No Result
View All Result
Sultanate Institute
  • Spiced Islam
    • SI-IO 2022
    • SI-IO 2023
    • SI-IO 2025
  • Islamic Civilization
  • Museum
    • Museum Abad Satu Hijriyah
    • Museum Fansuri Situs Bongal
  • Manuscripts
  • Tombstones
  • Expeditions
  • Activities
  • Books
  • Galleries
    • Masjid
    • Ekskavasi
    • Kegiatan
  • Spiced Islam
    • SI-IO 2022
    • SI-IO 2023
    • SI-IO 2025
  • Islamic Civilization
  • Museum
    • Museum Abad Satu Hijriyah
    • Museum Fansuri Situs Bongal
  • Manuscripts
  • Tombstones
  • Expeditions
  • Activities
  • Books
  • Galleries
    • Masjid
    • Ekskavasi
    • Kegiatan
No Result
View All Result
Sultanate Institute
No Result
View All Result

Batik Wahyu Tumurun: Ekspresi KeIslaman Kraton Mataram

Editor by Editor
2 April 2025
in Islamic Civilization
0
Batik Wahyu Tumurun: Ekspresi KeIslaman Kraton Mataram

Tampak Depan Masjid Besar Kraton Kesultanan Yogyakarta. Dokumentasi Sultanate Institute.

Share on FacebookShare on TwitterShare on Twitter

Masyarakat Jawa memiliki kekayaan ekspresi budaya yang merepresentasikan serta bersumber pada ajaran agama Islam. Bukan hanya yang bersifat ritual, ekspresi keagamaan disalurkan melalui sejumlahh media, dari aturan moral hingga adat istiadat.

Batik merupakan salah satu media ekspresi budaya masyarakat Jawa. Setiap motif yang diekspresikan dalam kain batik memiliki makna dan filosofinya masing-masing. Motif-motif tersebut seringkali juga mewakili asal daerah berdasarkan tuntunan hidup dan kearifan budaya serta identitas yang diwariskan turun-temurun.

Sebagian masyarakat Jawa juga memaknai batik bukan hanya sebatas kain, tetapi memegang peran penting dalam kehidupan, sejak masih dalam kandung, kemudian lahir ke dunia hingga meninggalkannya lagi dan masuk ke liang lahat.

Salah satu motif batik yang mengungkap makna penting dalam masyarakat Jawa-Islam ialah motif batik Wahyu Tumurun. Selain memiliki keindahan dalam gaya dan bentuknya, motif ini juga memiliki filosofi yang mendalam.

Tak heran batik dengan motif Wahyu Tumurun menjadi salah satu batik yang paling disukai dan paling banyak dipakai. Motif batik Wahyu Tumurun memiliki kekhususan pola, yaitu mahkota terbang yang tampak menonjol disertai tambahan motif sepasang ayam atau burung yang berhadap-hadapan.

Di dalam mahkota biasa diberi isen bunga-bunga. Sebagai motif tambahan, beberapa membubuhkan berbagai pola tumbuh-tumbuhan yang bersemi, atau dalam ragam batik lebih dikenal dengan motif semen. Bisa juga dihiasi motif bunga-bunga yang bersebaran atau truntum, motif ukel, sogan, juga granitan. Motif tambahan ini sebagai variasi dari motif utama wahyu tumurun.

Hingga kini belum diketahui secara pasti sejak kapan munculnya berbagai motif batik yang penuh filosofi tersebut. Namun keberadaan motif batik ini mulai banyak ditemukan dalam kurun waktu berdirinya kerajaan Mataram Islam, kemudian dilanjutkan pada kerajaan Surakarta dan Yogyakarta hingga sekarang.

Meski tidak ada yang tahu siapa yang awalnya menciptakan motif itu, namun motif dan corak tersebut diturunkan melalui pengajaran lisan dan melalui berbagai macam ritual kebudayaan. Sebab, kain-kain bermotif memang biasanya digunakan oleh masyarakat Jawa untuk menggelar berbagai ritual.

Motif sido mukti misalnya, digunakan karena memiliki makna hidup bahagia dan tenteram. Sementara sido asih berarti mengasihi sesama manusia. Sido luhur bermakna memiliki kedudukan tinggi. Sido mulya melambangkan harapan agar si jabang bayi kelak hidup dalam kemuliaan. Dan sido dadi ialah permohonan agar segala harapan bisa tercapai.

