Zakaria bin Muhammad bin Mahmud Al-Anshari Al-Qazwini (w. 682 H). Cendekiawan dalam bidang kosmografi dan geografi ini merupakan keturunan sahabat Anas bin Malik. Ia berasal dari kota Qazwin, Irak. Berkawan dekat dengan Ibn Al-Athir, penulis Al-Kamil fi Al-Tarikh yang saat itu tinggal di kota Mosul, Irak. Ia diangkat menjadi qadhi kota Wasith dan Hullah pada masa Khalifah Al-Musta’shim Billah Al-Abbasi (640-656 H). Ia tetap berada di Baghdad setelah jatuh ke tangan Hulagu Khan dan wafat di sana pada tahun 682 H/1283 M.
Al-Qazwini menulis dua karya penting, ‘Ajaib Al-Makhluqat dan Atsar Al-Bilad. Karyanya yang kedua mulanya diberi judul ‘Ajaib Al-Buldan pada tahun 661 H/1262 M. Manuskripnya disimpan di Berlin, Leipzig, dan Paris. Lalu 13 tahun kemudian ia merevisi dan menambahkan materi kitabnya itu, kemudian menerbitkannya dengan judul Atsar Al-Bilad wa Akhbar Al-’Ibad. Informasi dalam kitabnya bersumber dari karya-karya geografi terdahulu ditambah dengan pengamatan dan wawancara dengan sumber pertama. Terdapat empat manuskrip yang menjadi dasar F. Wustenfeld untuk menerbitkan edisinya dengan judul Zakarija Ben Mohammad Ben Mahmud el-Cazwini’s Kosmographie. Zweiter Teil. Die Denkmäler der Länder, Göttingen, 1848. Teks Wustenfeld direproduksi oleh Dar Al-Shadir, Beirut dalam edisi 1380 H/1960 M.
Al-Qazwini memulai kitabnya Atsar Al-Bilad dengan tiga pengantar. Pertama membahas faktor-faktor yang mendorong pendirian kota dan desa serta alasan-alasan di balik perkembangannya. Pengantar kedua membahas tentang ciri-ciri khusus pemukiman-pemukiman tertentu dan bagaimana dampak lingkungan terhadap sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada. Pengantar ketiga memberikan penjelasan tentang sistem iklim longitudinal (ar: aqalim, sing: iqlim) yang diturunkan dari Geografi Ptolemeus dan membentuk dasar dari banyak literatur geografi Islam awal. Al-Qazwini membagi bumi menjadi tujuh iklim. Hanya sekitar seperempat dari seluruh dunia yang dapat dihuni, yaitu bagian tengah dari tujuh iklim di belahan utara bumi. Belahan selatan terlalu panas untuk tempat tinggal manusia, dan wilayah kutub di luar iklim ketujuh terlalu dingin. Ujung barat dari tujuh iklim layak huni berbatasan dengan lautan yang belum dipetakan, dan ujung timur dibatasi oleh lautan lagi dan oleh puncak gunung yang tidak dapat dilewati.
Fansur dalam Deskripsi Atsar al-Bilad dan Akhbar al-‘Ibad
Faisur (Fansur) – Sebuah negeri di tanah Hindia yang dari situ diperoleh kapur Qaisuri (Fansuri), jenis kapur yang paling baik. Mereka (para geografer, penj.) menyebutkan jika kapur ditemukan dalam jumlah besar pada tahun ketika sering terjadi badai petir, kilat, tremor dan gempa bumi. Jika tidak sering maka kapur ditemukan dalam jumlah sedikit saja.