Sultanate Institute dan Museum Abad Satu Hijriyah menutup akhir tahun 2023 dengan pertemuan diskusi bersama guru dan mubaligh Ust. Yusuf Baisa pada Kamis (28/12/2023) di Solo.
Diskusi membahas seputar hasil penelitian yang dilakukan di Situs Bongal, Tapanuli Tengah beserta temuan benda-benda artefaktual koleksi Museum Abad Satu Hijriyah. Ust. Yusuf Baisa sangat antusias menanggapi potensi kesejarahan yang sangat penting di Situs Bongal. Sebab ia menyebut, apa yang ditemukan di Situs Bongal menunjukkan eksistensi Indonesia dalam interaksi global di masa lampau.
“Di sini banyak sekali artefak-artefak yang menunjukkan kejayaan-kejayaan Indonesia di masa yang lalu. Di mana kawan-kawan sedang mendalami artefak-artefak yang ditemukan di daerah Tapanuli,” terang ust. Yusuf Baisa.
Penemuan benda-benda artefaktual yang kompleks dan beragam di Situs Bongal secara tidak langsung menggambarkan situasi dunia pelayaran dan perdagangan maritim abad 7-10 M. Pada masa itu suatu interaksi peradaban antar wilayah hingga batas-batas terjauh telah terjalin meliputi kawasan Timur Tengah (Asia Barat), India (Asia Selatan), Asia Tenggara, Cina (Asia Timur) hingga Afrika dan perairan Mediterania.
Benda-benda artefaktual Situs Bongal ditemukan di kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah. Ekskavasi yang dilakukan sejak tahun 2021 berhasil menemukan benda-benda peninggalan masa lampau di antaranya keramik, kaca, tali ijuk, manik-manik, lempeng kuningan beraksara Arab, hingga benda-benda logam yang diduga instrumen alat medis Islam.
“Tadi kita sudah sempat diskusikan, ternyata ada hal-hal yang sifatnya komoditi, yang ditransaksikan antara orang Indonesia dengan orang-orang di kalangan bangsa-bangsa lain tetapi umurnya sudah sangat tua, yang akan menggoyang kesimpulan bahwa ternyata orang Indonesia itu sudah masuk Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Terbukti di daerah-daerah Pantai itu.”
“Kemudian terbukti pula adanya uang-uang yang sudah tercetak di tahun 1 hijriyah, dari tulisan Bahasa Arabnya dengan berbagai hal sampai kepada stemple (sealstone) yakni cap yang juga ternyata umurnya cukup tua,” tambahnya.
Situs Bongal yang secara geografis berada di kawasan pesisir barat Sumatra dalam catatan dan sumber dokumen pelayaran Arab abad 9-15 M dikenal dengan nama Fansur. Yaitu sebuah bandar pelabuhan yang berada di sebuah teluk yang berjarak kira-kira seratus farsakh dari Pulau Niyan (Nias) di perairan pesisir barat Sumatra. Fansur juga disebut sebagai kawasan penghasil komoditas aromatika terbaik yaitu kafur.
Penjelasan mengenai ini dapat ditemukan dalam catatan pelayaran karya Buzurg bin Syahriar berjudul ‘Ajaib Al-Hind, Abu Zayd as-Sirafi dan Sulaiman at-Tajir berjudul Rihlah As-Sirafi, dan sejumlah catatan pelayaran orang-orang Arab lainnya.
Keterangan yang tercantum dalam catatan dan sumber dokumen pelayaran di atas memberikan data yang sama dengan hasil analisis pertanggalan absolut artefak Situs Bongal. Berdasarkan analisis pertanggalan karbon melalui metode AMS terhadap 13 artefak, diketahui bahwa rentang masa aktif Situs Bongal adalah abad 7-10 M.
Ust. Yusuf Baisa memberikan apresiasinya terhadap Sultanate Institute dan Museum Abad Satu Hijriyah atas inisiatif serta kerja-kerja yang luar biasa bermanfaat bagi pengetahuan sejarah masyarakat luas.
“Jadi saya pikir Sultanate Institute dan Museum Abad Satu Hijriyah dapat menjadi titik tolak untuk menjadi sesuatu yang luar biasa. Ada niat yang luar biasa dari kalangan kita ini yakni untuk berbuat sesuatu, yaitu tentang bagaimana sejarah Indonesia dikenal oleh dunia, berinteraksi dengan dunia, yang ternyata tidak terbatas dalam waktu-waktu yang pendek, tetapi jangkauannya sudah begitu jauh.”
Beliau juga memberi masukan serta dorongan untuk fokus menyelami lebih dalam pengaruh diaspora perdagangan maritim dunia Islam sejak abad ke-7 M di beragam titik kawasan pesisir di Indonesia. Dengan begitu kita dapat menelusuri proses interaksi kebudayaan yang dibawa oleh dunia Islam di kawasan-kawasan yang dilalui sehingga membentuk peradaban yang kompleks.
“Saya memberi masukan-masukan kepada kawan-kawan yang saya nilai tim-tim handal, InsyaAllah akan bisa berbuat sesuatu yang lebih hebat lagi. Di saat tim itu berbagi untuk mendalami dan jangan dimulai dari nol lagi. Ketika revolusi perdagangan terbukti sudah dari abad ke-7 M pastinya semenjak Rasulullah SAW mendengungkan Islam, terjadi revolusi perdagangan global. Termasuk imbasnya masuk ke Indonesia, tetapi yang disayangkan di wilayah-wilayah Indonesia di pelabiuhan-pelabuhan Indonesia ternyata belum didalami,” jelas ust. Yusuf Baisa.
“Saya senang dan Bahagia sekali berada di sebuah bangunan yang mungil tetapi mengandung pikiran-pikiran yang InsyaAllah cikal bakal kehebatan.”