Abu Ishaq Ibrahim ibn Muhammad al-Farisi al-Istakhri merupakan geografer-kartografer muslim abad ke-10 M. Kitab Al-Masalik wa Al-Mamalik adalah salah satu karya besar ilmuwan asal Istakhr, Iran ini. Kitab ini sering dikutip para geografer di abad pertengahan karena memuat berbagai informasi utama tentang wilayah-wilayah Islam. Selain itu, dilengkapi dengan penjelasan batas-batas wilayah, kota-kota, sungai, dan rute perjalanan.
Istakhri dikenal sebagai geografer-kartografer yang mengambil pengaruh dari Al-Balkhi. Yaitu seorang ilmuwan sezaman yang mempelopori tradisi baru dalam penulisan geografi-kartografi Islam. Tradisi ini dikenal dengan sebutan “Balkhi School”. Selain Istakhri, ilmuwan lain yang termasuk geografer-kartografer “Balkhi School” adalah Ibnu Hawqal dan Al-Muqaddasi. Kalangan ilmuwan “Balkhi School” melahirkan rumusan baru dalam tradisi penulisannya yang disebut dengan “Atlas of Islam”.
Al-Masalik wa Al-Mamalik karya Istakhri disebut memiliki kesamaan dengan catatan geografi Ibnu Hawqal. Keduanya berjumpa di Lembah Indus dan terjadi dialog dimana Ibnu Hawqal memberikan sejumlah komentar terhadap catatan geografi Istakhri. Maka peta versi Istakhri ini merupakan peta awal yang kemudian disempurnakan oleh Ibnu Hawqal. Walaupun sebenarnya peta Istakhri pun merupakan penyempurnaan dari peta Al-Balkhi.
Jika diamati sekilas, peta Istakhri dan Ibnu Hawqal memang sangat mirip. Hanya gambaran sungai dan batasan-batasan wilayah serta kota digambarkan lebih rinci oleh Ibnu Hawqal. Istakhri membagi dunia menjadi dua yang dibatasi oleh dua lautan yaitu Laut Mediterania dan Samudera Hindia. Sehingga ia membagi dunia antara utara dan selatan. Kemudian kerajaan-kerajaan utama dicatat bersamaan dengan kerajaan-kerajaan yang berdampingan dengannya.
Peta yang dihasilkan tradisi “Balkhi School” biasanya berjumlah 21 peta. Peta tersebut terdiri dari 1 peta dunia, 3 peta laut, dan 17 peta provinsi di kawasan dunia Islam. World Map of Al-Istakhri menyebutkan daftar peta tersebut sebagai berikut, (1) Peta Dunia; (2) Arabia; (3) Samudera Hindia; (4) al-Maghrib (Afrika Utara); (5) Mesir; (6) Syria (Syam); (7) Laut Mediterania; (8) al-Jazirah (Mesopotamia Utara); (9) Iraq (Mesopotamia Selatan); (10) Khuzistan; (11) Fars; (12) Kirman; (13) Sind; (14) Armenia, Arran (Alvan), and Azerbaijan; (15) Jibal (Pegunungan Persia); (16) Daylam dan wilayah tetangganya (Rayy, Tabaristan); (17) Laut Kaspia; (18) Kawasan Gurun Persia; (19) Sijistan (Sistan atau Sajistan); (20) Khurasan; dan (21) Transoxiana.
The Unpublished Works of Arabic Geography: An Overview and a Classification menyebut peta “Balkhi School” mewakili pencapaian tertinggi dalam seni pembuatan peta atau kartografi muslim. Para ilmuwan “Balkhi School” memberikan gambaran paling utuh tentang dunia Islam. Mereka menulis berdasarkan catatan orisinil geografer yang mengawalinya, kemudian melakukan penyempurnaan seiring daya jelajah yang juga semakin luas.
Karya Istakhri pun telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa dan diterbitkan ulang. Sejumlah kalangan peneliti juga melakukan rekonstruksi terhadap peta Istakhri. Beberapa diantaranya peta Istakhri direkonstruksi dan disalin di Suleymaniye Camii Kutuphanesi Istanbul, Leiden University Libraries, British Library London, Topkapi Saray Museum Istanbul, dan Iran Bastan Museum Tehran. Sebuah seri publikasi buku berjudul Bibliotheca Geographorum Arabicorum juga diterbitkan di Leiden yang memuat sejumlah karya geografer muslim abad pertangahan.