Batik motif Wahyu Tumurun telah dikenal sejak tahun 1480 M di wilayah Yogyakarta. Dari sini penggunaan batik Wahyu Tumurun kemudian menyebar ke berbagai daerah, dengan modifikasi dan penambahan variasi motif sesuai dengan nilai dan identitas masing-masing.

Di Yogyakarta, motif burung yang biasa digunakan adalah burung merak, untuk menggambarkan simbol dan identitas lokal, dan menunjukkan bahwa motif batik tersebut berasal dari Yogyakarta. Sementara di Solo, motif burung yang digunakan adalah burung phoenix. Penggunaan motif burung phoenix merupakan bentuk pengaruh budaya Cina yang saat itu berkembang di Solo.

Menurut Salim A. Fillah, motif batik Wahyu Tumurun muncul sejak pertengahan abad ke-16 M atau pada masa kepemimpinan Mataram Islam yang pertama, tepatnya di bawah Panembahan Senopati. Kemudian pada masa kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusumi yang berkedudukan di Karta, motif batik Wahyu Tumurun semakin disempurnakan.

Hingga pada masa Kesultanan Yogyakarta tepatnya saat kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono I, batik Wahyu Tumurun dikukuhkan sebagai pakaian I’tikaf pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Pada masa ini pula motif batik Wahyu Tumurun dikenal dengan nama Wahyu Tumurun Latar Pethak Gagrak Ngayogyakarta.

Nama tersebut menyimpan makna filosofis mendalam yang disimbolkan dalam unsur unsur di antaranya Redi, Elar, Sawung, Ketopong, Lung-lungan, Kusuma, Isen-isen Keras.

Redi mengartikan gunung bercahaya dengan gua di tengahnnya, menggambarkan Jabal Nur dan Gua Hira sebagai tempat wakyu pertama turun. Elar berarti sayap malaikat. Kemudian Sawung berarti ayam jago, yang menggambarkan tanda waktu fajar, di mana pada malam itu turun malaikat-malaikat serta malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam tersebut (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar. (Q.S. Al-Qadr [97]: 4-5).

Ketopong berarti mangkota terbang, yang menggambarkan penghafal Qur’an dengan mahkota tersebut bersinar melebihi cahaya mentari. Lung-lungan mengartikan cabang-cabang tumbuhan, menggambarkan akar yang teguh dan cabang yang menjulang ke langit. (Q.S. Ibrahim [14]: 24).

Kusuma adalah bunga dan buah Sawo Kecik (sarwo becik, serba baik), yang menggambarkan akhlak pembaca Al-Qur’an yang harus mewangi dan manis rasanya. (Q.S. Ibrahim [14]: 25). Terkahir Isen-isen Keras yang berarti susunan batuan granit di pegunungan, sebagai pengingat bahwa gunung pun akan hancur karena takut kepada Allah jika Al-Qur’an diturunkan padanya (Q.S. Al-Hasyr [59]: 21). Isen-isen Keras juga sebagai pengingat untuk jangan sampai hati kita mengeras seperti batu, padahal di antara batu pun ada yang di selanya mengalir sungai, ada yang terbelaj kemudian memancarkan air, serta ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah (Q.S. Al-Baqarah [2]: 74).

Berdasarkan makna filosofis motif batik Wahyu Tumurun tersebut, dengan jelas menggambarkan ekspresi keimanan masyarakat Jawa melalui kebudayaan. Lingkungan inti Kerajaan Mataram Islam mendasarkan nilai-nilai ajaran Islam sebagai aku spiritual dan budaya dalam laku hidup sehari-hari.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebut batik adalah sebuah kain yang dilukis menggunakan canting dan cairan lilin malam sehingga membentuk lukisan-lukisan bernilai seni tinggi di atas kain mori. Secara bahasa (etimologi) batik berasal dari kata amba dan tik, yang artinya adalah menulis titik. Dahulu batik justru disebut ambatik.

