Bupati beserta jajaran Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah mengunjungi Museum Fansuri Situs Bongal pada Sabtu (24/05/2025) di Desa Jago-Jago. Dalam kunjungan ini, Sultanate Institute bersama peneliti menyampaikan hasil-hasil penelitian di Situs Bongal sejak 2019 hingga 2023.
Bupati Tapanuli Tengah mengapresiasi kerja-kerja penelitian serta pelestarian berkelanjutan yang dilakukan oleh Sultanate Institute beserta para peneliti yang terlibat. Penelitian dan pelestarian berkelanjutan di Situs Bongal merupakan kontribusi penting bagi masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah dalam mengembangkan nilai kesejarahan, kebudayaan, pendidikan, hingga pariwisata dan ekonomi.
Hal ini diungkapkan Masinton Pasaribu dalam kunjungannya ke Museum Fansuri Situs Bongal.
“Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah mengucapkan terima kasih kepada para peneliti BRIN beserta peran penting Sultanate Institute yang telah melakukan ekskavasi/penelitian hingga pelestariannya di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah ini.”
“Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah juga mendukung upaya pengembangan Situs Bongal ke depan untuk membentuk dan membangun karakter bangsa kita, serta menunjukkan bahwa kita merupakan bangsa yang memiliki keadaban dan kemajuan dalam pengetahuan, teknologi, serta kebudayaan,” tambah Masinton.

Situs Bongal telah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah. Ribuan orang berkunjung bukan hanya dalam lingkup lokal, melainkan juga yang datang dari luar daerah dengan lingkup nasional hingga mancanegara.
Oleh karena itu, selain penelitian, pelestarian berkelanjutan juga harus dilakukan di Situs Bongal. Langkah ini penting untuk memastikan keberlanjutan data-data arkeologi yang ditemukan, yang memiliki nilai penting bagi sejarah, Pendidikan, dan kebudayaan.
“Situs Bongal yang memiliki luas berkisar 1.000 hektar menjadi lokasi permukiman sejak abad ke-7 M. Temuan ini menunjukkan bahwa Situs Bongal memiliki nilai penting bagi sejarah, kebudayaan, dan peradaban di Nusantara, khususnya dalam konteks sejarah perdagangan rempah,” ungkap Masinton dalam kunjungan ke Museum Fansuri Situs Bongal Sabtu (24/05/2025)
“Hasil-hasil penelitian Situs Bongal menunjukkan bahwa wilayah Tapanuli Tengah ini merupakan bagian dari pusat perdagangan maritim dunia pada masanya,” tambahnya.
Survei tahun 2019-2020 merekomendasikan dilakukannya penelitian/ekskavasi di Situs Bongal. Berdasarkan data arkeologi yang ditemukan ekskavasi Situs Bongal dilakukan selama lima tahap sejak 2021 hingga 2022.
Sejalan dengan penelitian, Sultanate Institute menginisiasi upaya pelestarian berkelanjutan Situs Bongal melalui pendirian Museum Fansuri Situs Bongal. Museum ini didirikan dengan konsep on-site museum untuk melaksanakan kerja-kerja pengelolaan, pelestarian, hingga pemanfaatan temuan data arkeologi Situs Bongal yang berdampak bagi publik serta masyarakat luas.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian serta rekomendasi langkah pelestarian tersebut, Situs Bongal memberi wawasan baru dalam konteks historiografi maritim Indonesia maupun Asia Tenggara. Temuan data arkeologi di Situs Bongal semakin menguatkan bahwa pesisir barat Sumatra sejak abad ke-7 M merupakan rute maritim dunia.
“Situs Bongal merupakan pusat perdagangan maritim di masa lalu. Di sini tempat ditemukannya barang-barang perdagangan masa lalu yang berasal dari Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Timur.
“Sebagai lokasi pusat perdagangan maritim dunia di pesisir barat Sumatra, Situs Bongal sejak abad ke-7 M telah dikunjungi oleh para pelayar dan pedagang mancanegara. Hal ini tentu menunjukkan bahwa Tapanuli Tengah baik Situs Bongal maupun Barus sejak masa lalu memiliki interaksi kebudayaan dan perdagangan yang luas,” tegas Masinton selepas melihat koleksi artefak Museum Fansuri Situs Bongal.