Sultanate Institute dan Museum Abad Satu Hijriyah menerima kunjungan Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Jajat Burhanuddin pada Kamis (30/11/2023) di Solo.
Sebelumnya, tim Sultanate Institute juga turut mempresentasikan hasil risetnya di Situs Bongal dalam pertemuan ilmiah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bertajuk “Spiced Islam: Material Cultures Across the Indian Ocean” pada 23-24 Oktober 2023.
Di Sela waktunya melakukan kunjungan ke Program Doktoral Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora Fakultas Ilmu Budaya UGM, Prof. Jajat mengunjungi kantor Sultanate Institute di Solo. Pada pertemuan di Solo, tim Sultanate Institute berdiskusi dengan Prof. Jajat terkait historiografi pesisir barat Sumatra.
Selain itu, diskusi juga membahas mengenai buku yang sedang diterbitkan oleh Sultanate Institute berjudul Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad 7 M – 10 M. Prof. Jajat yang juga memberi pengantar untuk buku ini menjelaskan bahwa penemuan Situs Bongal di pesisir barat Sumatra memberi bukti baru tentang penulisan sejarah Islam di Nusantara.
Situs Bongal memberi kontribusi penting bagi historiografi Islam di Nusantara terutama melalui sudut pandang maritim. Rute pelayaran dan perdagangan maritim yang terhubung antara Nusantara dan Dunia Islam sejak abad ke-7 M melalui perairan Samudra Hindia inilah yang menjadi perantara berlangsungnya aktivitas dakwah dan pembentukan peradaban.
Setelah berdiskusi, acara dilanjutkan dengan mengunjungi Museum Abad Satu Hijriyah. Museum ini menjelaskan eksistensi kota pelabuhan internasional di pesisir barat Sumatra. “Museum Abad Satu Hijriyah menyimpan bukti-bukti peradaban Indonesia di masa abad pertama hijriyah atau 7 Masehi”, jelas Prof. Jajat guru besar Ilmu Sejarah UIN Jakarta saat berkunjung ke Solo.
Menurutnya penelitian Situs Bongal juga menambah khazanah pengetahuan tentang peran Nusantara dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan maritim terawal, jauh sebelum perdagangan era kolonial. Jejak peradaban di Situs Bongal begitu jelas menunjukkan bagaimana Nusantara menjadi kawasan lalu lintas pertukaran kebudayaan yang kompleks.
“Situs Bongal membuka kembali kejayaan di masa lalu yang telah kita lalui bersama-sama, sekaligus menjadi inspirasi buat ke depan. Di era modern yang sangat kompleks seperti sekarang kita butuh sejarah yang lebih komprehensif, sehingga kita kemudian bisa melangkah lebih berbasis pada pengetahuan terhadap kebudayaan dan peradaban kita. Dengan demikian, kekhawatiran kita untuk tidak berakar pada budaya sendiri itu akan terkoreksi dengan satu temuan yang luar biasa di Bongal, suatu bukti bahwa kita sudah punya tingkat peradaban yang sangat tinggi di masa lalu”, terang Prof. Jajat.
Dalam kunjungan di Solo, Prof. Jajat juga menyampaikan harapannya kepada Sultanate Institute dan Museum Abad Satu Hijriyah untuk terus berkarya menelurkan penelitian-penelitian yang dapat bermanfaat bagi perkembangan historiografi ke depan.
“Ke depan, teruskan. Tentu ini langkah besar yang akan mewarnai bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga masa depan”, lanjut Prof. Jajat.
Dapat diketahui, Prof. Jajat ialah guru besar yang telah menelurkan sejumlah karya penting di antaranya Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia: Tradisi Intelektual dan Sosial, Jaringan Ulama Jambi Akhir Abad ke-19 dan Awal Abad ke-20, Islam dalam Arus Sejarah Indonesia: Tradisi Keilmuan dan Intelektual, serta sejumlah karya-karya lainnya.
Selain itu, Prof. Jajat juga merupakan penyunting sekaligus penyusun naskah-naskah fragmentaris karya arkeolog Prof. Hasan Muarif Ambary yang kemudian diterbitkan dalam buku berjudul Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologi dan Historis Islam Indonesia.