Teka-teki kehidupan masyarakat era di Situs Bongal pada abad ke 7 hingga 10 M sedikit demi sedikit mulai terungkap. Artefak-artefak dari dunia Islam di situs ini sangat dominan.
“Dari temuan temuan yang ada serta pekerjaan ekskavasi yang dilakukan pada tahun 2021 lalu, peninggalan-peninggalan dari dunia Islam sangat dominan di situs ini. Maka kuat dugaan kawasan ini lebih didominasi oleh pemukim muslim dari Timur Tengah pada masa itu,” ujar Pakar Arkeologi Islam Deddy Satria, Kamis malam (17/2/2022).
Sebelum ekskavasi dilakukan, Deddy telah melakukan eksplorasi awal di seluruh kawasan Situs Bongal dan memetakan penggunaan kawasan Situs Bongal di masa silam. Level pertama adalah kawasan paling luar dari situs bongal, yaitu wilayah yang dekat dengan Sungai Lumut atau Sungai Pinangsori dalam peta-peta Islam.
Kedua adalah bagian daratan dari situs Bongal yang berupa teras-teras. Sedangkan level 3 adalah kawasan puncak-puncak bukit bukit yang padat akan kekayaan hayati dan sumber air. Namun kawasan pada level 3 itu dipastikan tidak dihuni oleh manusia.
Ia meyakini jejak aktivitas manusia berikut kebudayaannya berada pada level 1 dan 2. Dugaan Deddy rupanya tidak meleset, artefak dan kondisi lingkungan yang ditemukan para arkeolog selaras dengan hasil pemetaannya.
Dari Ekofak Hingga Tembikar Arab
Pada titik penggalian 6 dan 7, hingga hari ke 6 arkeolog mendapat beragam temuan. Diantaranya temuan ekofak berupa biji-bijian serta gumpalan getah damar. Selain itu juga ditemukan arang kayu serta fragmen tembikar berglasir dan fragmen keramik Changsa.
“Kalau berdasarkan dating relatif, melihat temuan keramik-keramik abad 8 sudah ada kehidupan manusia disini. Tapi kita perlu Analisa lebih lanjut karena juga ditemukan arang dilokasi ini,” ujar Stanov Purnawibowo Arkelog dari BRIN kantor Arkeologi sumut, Sabtu (19/2/2022).
Uniknya dititik penggalian ini ia juga menemukan koral dan cangkang-cangkang kerang. Ia menduga dahulu lokasi ini dekat dengan ekosistem laut.
“Mungkin ada aliran yang menyebabkan koral-koral ini tersedimentasi. Ini temuan yang sangat menarik, tapi untuk analisis lebih lanjut tentu butuh analisa dari pakar geologi,” ujarnya.
Sementara itu, di titik penggalian 8 arkeolog mendapat temuan yang tak kalah beragam. Tak hanya ekofak berupa getah damar, tinggalan dari dunia Islam seperti fragmen botol kaca dan tembikar berglasir dari timur tengah juga ditemukan. Selain itu ia juga menemukan tembikar khas Asia Tenggara. Temuan-temuan ini didapatkan mulai dari kedalaman 200 cm hingga 250 cm.
“Kaca botol dengan berbagai jenis warna mulai dari bening, kebiruan, kehijauan, hingga biru tua, yang mana kaca-kaca ini merupakan produksi dari dunia Islam”, ujar Deddy.
Dari lokasi penggalian ini Deddy juga menemukan sejumlah kayu. Selain itu pada kedalaman yang sama yakni spit 9 hingga 10 atau sekitar 225 cm hingga 250 cm, ia menemukan tali ijuk baik yang sudah dipilin ataupun yang belum dipilin. Berdasarkan identifikasi awal, kayu-kayu tersebut merupakan pondasi ataupun kerangka bangunan. Sementara keberadaan tali ijuk juga membuktikan adanya kegiatan atau aktivitas manusia pada masa itu.
“Berdasarkan temuan yang didapatkan hingga hari keenam di titik penggalian 8 kawasan ini diidentifikasikan awal sebagai tempat atau area hunian”, ujar Deddy.
Sebagai informasi pekan ekskavasi di situs Bongal Tahun 2022 dimulai sejak tanggal 14 sampai 28 Februari 2022.
Ekskavasi pada tahun ini memiliki 3 tujuan. Pertama, mengetahui pemetaan dan fungsi kawasan situs Bongal pada masa silam. Kedua, menemukan moda transportasi yang digunakan pada masa itu berikut dengan fungsinya. Sebab, kawasan ini diduga kuat adalah pelabuhan Fansur yang disebut dalam sejumlah literatur Islam klasik.
Ketiga, penelitian ini sekaligus membuktikan keberadaan komoditas kafur yang merupakan komoditas unggulan dari Pantai Barat Sumatera dalam perdagangan dunia.
Hingga saat ini aktifitas ekskavasi masih dilakukan. Bahkan para peneliti berancana melakukan aktifitas arkeologi maritim.