Previous Post

3rd Spiced Islam International Conference: Material Culture and Commodities in the Indian Ocean World, 7th to 13th Centuries

Next Post

Pelayaran dan Perdagangan Maritim Dunia Era Peradaban Saba’

Editor

Editor

Related Posts

Warisan Budaya Kerajaan Kuno Saba’ sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO
Islamic Civilization

Warisan Budaya Kerajaan Kuno Saba’ sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO

9 April 2025
Pelayaran dan Perdagangan Maritim Dunia Era Peradaban Saba’
Islamic Civilization

Pelayaran dan Perdagangan Maritim Dunia Era Peradaban Saba’

5 April 2025
Narasi Islam dalam Museum-Museum di Eropa
Islamic Civilization

Narasi Islam dalam Museum-Museum di Eropa

12 Februari 2025
Warisan Politik Pengetahuan Kolonial terhadap Narasi Islam Indonesia: Sebuah Prolog Buku Karya Mirjam Shatanawi
Islamic Civilization

Warisan Politik Pengetahuan Kolonial terhadap Narasi Islam Indonesia: Sebuah Prolog Buku Karya Mirjam Shatanawi

3 Februari 2025
Batu Nisan Al-Malik Ash-Shalih: Sultan Pertama Samudra Pasai
Islamic Civilization

Fakta Sejarah Kesultanan Samudera Pasai/Syumuttrah Pasai: Nisan para Sultan, Panglima, dan Pemuka Dinasti Abbasiyah

31 Januari 2025
Pengaruh Kesultanan Demak sebagai Negara Maritim
Islamic Civilization

Pengaruh Kesultanan Demak sebagai Negara Maritim

24 Januari 2025
Next Post
Pelayaran dan Perdagangan Maritim Dunia Era Peradaban Saba’

Pelayaran dan Perdagangan Maritim Dunia Era Peradaban Saba’

POPULAR

Workshop Konservasi Artefak dalam rangka Pelestarian Berkelanjutan Situs Bongal

Workshop Konservasi Artefak dalam rangka Pelestarian Berkelanjutan Situs Bongal

13 Mei 2025
Sultanate Institute Menyerahkan Laporan Hasil Peneltian Situs Bongal ke Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II Sumatra Utara

Sultanate Institute Menyerahkan Laporan Hasil Peneltian Situs Bongal ke Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II Sumatra Utara

6 Mei 2025
Warisan Budaya Kerajaan Kuno Saba’ sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO

Warisan Budaya Kerajaan Kuno Saba’ sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO

9 April 2025
Pelayaran dan Perdagangan Maritim Dunia Era Peradaban Saba’

Pelayaran dan Perdagangan Maritim Dunia Era Peradaban Saba’

5 April 2025
Batik Wahyu Tumurun: Ekspresi KeIslaman Kraton Mataram

Batik Wahyu Tumurun: Ekspresi KeIslaman Kraton Mataram

2 April 2025
3rd Spiced Islam International Conference: Material Culture and Commodities in the Indian Ocean World, 7th to 13th Centuries

3rd Spiced Islam International Conference: Material Culture and Commodities in the Indian Ocean World, 7th to 13th Centuries

11 Maret 2025
Workshop Implementasi Teknologi Pengolahan Minyak Atsiri dalam rangka Konservasi Situs Bongal

Workshop Implementasi Teknologi Pengolahan Minyak Atsiri dalam rangka Konservasi Situs Bongal

19 Februari 2025
Narasi Islam dalam Museum-Museum di Eropa

Narasi Islam dalam Museum-Museum di Eropa

12 Februari 2025
Warisan Politik Pengetahuan Kolonial terhadap Narasi Islam Indonesia: Sebuah Prolog Buku Karya Mirjam Shatanawi

Warisan Politik Pengetahuan Kolonial terhadap Narasi Islam Indonesia: Sebuah Prolog Buku Karya Mirjam Shatanawi

3 Februari 2025
Batu Nisan Al-Malik Ash-Shalih: Sultan Pertama Samudra Pasai

Fakta Sejarah Kesultanan Samudera Pasai/Syumuttrah Pasai: Nisan para Sultan, Panglima, dan Pemuka Dinasti Abbasiyah

31 Januari 2025

Sultanate Institute. All Right Reserved

  • Profile
  • About Us
  • Contact Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Spiced Islam
    • SI-IO 2022
    • SI-IO 2023
    • SI-IO 2025
  • Islamic Civilization
  • Museum
    • Museum Abad Satu Hijriyah
    • Museum Fansuri Situs Bongal
  • Manuscripts
  • Tombstones
  • Expeditions
  • Activities
  • Books
  • Galleries
    • Masjid
    • Ekskavasi
    • Kegiatan