Pulau Kampai adalah salah satu pulau di wilayah Provinsi Sumatra Utara, tepatnya di Kabupaten Langkat yang berbatasan dengan Provinsi Aceh khususnya Kabupaten Aceh Tamiang. Secara geografis, Pulau Kampai terletak di sebuah teluk yang dinamakan dengan Teluk Aru.
Nama Aru maupun Kampai telah disebut dalam sumber-sumber historis setidaknya sejak abad ke-13 M, salah satunya terdapat dalam sumber Cina masa Dinasti Yuan. Sedangkan dalam sumber lokal, nama Aru telah dikenal melalui penyebutan dalam Negarakertagama karya Mpu Prapanca abad ke-14 M. Selain Aru, nama Kampai pun telah disebut dalam naskah tersebut.
Penelitian tentang Pulau Kampai telah dirintis oleh arkeolog Tengku Luckman Sinar dan Edmund Edwards McKinnon pada akhir tahun 1970-an. Berselang hampir 4 dekade, tepatnya tahun 2009, Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Medan (UNIMED) atau PUSSIS-UNIMED, melakukan survei di Pulau Kampai. Kemudian tahun 2013 dilakukan ekskavasi penelitian arkeologi yang berlanjut hingga tahun 2014, serta tahun 2016.
Berdasarkan data arkeologi yang ditemukan, Pulau Kampai aktif pada abad ke-11 M sampai abad ke-16 M. Data arkeologi pada abad-abad berikutnya ditemukan di situs lain di Teluk Aru yaitu Situs Pulau Sembilan, yang menunjukkan temuan yang berasal dari abad ke-17 M sampai abad ke-19 M.
Pertanggalan data arkeologi ini menunjukkan kesinambungan antara Situs Pulau Kampai dan Situs Pulau Sembilan. Pulau Kampai menjadi penting karena pulau ini merupakan bagian dari satu entitas politik bernama Aru/Haru, yaitu Kerajaan Aru.
Sampai saat ini belum dapat dipastikan di mana lokasi pusat kerajaan Aru, apakah terletak di kawasan Pulau Kampai itu sendiri atau lebih ke hulu atau di wilayah yang lebih ke selatan di Provinsi Sumatra Utara.
Selain itu, dalam sejarah pelayaran dan perniagaan maritim, Pulau Kampai merupakan salah satu pelabuhan penting yang disinggahi para pelaut dan pedagang mancanegara.
Faktor utama sebuah tempat menjadi lokasi singgah pelayaran dan perdagangan di antaranya ada tiga, yaitu keberadaan lokasi yang aman dari hempasan angin dan arus air yang kuat sehingga dapat berlabuh, kemudian ketersediaan air tawar untuk mengisi ulang bahan perbekalan, serta ketersediaan komoditas.
Di Pulau Kampai ditemukan banyak sekali manik-manik kaca khususnya manik-manik kaca indo-pacific, dan beberapa manik-manik Timur Tengah. Selain manik-manik, dominasi temuan juga ditunjukkan dengan temuan kulit-kulit kerang. Data temuan inilah yang menjadi informasi penting komoditas yang menjadi mata dagangan utama Pulau Kampai, sehingga para pelaut mancanegara singgah di Pulau Kampai.
Salah satu aspek yang menunjukkan sebuah lokasi sebagai pusat aktivitas maritim ialah berlangsungnya pelayaran yang mencakup pelabuhan dan moda transportasi perairan serta perniagaan yang terdiri dari komoditas dan jaringan perniagaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ery Soedewo dalam disertasinya berjudul Pulau Kampai: Pelabuhan Di Selat Malaka Dalam Pelayaran Dan Perniagaan Pada Abad Xi – Xvi M, bandar/pelabuhan Pulau Kampai menyediakan kondisi yang aman bagi kapal-kapal untuk singgah dan berlindung dari kondisi perairan yang tidak ramah.
Kondisi aman tersebut tercermin dari karakter bandar/pelabuhan Pulau Kampai yang menghadap langsung ke perairan Teluk Aru dengan gelombang dan arus yang lebih tenang dibanding perairan Selat Malaka secara umum.
Hal tersebut ditunjukkan oleh faktor hidrooseanografi Teluk Aru di kawasan pantai timur Sumatra bagian utara, yang memungkinkan Pulau Kampai terlindung dari angin, gelombang, dan arus kuat.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Belawan, arus di sebagian kawasan Selat Malaka menunjukkan bahwa perairan di sekitar Pulau Kampai memiliki arus yang relatif lebih tenang dengan kecepatan terendah antara 0 – 5 cm/detik dan kecepatan tertinggi antara 15 – 25 cm/detik.
Sementara data gelombang di sebagian kawasan Selat Malaka menunjukkan bahwa perairan di sekitar Pulau Kampai memiliki kondisi gelombang yang lebih tenang dengan taraf terendah antara 0,00 – 0,10 meter dan taraf tertinggi antara 0,50 – 0,60 meter.
Selain itu, menurut data etnografi tetua masyarakat Pulau Kampai, pelabuhan masa lampau di Pulau Kampai pada abad ke-11 hingga ke-16 M, kemungkinan terletak di pantai selatan Pulau Kampai, sisi yang menghadap langsung ke arah perairan Teluk Aru yang gelombang dan arusnya lebih tenang dibanding perairan Selat Malaka pada umumnya.