeri yang kaya akan sumber daya dan komoditas emas yang letaknya berada di antara kawasan Sarandib (Srilanka) dan Cina.
Berdasarkan keterangan catatan pelayaran para geografer muslim tersebut, negeri yang disebut dengan “Negeri Emas” ini menunjuk pada kawasan yang kini kita kenal sebagai Kepulauan Nusantara (Asia Tenggara), yang dalam literatur Arab dikenal pula dengan sebutan Bilad Al-Jawi.
Pada bagian pertama yang memuat kajian dan upaya verifikasi terhadap kumpulan teks pelayaran muslim, dalam penggunaannya sangat bermanfaat digunakan dalam sudut pandang penelitian arkeologi. Hal ini seperti yang diutarakan arkeolog senior Sony C. Wibisono dalam paparan materinya.
“Buku ini cukup menarik, karena buku ini terdiri dari begitu banyak sumber-sumbernya, sudah dirangkum sedemikian rupa sehingga dijahit menjadi suatu narasi yang sangat komprehensif untuk memudahkan mencerna begitu banyaknya naskah-naskah yang belum dibaca saat itu”.
“Saya pikir ini juga menjadi sumber yang cukup tua kalau kita lihat dalam sumber-sumber sejarah kita, sehingga menarik untuk melihat bagaimana cara berpikir orang-orang ketika itu ketika melakukan pengamatan terhadap dunia di luar wilayahnya sendiri”, lanjut arkeolog yang juga turut dalam penelitian di Situs Barus sejak tahun 1980-an tersebut.
Peluncuran Buku Keajaiban Negeri Emas Zabaj Indonesia dalam Catatan Dunia Islam Masa Abbasiyah merupakan salah satu contoh penting bagaimana pendekatan metodologis yang menekankan dialog antara teks dengan artefak (dialogue between aboveground and underground), yaitu yang disebut dengan textcavation digunakan.
Contoh ini juga sama dengan kisah seorang arkeolog Heinrich Schliemann tahun 1871 yang menanggapi sajak tentang kota Troya seperti yang dijelaskan pula oleh Sony C. Wibisono.
Ia meneruskan, “Bagi sebagian besar arkeolog dan sejarawan, sajak ini merupakan cerita dan dongeng saja. Namun Schliemann meyakini bahwa sajak tersebut memiliki bukti-bukti arkeologisnya. Ia akhirnya berhasil menemukan bukti-bukti arkeologis kota Troya, dan membuktikan bahwa eksistensi kota Troya dapat dibuktikan kebenarannya. Schliemann menemukan sisa reruntuhan kota Troya di bukit Hisarlik di Troas (barat laut Turki).”
Buku Keajaiban Negeri Emas Zabaj Indonesia dalam Catatan Dunia Islam Masa Abbasiyah merupakan sumbangan penting bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sejarah dan arkeologi. Kisah-kisah catatan pelayaran muslim abad 9-11 M adalah sumber-sumber dokumen sejarah penting yang memuat berbagai informasi geografi yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar penelitian arkeologi dan sejarah tentang aktivitas pelayaran dan perdagangan dunia.
Upaya penerjemahan kitab ‘Ajaib al-Hind ini merupakan upaya mendekatkan sumber-sumber dokumen Arab kepada para peneliti sejarah, arkeologi, antropologi secara khusus, maupun publik para pembaca di Indonesia secara umum, di tengah masih sedikitnya karya-karya terjemahan sumber dokumen tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
Buku ini hanyalah sebagian kecil rangkuman informasi dari sekian banyak laporan geografis dan sosial masyarakat Asia Tenggara yang ditulis oleh para ilmuwan muslim. Kehadiran buku ini tentu memperkaya pengetahuan sumber sejarah tentang kawasan Asia Tenggara dan Indonesia dalam interaksinya dengan dunia Islam.