Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia merupakan buku komprehensif karya arkeolog Hasan Muarif Ambary, yang membahas secara runut dan terstruktur kajian arkeologi maupun sejarah Islam di Indonesia.
Terbit pada tahun 1998, buku ini merupakan satu-satunya buku paling lengkap dan rinci tentang arkeologi Islam di Indonesia pada rentang masa itu. Prof. Hasan Muarif Ambary membahas disiplin ilmu arkeologi dalam konteks Islam di Indonesia mencakup deskripsi atau gambaran umum, refleksi historiografis, pendekatan, contoh-contoh peninggalan arkeologi-epigrafi Islam, hingga bentuk-bentuk proses Islamisasi hingga era kontemporer.
Arkeologi merupakan salah satu perangkat paling penting dalam mengkaji sejarah Islam Indonesia. Hasan Muarif Ambary menjelaskan, arkeologi Islam secara temporal kajiannya meliputi aspek-aspek kesejarahan dan kepurbakalaan dari masa lampau, yaitu sejak Islam mulai diperkenalkan, disosialisasikan, tumbuh, berkembang dan mencapai puncaknya, hingga masa ketika Islam mengalami masa surutnya secara politis di Indonesia.
Proses Islamisasi beserta ekspresi kebudayaan Islam Indonesia tercermin dalam bukti-bukti peninggalan arkeologi, seperti bangunan arsitektural, pengetahuan tata kota, nisan, mata uang, kaca, keramik, dan peninggalan lainnya.
Bukti-bukti peninggalan arkeologi tersebut berperan sebagai sumber sejarah yang dikaji melalui beragam pendekatan di antaranya arkeologi maritim dan arkeologi perkotaan seperti yang dilakukan oleh Uka Tjandrasasmita, arkeo-filologi, arkeo-epigrafi, dan pendekatan multidisiplin lain.
Namun sayang penjelasan arkeologi sebagai sumber sejarah Islam oleh Hasan Muarif Ambary baru mencakup pendekatan arkeo-epigrafi, dengan penyebutan sejumlah data nisan atau makam berinskripsi di situs-situs di Indonesia.
Buku karya Hasan Muarif Ambary merupakan salah satu buku penting yang patut menjadi rujukan utama dalam mempelajari studi arkeologi dan sejarah Islam Indonesia. Namun buku ini juga dapat menjadi dorongan bagi generasi arkeolog dan sejarawan Islam untuk memperkaya data maupun narasi serta metodologi dari apa yang telah disusun dalam buku karya Hasan Muarif Ambary ini.
Hal ini harus menjadi perhatian sebab sudah sekitar 26 tahun sejak buku tersebut diterbitkan tahun 1998, kita belum mendapat lagi karya komprehensif sejenis yang memperkaya pembahasan Hasan Muarif Ambary.
Arkeologi Islam dan Data-Data Sejarah Islam Indonesia
Hasan Muarif Ambary menfokuskan perhatian pada pendekatan arkeo-epigrafi dalam membahas arkeologi sebagai sumber sejarah Islam Indonesia. Hal ini tergambar dalam paparannya di salah satu bagian dalam bukunya.
Epigrafi merupakan disiplin ilmu yang dapat menjadi salah satu jenis data dalam arkeologi Islam. Data epigrafi dalam sejarah Islam Indonesia tercermin dalam bukti-bukti tulisan di berbagai media atau benda yang memiliki atribur keIslaman, seperti tulisan beraksara atau berhuruf Arab dan berbahasa Arab, aksara Jawi maupun pegon serta aksara yang memadukan huruf Arab dengan bahasa lokal lainnya.
Seni kaligrafi yang masyhur dan menjadi karakteristik ekspresi seni Islam juga merupakan salah satu objek data epigrafi. Kaligrafi memiliki beragam bentuk atau gaya seiring dengan perkembangan ekspresi seni seperti kufi, sulus, naskh, muhaqqaq, raihani, riqa, dan tauqi. Bentuk-bentuk gaya kaligrafi ini beberapa di antaranya ditemukan di sejumlah artefak di Indonesia.
Pendekatan arkeo-epigrafi ini dipaparkan melalui pengelompokkan sejumlah data berdasarkan temuan nisan atau makam kuno di sejumlah situs di Indonesia.
Beberapa di antaranya yang disebutkan adalah makam Fatimah binti Maimun tahun 475 H/1082 M di desa Leran, makam Maulana Malik Ibrahim tahun 882 H/1419 M di Gresik yang menunjukkan makam berbahan marmer yang berasal dari Gujarat, Cambay dengan aksara kaligrafi Kufi.
Selain itu disebutkan pula makam Nahrisyah atau Malikah Nahrasyiyah di Aceh Utara bertanggal 831 H/1428 M sebagai ratu pertama di Kesultanan Pasai. Disebutkan pula makam-makam kuno di komplek makam Troloyo, Trowulan, Jawa Timur, sebagai bukti-bukti kehadiran masyarakat Islam di pusat ibu kota Majapahit.
Data nisan lainnya yaitu makam-makam di pekuburan Gowa-Tallo, Sulawesi Selatan yang tidak menunjukkan keterangan angka tahun melainkan kalimat-kalimat tauhid. Sedangkan identifikasi nama dan angka tahun dapat ditelusuri melalui sumber-sumber naskah atau manuskrip.
Berikutnya ialah makam raja-raja Bima yang dilengkapi dengan keterangan nama dan angka tahun pada nisannya. Silsilah kekerabatan juga masih dapat ditelusuri melalui sumber naskah atau manuskrip Hikayat Bima yang ditulis dalam bahasa Melayu.
Disebutkan pula makam raja-raja Ternate sebagai salah satu sumber sejarah Islam Indonesia. Dua komplek makam raja-raja Ternate terletak di kaki bukit yang dinamakan foramadyahe dan di dekat Masjid Agung Kerajaan di pusat kota.